Manusia sebagai makhluk sosial, tidak bisa terlepas dari manusia satu kepada manusia yang lainnya. Kita saling membutuhkan dan mempunyai ketergantungan. Contoh kita mau mengenakan baju saja membutuhkan banyak orang. Banyak orang yang ikut andil terwujudnya sebuah pakaian. Ada petani yang menanam pohon kapas, ada penjual pupuk, ada pabrik yang mengolah kapas menjadi benang, dari benang menjadi kain, ada pabrik penjual kain, ada distributor tunggal, ada grosir kain, ada toko khusus penjual kain, ada tukang jahit, tukang jahit pun tidak bisa berbuat banyak tanpa ada mesin jahit, untuk membuat mesin jahit butuh bahan-bahan pembuat mesin jahit. Itu baru satu contoh saudaraku, belum contoh-contoh yang lainya.
Selalu mengingat kebaikan orang lain sebagai tanda berterima kasih kepada sesama manusia. Orang yang tidak berterima kasih kepada sesama manusia berarti tidak berterima kasih kepada Allah swt. Rasulullah saw bersabda :
من لم يشكر الناس لم يشكر الله
“Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka sungguh ia tidak berterimakasih kepada Allah” (HR. Ibnu Majah dari Abi Hurairah).
Saudaraku, ketika kita berterima kasih atas kebaikan orang lain yang diberikan kepada kita, maka Allah swt akan menambah kebaikan kepada kita, melalui orang tersebut atau orang yang berbeda. Sama halnya ketika kita bersyukur kepada Allah atas nikmat sehat, maka Allah akan tambah kesehatan kita, bersyukur atas nikmat harta, Allah tambah harta kita, bersyukur atas nikmat jabatan, Allah akan naikkan jabatan kita, bersyukur atas nikmat punya istri, Allah tambah istri kita, he he he. Mohon maaf bercanda. Maksudnya ditambah Sakinah, mawaddah, warahmahnya,
Dalam surat ke 14, Ibrahim : 7, Allah swt berfirman :
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu kufur (ingkar), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Saudaraku, ada yang salah kaprah dalam berterima kasih atau mengingat kebaikan orang lain. Banyak orang berterima kasih luar biasa,kepada orang yang memberikan kebaikan kepadanya, padahal kebaikan yang diberikan kepadanya sifatnya insidental saja, tidak setiap saat dan waktu, tapi banyak yang lupa berterima kasih kepada ayah bundanya, suami atau istrinya yang memberikan kebaikan setiap saat dan setiap waktu.
Kisah di bawah ini salah satu bukti bahwa kita lebih banyak berterima kasih kepada orang yang hanya sekali-kali memberikan kebaikan kepada kita, tapi sering melupakan kebaikan kepada orang yang hampir setiap,saat dan waktu memberikan kebaikan kepada kita. Mari kita hayati kisah berikut ini, semoga kita tercerahkan dengan kisah ini.
Kisah Anak Lupa Kebaikan Ibunya.
Seorang anak bertengkar dengan ibunya. Pertengkaran sengit, hingga sang ibu mengusirnya dari rumah. Akhirnya, sang anak meninggalkan rumah. Ia berjalan tanpa tujuan, dan akhirnya sadar bahwa dirinya pergi tidak membawa uang sama sekali.
Rasa lapar menyapanya. Perutnya terus memberontak, karena seharian tidak diasupi makanan. Ia berdiri di depan sebuah warung makan, dan hanya bisa memandang orang-orang yang menikmati makanan dengan menu masakan yang beraneka ragam.
Sang pemilik warung mengamati anak tersebut cukup lama, karena ia berdiri di depan warungnya, tanpa memesan makanan. Hanya memandang dan mengelus perutnya. Ia pun menyapa anak tersebut.
“Nak, apa engkau akan memesan makanan?”
“Ya, tapi saya tidak punya uang” jawab sang anak memelas.
“Tidak apa-apa, aku akan memberimu gratis”
Dengan lahapnya, anak itu menyantap makanan yang diberikan pemilik warung. Sejurus kemudian, matanya berkaca-kaca. Buliran air mata menetes.
Pemilik warung bertanya, “Ada apa, Nak. Kok menangis?”. “Tidak apa-apa. Saya hanya terharu, karena Bapak yang baru saya kenal memberi makanan gratis, sementara ibu saya mengusirku dari rumah.”
“Nak, kenapa kamu berpikir seperti itu? Saya hanya memberimu sepiring makanan, engkau begitu haru, sementara ibumu merawat, memasak nasi, lauk pauk, setiap hari. Bertahun-tahun ibumu melakukan itu, sampai kamu dewasa. Seharusnya, engkau pikirkan itu dan berterima kasih kepadanya.”
Anak tersebut terkesiap kaget, bergegas pulang. Di depan pintu, sang ibu menanti dengan harap cemas. Ketika melihat anaknya pulang, keluar dari mulut sang ibu, “Nak, kau sudah pulang. Cepat masuk. Ibu telah menyiapkan makanan malam”. Mendengar itu, sang anak menangis, merangkul dan mencium kaki ibunya.
Kreator : Dr. H. Hikmatuloh Al-Bantani, M.Sy., CWC
Comment Closed: Jurus 2, Ingatlah selalu kebaikan orang lain
Sorry, comment are closed for this post.