Sebaik-baik manusia adalah bukan orang yang tidak pernah berbuat dosa dan kejahatan, tapi manusia terbaik adalah manusia yang begitu berbuat dosa ia langsung Rassuberistighfar, mohon ampun kepada Allah dan meminta maaf kepada orang lain yang ia jahati, dholimi, hianati, yang ia ghibah, yang ia fitnah, dan yang ia ambil hak miliknya,
Rasulullah saw bersabda : “
“كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ”
Artinya: “Setiap anak Adam adalah pembuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertaubat”. (HR. Ibnu Majah, Tarmidzi, dan Abu Daud dari Abu Hurairah).
Hadits ini menjelaskan kepada kita semua bahwa kesalahan adalah bagian dari sifat manusia. Manusia adalah tempatnya salah dan lupa ( الانسان محل الخطاء ), tetapi taubat adalah jalan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Saudaraku, ketika kita melakukan dosa, dhalim terhadap diri, dan melakukam kejahatan kepada orang lain, maka jangan sekali-kali kita melupakannya, ingat terus sepanjang masa, supaya amal shaleh dan ibadah semakin banyak, baik, dan meningkaat, Iman dan taqwa kita semakin kokoh, serta kita berharap dengan senantiasa kita ingat akan dosa dan kejahatan kepada orang, menjadikan kita benci dengan kejahtan, kezaliman, dan kesewenang-wenangan.
Saudaraku, ketika kita sudah benci dengan kezaliman, kejahatan, dan kesewenang-wenangan, maka amar ma;ruf akan sangat mudah kita kerjakan. Dan ketika amar ma’ruf berjalan dengan baik, maka Allah swt. akan menyebut kita sebagai umat yang terbaik. Allah swt. berfirman :
“كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمْ الْفَاسِقُونَ”
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf (baik) dan mencegah dari yang munkar (buruk), dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab itu beriman, tentu itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik karena mereka memiliki tanggung jawab untuk menyuruh kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah. Selain itu, ayat ini juga menyiratkan bahwa kebaikan umat ini tidak hanya terletak pada iman tetapi juga pada peran mereka dalam memelihara nilai-nilai moral dan sosial.
Saudaraku, ketika kita merasa dosa kita terlalu banyak, yakinlah ampunan Allah lebih besar daripada dosa yang kita kerjakan. Dalam hadits qudhsi Allah berfirman :
ياابْنَ آدَمَ، لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي لَغَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، لَوْ أَنَّكَ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيئَةً ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
Artinya :
“Wahai anak Adam, seandainya dosamu mencapai langit dan kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku, Aku pasti akan mengampunimu. Wahai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa sebesar seluruh isi bumi ini, kemudian kamu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, Aku pasti akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula”
Hadits ini menunjukkan betapa luasnya ampunan Allah swt. dan betapa besar rahmat-Nya. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni jika seseorang benar-benar bertaubat dengan taubatan nashuha dan tidak menyekutukan Allah. Hadits ini juga menekankan pentingnya tawhid (keesaan Allah) dalam proses taubat.
Kisah Inspiratif :
Kisah Pembunuh 100 Orang yang Bertaubat
Pada zaman dahulu, ada seorang lelaki yang telah membunuh 100 orang. Karena kejahatannya yang sangat besar, ia merasa tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan pengampunan dari Allah. Namun, ia mulai merasa menyesal dan ingin bertaubat.
Dia pergi ke seorang ulama atau pendeta untuk bertanya apakah ada kemungkinan bagi dia untuk bertaubat dan apakah Allah akan mengampuninya. Orang tersebut berkata bahwa tidak ada kesempatan untuk bertaubat karena dosa-dosanya terlalu besar dan banyak.
Lelaki itu tidak putus asa dan melanjutkan pencariannya. Dia bertanya kepada orang lain yang lebih memahami agama, dan mereka memberi tahu bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan taubat masih bisa diterima selama seseorang masih hidup. Mereka juga memberi tahu dia untuk meninggalkan lingkungan yang buruk dan mencari tempat yang lebih baik di mana ia bisa menjalani hidupnya dengan lebih baik.
Dia meninggalkan kota dan pindah ke tempat yang lebih baik. Namun, dalam perjalanan ke tempat baru, dia meninggal dunia. Ketika dia meninggal, ada perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat azab tentang nasibnya. Malaikat rahmat (malaikat yang membawa rahmat dan ampunan) mengklaim bahwa dia telah bertaubat dan berubah. Malaikat azab (malaikat yang membawa azab) mengklaim bahwa dia belum sempat menjalani kehidupan barunya dengan baik.
Akhirnya, Allah SWT memutuskan untuk mengukur jarak yang telah dia tempuh untuk sampai ke tempat yang lebih baik dan menentukan nasibnya berdasarkan itu. Karena dia telah bergerak menuju taubat dan perbaikan, Allah SWT menerima taubatnya dan mengampuninya.
Pesan Moral dari Kisah Ini:
- Rahmat Allah yang Luas: Tidak ada dosa yang terlalu besar bagi Allah untuk diampuni selama seseorang bertaubat dengan tulus dan benar.
- Pentingnya Lingkungan: Lingkungan yang baik dapat membantu seseorang dalam proses taubat dan perbaikan diri.
- Kesungguhan dalam Taubat: Taubat harus diikuti dengan perubahan yang nyata dalam hidup seseorang, seperti meninggalkan dosa dan melakukan kebaikan.
Kisah ini menekankan bahwa selama seseorang masih hidup, Allah selalu memberikan kesempatan untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya, tidak peduli seberapa besar dosa yang telah diperbuat.
Kreator : Dr. H. Hikmatuloh Al-Bantani, M.Sy., CWC
Comment Closed: Jurus 4, Ingatlah Selalu Kejahatan yang kita lakukan kepada Orang Lain
Sorry, comment are closed for this post.