KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kantong Kertas

    Kantong Kertas

    BY 23 Jun 2024 Dilihat: 133 kali
    Lelah Terhapus Kasih_alineaku

    Hujan sepanjang hari di kota dingin Malang, cukup membuat udara semakin menggigit kulit bahkan mulai merambat masuk ke dalam tulang. 

    “Ibu, ada uang ?” tanya Bambang hati-hati kepada Sumi. 

    Meskipun dalam hati menangis mendengar pertanyaan yang lebih bermakna permintaan dari putra bungsunya, Sumi tetap tersenyum.

    “Kenapa nak ?” Sumi bertanya balik, mencoba memberikan rasa nyaman kepada putranya. 

    “Mbak Titin pengen makan jajan” ucap Bambang polos.

    Sekali lagi Sumi tersenyum mendengar jawaban Bambang yang ingin menyembunyikan hasratnya.

    “Mbak Titin aja kan yang pengen makan jajan ?” tanya Sumi menggoda putranya.

    “Saya juga pengen Bu, tapi yang paling pengen mbak Titin” jawab Bambang mengalir tanpa beban.

    ” Dia yang pengen jajan Bu, saya dan mbak Wiwin sedang belajar, dia yang sibuk tanya jajan apa yang paling enak.” Titin yang kebetulan mendengar percakapan  merasa emosi namanya dipakai sebagai alasan.

    “Sudahhh, jadi siapa nih yang pengen makan jajan ?” Tanya Sumi sambil tersenyum memandangi anak-anaknya.

    “Sayaaaaa….” Titin dan Bambang berteriak bersamaan. 

    Sementara Wiwin si sulung hanya diam memandangi kedua adiknya penuh maklum. 

    “Baiklah… sekarang… coba masing-masing cari buku catatan yang sudah tidak dipakai lagi” ucap Sumi tampak mencari akal. 

    “Buat apa Bu ?” tanya Titin yang mulai penasaran dengan ide ibunya.

    “Nanti baru kita lihat sama-sama.” ucap Sumi diiringi senyuman lalu bergegas menuju dapur.

    Melihat kedua adiknya begitu heboh mencari buku bekas, Wiwin pun ikut  bergabung bersama saudaranya.

    Di dapur, Sumi mulai sibuk mengeluarkan sisa tepung kanji yang tinggal 2 sendok makan. Tak terasa air matanya meleleh di pipi ketika tangannya sibuk mengaduk tepung kanji yang perlahan mengental di atas nyala kompor.

    “Ibuuu…ibuuuu… Bukunya sudah ada niii….” teriak Bambang dari ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang berkumpulnya keluarga.

    “Apa tu Bu ?” Tanya Bambang spontan ketika Sumi meletakkan semangkok lem yang terbuat dari tepung kanji.

    “Ini namanya lem kanji. Sekarang lihat dan ikuti ibu yaaa…” jawab Sumi singkat dan mulai sibuk memberi instruksi kepada ketiga buah hatinya.

    Satu jam telah berlalu. Tak terasa banyak kantong terbuat dari kertas berhamburan di sekeliling mereka. Di sela canda dan gelak tawa ketiga anaknya yang sedang asyik melipat dan mengelem kertas, Sumi berjuang keras menahan airmata. Bagi orang berduit , tidaklah sulit memberikan jajan permintaan sang anak. Tapi Sumi tidak ingin mengatakan tidak ada uang di hadapan ketiganya.

    “Semuanya genap 150 kantong Bu. ” teriakan Titin mengakhiri lamunan Sumi.

    “Kalian bertiga bersihkan sampahnya ya, ibu keluar sebentar” Sumi buru-buru beranjak meninggalkan buah hatinya sambil membawa setumpuk kantong kertas yang baru saja mereka buat.

    Dengan berlari kecil Wiwin segera mengejar ibunya.

    “Masih deras Bu. Ibu mau ke mana ?! Biar Wiwin yang pergi Bu!” si sulung mencoba menghentikan langkah ibunya dengan penuh rasa khawatir saat melihat Sumi mulai membuka payung yang sedikit koyak.

    “Kamu jaga saja adik-adikmu Win. Ibu gak lama kok.” Sumi segera menerobos guyuran hujan deras disertai kilat dan petir. 

    “Maaf Bu, kantong kertas saya masih banyak sekali, saya belum butuh kantong kertas ” ucap Bu Misen pemilik toko kelontong langganan Sumi. 

    “Kalau saya tukar dengan jajan dan tempe bisa gak bu ?” tanya Sumi lirih di ambang keputusasaan.

    “Boleh Bu. Mau jajan apa ?” 

    “Biskuit Marie sama kacang shanghai” berbinar mata Sumi ketika pemilik toko mengabulkan permintaannya. 

    “Ibu sudah pulaaàngg ….!!!” berlarian Bambang dan Titin menyambut kedatangan Sumi.

    “Ibu dari mana ? Ibu jual kantong kertas ya ? Kapan kita buat kantong kertas lagi ? ” ucap Titin dan si bungsu bergantian.

    “Biarkan ibu masuk dulu dek. Nanti ibu kedinginan” tegur Wiwin menghentikan serangan kedua adiknya.

    “Tunggu di ruang tamu ya.” sambil tersenyum Sumi menuju ke dapur.

    Tak berapa lama kemudian Sumi kembali sambil membawa enam buah contong terbuat dari kertas.

    “Masing-masing pegang dua contong.” dengan sabar Sumi membagikan contong kertas buatannya. Sejenak Sumi terdiam tak mampu melanjutkan kalimatnya. 

    “Tadi ibu jual kantong kertas hasil buatan kita. Ternyata kantong kertas di warung Bu Misen masih banyak. Jadi untuk sementara kita belum bisa buat lagi. Ini ada biskuit dan kacang shanghai. Supaya adil cara baginya pakai hitung. Tiap orang harus dapat jumlah yang sama baik biskuit maupun kacang shanghainya. Contong yang satu untuk isi biskuit, lainnya untuk isi kacang.” sedemikian rupa Sumi mengatur suara dan air matanya, tak ingin menangis di hadapan ketiga buah hatinya.

    “Horeeee….. Akhirnya kita makan jajan”

    Pedih mendalam Sumi rasakan ketika melihat anak-anaknya begitu antusias berbagi jajan. Seandainya dia mampu memberi lebih, tak akan dia biarkan anak-anak berbagi jajan.

    “Ibu… Bagian Wiwin kita bagi dua ya. Ibu juga ikut buat kantong tadi, jadi hasil penjualannya ibu juga harus dapat” ucap Wiwin sambil mendekap ibunya. Sumi balas memeluk erat sambil menciumi putri sulungnya dengan penuh kasih …

     

    Kreator : UC Wind

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kantong Kertas

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021