KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kapal Tak Ditakdirkan untuk Dermaga

    Kapal Tak Ditakdirkan untuk Dermaga

    BY 21 Agu 2025 Dilihat: 3 kali
    Kapal Tak Ditakdirkan untuk Dermaga_alineaku

    Di suatu pelabuhan tua, sebuah kapal kayu terdiam. Badannya utuh, catnya mulai pudar dimakan waktu, tapi tak ada satu lubang pun di lambungnya. Ia aman. Ia selamat. Tapi tak pernah ke mana-mana. Kapal itu tak pernah mengarungi laut. Tak pernah tahu riuhnya badai, kerasnya ombak, atau arah angin yang menantang. Ia hanya berdiam, terpajang seperti artefak masa lalu. Mungkin ia bangga tak pernah bocor, tapi juga tak punya kisah untuk diceritakan. Lalu aku berpikir, bukankah banyak dari kita hidup seperti kapal itu?

    Kita memilih dermaga—tempat aman, rutinitas nyaman, jalur paling datar. Kita lupa, bahwa sebagaimana kapal yang diciptakan untuk berlayar, kita pun diciptakan untuk mengarungi samudra kehidupan—penuh risiko, tantangan, tapi juga pertumbuhan.

    Kapal tak pernah dimaksudkan untuk disimpan. Ia dirancang untuk melawan angin, menembus badai, dan menemukan pelabuhan-pelabuhan baru. Demikian pula manusia. Kita tak diciptakan hanya untuk nyaman, bertahan, dan diam. Kita hadir ke dunia untuk menghidupkan potensi, memikul tanggung jawab, dan menjawab panggilan makna.

    Sebagaimana kapal tak boleh takut pada ombak, manusia tak seharusnya takut pada kegagalan. Karena hidup yang sejati bukan tentang selamat dari semua luka, tapi tentang bagaimana kita bangkit, belajar, dan bertumbuh darinya. Dermaga itu nyaman. Tapi terlalu lama bersandar membuat kita lupa bahwa kita bisa melaju lebih jauh.

    Ketika kita terlalu takut untuk melangkah, kita justru menyia-nyiakan daya cipta dalam diri. Takut gagal, takut tak diterima, takut berbeda—semua itu menjadikan kita penonton dari hidup kita sendiri. Kita jadi seperti kapal mewah yang tak pernah meninggalkan pelabuhan. Padahal, tak ada pelaut hebat yang lahir dari laut yang tenang.

    Setiap kita dilengkapi dengan mesin dan kemudi kehidupan. Yaitu akal, hati, iman, intuisi. Tapi semua itu tak berarti jika kita tak berani bergerak. Mungkin hari ini kita sedang berada di dermaga—menimbang, ragu, dan bertanya: “Apa aku siap?” Kenyataannya adalah, tidak ada yang benar-benar siap. Tapi kita tetap bisa melangkah.

    Sesungguhnya hidup ini bukan tentang menghindari badai, tapi tentang menjadi cukup kuat untuk menghadapinya. Tere Liye mengatakan bahwa “Hidup bukan tentang menunggu badai reda, tetapi tentang belajar menari di tengah hujan.”

    Dari analogi tadi, saya jadi mengerti mengapa para nabi yang disebut sebagai kekasih Allah, justru mendapat tantangan yang besar dalam kehidupan? bukankah mudah saja bagi Allah untuk menghindarkan kekasih-Nya dari berbagai penderitaan? Tetapi semakin berat ujian dan tantangan yang dihadapi seorang nabi Allah, semakin tinggi derajatnya. Demikianlah tugas mereka dalam kehidupan. Para kekasih Allah dilahirkan bukan untuk diamankan dari tantangan dan persoalan, justru mereka diciptakan untuk menghadapi berbagai persoalan kehidupan.

    Sebagai muslim, paling sedikit tujuh belas kali dalam setiap hari, kita membisikkan ayat ke dalam diri “tunjukilah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat”. Pertanyaannya, siapakah yang Allah beri nikmat? tentu saja jalan orang-orang yang menjadi kekasih-Nya, yaitu jalan terjal para nabi dan orang-orang sholeh, perjalanan hidup yang telah mereka lalui penuh perjuangan. Tidak ada cerita istirahat dalam sejarah hidup mereka. Itulah yang selalu kita minta, untuk itulah kita diciptakan, bukan untuk diam di tempat nyaman, tetapi untuk menjalankan misi dan peran, menjadi khalifah di muka bumi, pembelajar sepanjang hayat, pencipta kebaikan bagi sesama.

    Mari kita pikirkan, kapan terakhir kali kita merasa benar-benar hidup? apakah saat nyaman atau saat tertantang? Tugas manusia bukan menjadi sempurna, tapi menjadi bermakna. Kita tidak dituntut untuk selalu menang, tapi untuk terus mencoba. Karena hanya mereka yang berlayarlah yang akan tahu arah angin, membaca bintang, dan akhirnya sampai pada tujuan. Kapal yang bersandar memang tak akan karam. Tapi ia juga tak pernah akan punya cerita. Tak akan ada lagu tentang pelayarannya. Tak akan ada peta yang bisa ia tunjukkan.

    So, berlayarlah! Meski perlahan, meski takut. Karena kita tak ditakdirkan untuk dermaga. Kita diciptakan untuk lautan.

     

     

    Kreator : iis rodiah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kapal Tak Ditakdirkan untuk Dermaga

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021