KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » KARAKTER YANG LAHIR DARI DUNIA PESANTREN

    KARAKTER YANG LAHIR DARI DUNIA PESANTREN

    BY 22 Des 2022 Dilihat: 147 kali

    Oleh : Pangadilan Rambe (Pram)

    Pondok Pesantren sebuah ciri khas pendidikan Islam di Indonesia sehingga pada umumnya masyarakat Indonesia mengenal istilah Dunia Pesantren. Pada mulanya masuk pondok pesantren Musthafawiyah bukanlah keinginan ku semata melainkan ikhtiar dari kedua orang tua ku yang menginginkan anak –anak nya merasakan pendidikan agama yang baik sehingga  kelak  memiliki kepribadian yang sholeh dan berakhlakul karimah. Ibuku tidak menginginkan anaknya memiliki nasib seperti dirinya yang hanya pernah belajar dibangku sekolah Dasar dan tidak memiliki kesempatan yang banyak untuk belajar di masa kecil.

    Meski kami bukan dari keluarga yang mampu tetapi ayah memiliki tekat dan semangat yang kuat seperti baja untuk pendidikan anaknya, ia mau melakukan kerja apa saja asal halal dan baik demi memenuhi biaya bulalan ku belajar di Pondok Pesntren dan biaya sekolah adik-adikku. Pada hari pertama belajar di Pesantren aku diperkenalkan dengan pelajaran ilmu tajwid (bagaimana mengucapkan huruf-huruf dalam al-Qur’an) setelah jam pertama dilanjtkan dengan pelajaran kedua ilmu nahwu judul kitabnya Matan al-Jurumiyah (sebuah ilmu yang mempelajari sintaksis) gramatikal bahasa Arab ba’da sholat Ashar lanjut materi pelajaran lain nya seperti Fikih, Hadist, Tarikh, bahasa Arab  dan lain-lain. Setiap hari kitab gundul atau kitab-kitab kuning silih berganti disajikan guru untuk bahan atau sumber belajar bersama. Malam hari saya biasanya mengulang pelajaran di dalam gubuk kecil yang berukuran 2m² dengan menggunakan lampu semprong untuk menghafal matan / teks-teks yang sudah diperintahkan guru/ustadz di sekolah. Terkadang saya juga harus mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti belajar berpidato, muzakarah/diskusi yang dipimpin oleh kakak tingkat/abng senior  dan biasanya kegiatan ini diorganisir oleh Ikatan Pelajar daerah masing-masing.

    Awal minggu-minggu pertama sampai dengan beberapa bulan saya merasakan berat sekali belajar di Pondok pesantren. Selain masih rindu dengan keluarga di kampung halaman saya juga harus menghadapi berbagai macam tugas dan hafalan pelajaran yang harus dikuasai serta padatnya kegiatan harian dari bangun pagi sampai tidur malam. Pesantren tempat saya belajar masih memegang philosophy mengajar tradisional. Semua pelajaran selalu mengedepankan hafalan dan bagi yang tidak hafal diberi punishment  atau hukuman. Sehingga dalam kesendirian saya sering menangis rasa nya ingin pulang dan tak betah melanjutkan belajar di Pesantren ini, akan tetapi ditengah-tengah kegundahan tersebut saya menging-ingat ingat kembali pesan ibu agar bertahan dan kuat menghadapi semua jenis rintangan belajar, ingat perjuangan ayah dan ibu nak..sahutnya.. kami banting tulang mencari biaya mu belajar di Pondok.. dan biaya adik-adik mu yang masih sekolah SD dikampung. Setelah mengingat pesan ibu ini merasa dia ada disampingku seperti memberi spirit dan semangat baru, saya menarik napas kuat-kuat dan menghembuskannya dengan keras agar rasa sesak di dada plong kembali. Hari demi hari saya lalui sampai bulan demi bulan hingga tahunan. Manis dan  pahit nya perjuangan semasa belajar kini sudah menjadi kebiasaan rutinitas sehari-hari. Saya sudah terbiasa  bangun pagi bahkan terkadang bangun dini hari untuk memurojaah pelajaran (mengulang-ulang) untuk dihafal. Belajar mandiri untuk mengelola waktu dan pekerjaan, seperti mencuci baju sendiri, memasak dan belanja kebutuhan kepasar. Belajar mengenal bermacam-macam sifat dan karakter teman-teman satu banjar atau satu komplek di wilayah tempat gubuk. Belajar adaptasi dengan penduduk lokal atau setempat dan sebagainya.

    Tidak sedikit dari teman-teman saya yang berhenti ditengah jalan akibat mereka tidak kuat bertahan menghadapi bermacam-macam kesulitan dan hambatan, seperti kemampuan mengelola waktu sehingga sering bolos tidak masuk kelas, akibat nya mereka takut masuk kelas untuk menghindari hukuman dari wali kelas. Semua sistem pendidikan di Pondok Pesantren saya lalui sampai akhirnya selesai setelah menyelesaikan masa belajar selama tujuh tahun.

    Banyak hikmah yang dapat dijadikan ibroh selama mondok di pesantren diantaranya membangun sifat disiplin, ulet dan sabar. Keuletan terbentuk dengan sendirinya dari berbagai kesulitan yang harus diatasi dalam belajar. Sifat disiplin lahir dari komitmen terhadap melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu kegiatan sehari-hari. Belajar bagaimana mengatur waktu, mengurus diri sendiri dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan. Tanpa disadari semua ini membentuk karakter kepribadian yang mandiri sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan berikutnya setelah selesai dari dunia pesantren.

    Bagikan ke

    Comment Closed: KARAKTER YANG LAHIR DARI DUNIA PESANTREN

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021