Penulis : Nurhayati (Member KMO Alineaku)
Setelah mendapat restu dari kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan, Tini sangat gembira. Dia dengan sigap menyiapkan ijazah, surat-surat yang diperlukan untuk mendaftar, beberapa lembar pakaiannya disusun rapi ke dalam tas tenteng, Ibu yang melihatnya bertanya,” Kapan kamu berangkat nak? Tini menjawab, “Insya Allah besok sore bu, saya sudah minta Sanjung (nama sopir) jemput saya. Ibu menyarankan kalau berangkat ke kota nanti diantar bapak, Tini menolak, “gak apa-apa sendiri bu, toh sopirnya juga sudah tau alamat paman nanti saya langsung diantar ke sana.
Keesokan harinya Tini berangkat, dia tidak lupa salim sama kedua orang tuanya, salam-salaman dengan adik-adiknya sekaligus minta didoakan semoga lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Delapan jam perjalan darat sampailah ke rumah pamannya, dia pun menceritakan maksud dan tujuannya. Paman senang karena ponakannya punya tekad yang kuat untuk melanjutkan sekolah. Pamannya menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa menemaninya dalam proses pendaftaran, setiap hari bekerja, lagi pula beliau tidak paham tentang pendaftaran masuk perguruan tinggi negeri yang dimaksudkan.
Keesokan harinya Amin (kakak sepupu) main ke rumah paman , pamanpun minta tolong untuk mengantarkan Tini mendaftar sekiranya ada waktu longgar, ternyata kak Amin juga sangat sibuk, dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya seperti halnya paman. Dalam perbincangan tersebut kak Amin memberikan saran, “Begini saja nanti motor saya ini dipakai sementara selama proses pendaftaran, kan ada Ardi (anak paman) yang bisa ngantar Tini, dan satu lagi kalau proses pendaftaran mahasiswa baru seperti ini, Asdar yang paling paham, dia yang banyak membantu anak-anak dari kampung mendaftar masuk ke perguruan tinggi negeri. Tini agak ragu, “tapi kak saya malu soalnya belum begitu kenal orangnya. Paman menimpali, “kenapa malu? anaknya baik kok, dia juga sering datang ke sini. Amin berjanji untuk menemui dan meminta Asdar mengantarkan Tini mendaftar.
Setelah sarapan pagi, paman meminta Ardi anaknya mengantarkan Tini mencari alamat kampus tempatnya mendaftar nanti. Maklum kota besar, tentu Tini yang dari desa belum tau suasana kota metropolitan. Walaupun Tini sebanarnya hampir setiap libur sekolah selalu berkunjung ke rumah pamannya tersebut, tapi sekarang suasananya sudah jauh berbeda. Dengan senang hati Ardi mengajak Tini segera berangkat, dia tidak merasa curiga dengan keramahan Ardi. Mereka mengendarai motor Vesva kak Amin, Sepanjang perjalan Tini bertanya tentang keadaan kota sekarang, Ardi menjawabnya sesekali. Tidak lama kemudian Ardi membelokkan motornya ke suatu tempat, Tini yang merasa tidak asing dengan tempat tersebut bertanya, “loh gak salah jalan kah ini? Ini kok arah ke pantai? Ardi tetap melaju , tidak memperdulikan pertanyaan Tini. Akhirnya Tini pun mulai curiga dengan sepupunya tersebut, dia minta berhenti dan mengancam kalau tidak berhenti dia akan lompat dari motor. Akhirnya Ardi berhenti. Tini marah, “apa maksudmu membawa saya ke pantai ini, disuruh nyari kampus kok malah ke sini? Kamu kira saya ini cewek apaan? Ardi terdiam menunduk, “saya mau mengajak kamu liat-liat pantai dulu. Ya mungkin maksud sepupunya tersebut baik, ingin mengajaknya refresing melihat-lihat keindahan pantai. Tini merasa prioritasnya sekarang adalah mencari informasi tentang penerimaan mahasiswa baru dan kampus yang dia akan pilih nanti, tidak untuk refresing. Dia marah kepada sepupunya tersebut, sampai mengancam, “awas loh ya, macam-macam sama saya, ku laporkan ke bapak nanti”. Tidak lama kemudian Ardi mengajak Tini melanjutkan perjalanan mencari alamat kampus yang dimaksudkan tadi, karena Tini sudah terlanjur marah dan kesal, dia meminta Ardi balik ke rumah saja.
Tini merenung, “ini belum proses pendaftaran, tapi rintangan sudah mulai terasa, terutama si Ardi yang tidak bisa diandalkan untuk membantu. Dia bertekad untuk lebih berhati-hati, ia meyakinkan dirinya, kalau apa yang dialami tadi terjadi karena kesalah pahaman saja. Tidak perlu disampaikan ke pamannya dia yakin bisa menghadapi dan mengatasi masalah tersebut.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Cerbung Part 3 : Ke Kota
Sorry, comment are closed for this post.