Kisah seorang petugas kesehatan yang mengalami luka di kepala.
Sam, adalah seorang ayah, anak 4 yang menikah di usia 25 tahun. Setahun setelah menikah, Allah langsung memberikan 4 buah hati. Setiap tahun lahir 1 anak, anak ketiga terlahir kembar. Sebagai petugas Kesehatan yang bekerja di puskesmas, prestasinya cukup cemerlang. Hingga, Sam dipromosikan untuk berangkat haji pada usia 31 tahun. Tentu saja, hatinya sangat bahagia dan optimis dengan rencana ini. Apalagi dalam keluarga besarnya, baru dia seorang yang akan pergi haji. Walau meninggalkan anak dan istri, Sam tidak khawatir, karena ada adik, ipar dan keluarga lain yang mendukung dan membantunya. Apalagi istrinya, yang juga petugas Kesehatan memberikan dorongan padanya.
Namun yang dikhawatirkan sang istri, Sam memiliki karakter yang masih temperamen. Bukan pada keluarga, tetapi pada orang lain, terutama kalau sedang menyetir kendaraan. Berkali-kali sang istri mengingatkan, untuk lebih sabar kalau sedang berkendara. Sam, juga berusaha menahan emosinya selama di jalan. Satu bulan sebelum berangkat haji, Sam mengantar istri ke pasar dengan menggunakan sepeda motor. Di tengah jalan, motornya di salib metro mini. Sam dan istri hampir saja terserempet. Jiwa muda Sam mendidih. Ia tidak bisa lagi mengendalikan emosinya dan mengajar metromini tersebut. “Yah, udah, tidak perlu dikejar, maafin aja,” kata istrinya. “Enak aja, harus dikasih pelajaran sopir macam gini,” kata Sam.
Saat Metromini berhenti, Sam menghampiri kaca samping sopir, dan menampar kaca tersebut sampai pecah dan terburai. Sopir kaget dan gemetar. Sam pantang mundur, pemilik sabuk hitam karate ini tidak khawatir harus menghadapi kernet dan antek-anteknya. Berkelahi adalah makanannya selama ia masih sekolah. “Ayah udah yah! Ya Allah,” ujar sang istri.
Darah segar mengalir dari dahi sopir, ternyata pecahan kaca mobil, mencap di dahi tersebut. “Maaf Pak, tadi saya salib Bapak!’ ujar sopir metromini ketakutan. Melihat darah tersebut. Sam juga kaget. “Kamu punya SIM gak? Kok nyetirnya kaya begitu, bawa penumpang banyak lagi, ini bahaya!” kata Sam masih emosi. “Iya Pak, maaf, iya.” Sam lalu merobek bagian bawah kausnya, dan mengambil pecahan kaca di dahi sopir. Lalu luka tersebut, ditekan menggunakan sobekan kain. “Jadi gimana? Mau ke polisi?” kata laki-laki bertubuh tinggi besar. “Engga usah Pak, emang saya salah,” kata sopir. Seketika Sam menjadi tidak tega. “Ya Allah, kenapa saya tersulut emosi sekali?” tanyanya dalam hati. Sam akhirnya mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa ratus ribu, lalu menyerahkan pada sopir tersebut. “Nih, buat berobat dan tambah-tambahin beli kaca. Maaf ya, saya emosi.” Ujar Sam, mengajak salaman. Sopir mengambil uang pemberian Sam dan salaman.
Keadaan jalan saat itu sepi, karena Hari Minggu, tidak ada penumpang maupun orang yang melerai. Sam juga minta maaf pada penumpang yang merasa terganggu. Setelah itu, ia dan istrinya pergi. Selama di perjalanan, Istri Sam menangis pelan. “Ya Allah, ayah, inget mau pergi haji sebulan lagi. Ini ujian.” Seperti disambar petir, Sam baru ingat akan hal ini.
Sam sampai di Mekah, sebagai petugas Kesehatan ia membantu para jamaah lain yang memiliki masalah dengan Kesehatan. Hingga suatu ketika, saat ia dan rekannya pulang mengendarai mobil usia mengantar pasien ke rumah sakit di Mekah. Mobil yang dikendarai Sam, oleng dan tabrakan dengan mobil lain. Hal ini mengakibatkan Sam dan seorang temannya luka-luka. Sepotong kaca menancap di dahi Sam, sehingga kulit robek. Untuk mengurangi pendarahan, Sam mengikat kepalanya dengan sorban. Tidak berapa lama, petugas datang untuk menolong Sam dan rekannya. Sam dibawa ke rumah sakit terdekat dan langsung mendapatkan pertolongan. Dahinya mendapatkan 8 jahitan, Sam dijahit tanpa anestesi dan suntikan kebal. Ini mengakibatkan ia terus berteriak sepanjang proses penanganan.
Selesai dijahit, sebagai petugas Kesehatan, Sam tidak bisa istirahat panjang, ia tetap harus membantu jamaah, dengan keadaan kepala diperban. Saat menyampaikan hal ini kepada istrinya. Istri Sam, ikut prihatin dan mendoakan agar suaminya selalu mendapatkan bimbingan dari Allah dan lekas sembuh. Selama 40 hari Sam menjalankan ibadah haji, akhirnya ia pun pulang ke tanah air disambut anak dan istrinya. Syukurlah lukanya sudah mengering dan menjadi kenang-kenangan berharga sepanjang hidupnya.
Kreator : Nurhablisyah
Comment Closed: Kecelakaan di Mekah
Sorry, comment are closed for this post.