Setelah menyelesaikan tugas ekspedisi dengan sukses, Izka dan teman-temannya kembali ke Akademi Zima. Namun, suasana di akademi menjadi tegang. Keluarga utama, yang merupakan pilar kekuatan di kerajaan Zima, mulai merasa terancam dengan eksistensi Izka dan pengaruhnya yang semakin kuat di antara murid-murid Videnbe.
Di sisi lain, tersembunyi di dalam bayang-bayang, ada kelompok konspirator yang dikenal sebagai Ordo Bayangan. Mereka adalah individu-individu dari berbagai keluarga utama yang memiliki agenda tersembunyi untuk mengambil alih kendali kerajaan Zima. Salah satu pemimpin utama konspirasi ini adalah Koschei, seorang Deniluc yang cerdik dan kejam, didukung oleh sekutu setianya, Vervara dan Goran.
Pada malam itu, di reruntuhan kuno yang tersembunyi di dalam hutan sekitar akademi, para anggota Ordo Bayangan berkumpul untuk membahas nasib Izka. Mereka percaya bahwa Izka adalah ancaman serius terhadap rencana mereka, terutama karena kekuatan dan hubungannya dengan keluarga Videnbe yang teguh dalam ajaran Sang Ilahi.
Koschei membuka pertemuan dengan berkata, “Izka Videnbe. Dia semakin kuat dan semakin dekat dengan Sang Ilahi. Kita harus bertindak sebelum terlambat.”
Vervara disampingnya menyahuti, “Tapi bagaimana caranya, tuanku? Keluarga Videnbe memiliki pengaruh yang kuat di akademi.”
Koschei menjawab dengan sinis, “Kita perlu memanfaatkan konflik internal di antara keluarga utama. Mereka semua sudah mulai resah dengan kehilangan Vladyka ke-11. Aria dan Alexei masih belum ditemukan, ini adalah hal baik dan buruk bagi kita.”
Goran mengusulkan sesuatu, “Saya punya rencana untuk merusak reputasi Izka di antara murid-murid Videnbe. Kita bisa memanfaatkan sifatnya yang terlalu percaya pada teman-temannya.”
Sementara itu, Izka dan teman-temannya tidak menyadari ancaman yang mengintai di balik bayang-bayang. Mereka berusaha menjaga keseimbangan antara pelajaran akademik, pelatihan petualangan, dan tugas-tugas mereka sebagai murid-murid Akademi Zima. Namun, perjalanan mereka ke dunia luar semakin sering, dan dengan setiap langkah mereka, jejak mereka semakin terbuka bagi musuh-musuh yang mengintai.
Asrama Videnbe berdiri megah di salah satu sudut Akademi Zima, sebuah bangunan tua dengan arsitektur klasik yang mengesankan. Dinding-dindingnya terbuat dari batu abu-abu yang kokoh, dihiasi dengan jendela-jendela tinggi yang memperlihatkan pemandangan taman dan pegunungan di kejauhan. Meskipun terkesan kuno, suasana di dalam asrama selalu terasa hangat, penuh kehidupan, dan bernafaskan ajaran Sang Ilahi.
Kondisi Asrama:
Kamar Tidur:
– Kamar Izka: Dihiasi dengan sentuhan personal seperti benda-benda kecil yang ia buat sendiri, serta beberapa benda kenangan dari masa lalunya. Di dindingnya, terdapat simbol-simbol ajaran Sang Ilahi yang memberikan rasa tenang dan damai.
– Kamar Sybil: Sebagai anak tertua, kamar Sybil rapi dan teratur, dengan rak-rak penuh buku-buku suci dan jurnal. Altar kecil dengan lilin dan patung Angeluc menghiasi sudut kamarnya, tempat Sybil sering bermeditasi dan berdoa.
– Kamar Walter: Nuansa yang lebih tenang dan serius dengan hiasan yang mencerminkan minatnya pada studi dan latihan fisik. Di dindingnya, tergantung kutipan-kutipan bijak dari kitab suci yang memberi inspirasi dan motivasi.
– Kamar Piotr: Sederhana namun penuh dengan benda-benda yang mencerminkan minatnya terhadap mekanik dan alat-alat kecil. Ia memiliki sebuah altar kecil dengan simbol Sang Ilahi yang ia gunakan untuk berdoa sebelum memulai pekerjaannya.
– Kamar Soren dan Lia: Nyaman dengan dekorasi yang mencerminkan kedekatan mereka sebagai saudara. Di sudut kamar, terdapat patung Angluc pelindung anak-anak, tempat mereka sering berdoa bersama sebelum tidur.
Ruang Bersama:
– Ruang bersama di asrama adalah tempat di mana semua penghuni berkumpul untuk berbicara, belajar, atau sekadar bersantai. Ruangan ini memiliki perapian besar yang sering dinyalakan saat malam hari, memberikan kehangatan dan suasana nyaman. Di atas perapian, tergantung sebuah lukisan besar Sang Ilahi yang memancarkan kedamaian.
– Terdapat meja besar di tengah ruangan yang sering digunakan untuk makan bersama, bermain permainan papan, atau mengerjakan tugas. Dinding-dinding ruangan ini dipenuhi dengan foto-foto keluarga, pemandangan alam yang menenangkan, serta simbol-simbol keagamaan yang mengingatkan mereka akan ajaran Sang Ilahi.
Perpustakaan Kecil:
– Perpustakaan kecil ini berisi koleksi buku-buku suci dan karya-karya besar yang dipilih khusus oleh keluarga Videnbe. Tempat favorit Izka, Sybil dan Piotr, perpustakaan ini juga memiliki sudut meditasi di mana penghuni asrama bisa berdoa dan merenung.
Ruang Latihan:
– Dilengkapi dengan berbagai peralatan untuk latihan fisik dan seni bela diri, ruangan ini juga dihiasi dengan simbol-simbol keagamaan yang mengingatkan mereka untuk selalu berserah pada Sang Ilahi. Walter sering menggunakan ruangan ini untuk melatih keterampilannya, kadang-kadang ditemani oleh Soren dan Lia.
Suasana Asrama:
Asrama Videnbe dipenuhi dengan kehangatan, rasa kekeluargaan, dan nuansa keagamaan yang kuat. Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, penghuni asrama ini memiliki ikatan yang kuat, saling mendukung satu sama lain terutama dalam menghadapi tantangan di Akademi Zima.
– Izka: Sebagai adik angkat, Izka merasa sangat diterima dan dilindungi oleh Sybil dan Walter. Dia sering membantu Piotr dengan proyek-proyek mekaniknya dan senang menghabiskan waktu bersama Soren dan Lia.
– Sybil: Sebagai yang tertua, Sybil mengambil peran sebagai pemimpin dan pelindung. Dia selalu memastikan bahwa semua orang merasa nyaman dan aman, seringkali mengingatkan mereka akan ajaran Sang Ilahi.
– Walter: Pendiam namun serius, Walter sering menjadi sosok yang dapat diandalkan dalam situasi serius. Dia lebih memilih untuk berbicara hanya ketika perlu dan selalu berpikir matang sebelum bertindak.
– Piotr: Dengan kecintaannya pada mekanik dan penemuan, Piotr sering kali menjadi penasihat teknis dan suka membantu semua orang dengan benda-benda yang mereka butuhkan.
– Soren dan Lia: Dua saudara ini menambah dinamika keakraban di asrama dengan kejenakaan dan kedekatan mereka. Lia, sebagai adik, sering kali mendapatkan perhatian dan perlindungan dari semua penghuni.
Setiap malam, mereka biasanya berkumpul di ruang bersama, berbagi cerita tentang hari mereka, dan merencanakan petualangan berikutnya. Suasana hangat, penuh canda tawa, dan doa selalu mengiringi waktu-waktu ini, membuat asrama Videnbe menjadi tempat yang benar-benar nyaman, penuh kasih sayang, dan bernafaskan ajaran Sang Ilahi.
Suasana pagi hari di dalam asrama Videnbe terasa tenang namun tegang. Izka duduk di antara teman-temannya: Sybil, Walter, dan Piotr. Mereka berkumpul di meja kayu tua yang dikelilingi oleh perabotan klasik, menciptakan atmosfer yang khas bagi para siswa dari keluarga Videnbe.
Izka memandang keluar melalui jendela besar yang terbuka lebar, cahaya pagi memantulkan warna-warna hangat di wajahnya. Suara sayup burung-burung hutan terdengar dari luar, menciptakan latar belakang yang damai bagi percakapan mereka.
Sybil mendekati adik angkatnya tersebut, rasa cemas muncul dari wajahnya. “Apa yang kamu pikirkan, Izka? Sepertinya kamu agak khawatir pagi ini.”
Izka menoleh pada Sybil, memberi jawaban, “Aku merasa ada yang tidak beres belakangan ini. Bukan hanya soal murid-murid keluarga utama yang semakin berani pada kita, tapi juga ada sesuatu yang mengawasi gerak-gerik kita di luar.”
Walter yang duduk di bangku ikut menambahkan, “Benar. Aku merasa diperhatikan lebih dari biasanya. Kemarin di tempat pelatihan, aku merasa ada yang memperhatikan setiap gerakku.”
Piotr ikut serta merasakan hal yang sama, “Aku juga merasa seperti itu. Mungkin ada hubungannya dengan tugas ekspedisi kemarin. Kita telah menunjukkan kemampuan kita di luar akademi, mungkin ini membuat mereka curiga.”
Sybil tiba-tiba teringat sesuatu, “Mungkinkah ada kaitannya dengan Ordo misterius yang dirumorkan? Kepala akademi pernah menyebut tentang kelompok itu. Mereka mungkin memiliki agenda tersembunyi untuk mengganggu stabilitas di kerajaan.”
Mereka saling pandang, ekspresi wajah mereka mencerminkan perasaan kekhawatiran namun juga tekad untuk menghadapi tantangan yang ada.
Izka membulatkan tekadnya untuk melindungi teman-temannya, “Kita harus waspada. Aku tidak yakin ini semua hanya kebetulan belaka.”
Walter mengangguk, “Setuju. Kita harus terus waspada dan siap menghadapi apa pun yang akan datang.”
Piotr terakhir menambahkan, “Kita adalah murid-murid Videnbe. Kita harus menjaga kehormatan keluarga kita dan nilai-nilai dari ajaran Sang Ilahi.”
Mereka mengangguk satu sama lain, persatuan mereka kuat meskipun mereka menyadari bahwa tantangan di depan mungkin lebih besar dari yang mereka perkirakan. Di tengah ketidakpastian, satu hal yang pasti: mereka harus bersama-sama menghadapi segala rintangan yang akan datang.
Di saat yang sama, ketidakhadiran Vladyka ke-11 Alexei dan Aria, orangtua Izka yang sebenarnya bernama Ilta Jedlicka, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Keluarga Videnbe merasa kehilangan, sementara keluarga utama mulai mendesak untuk memilih pemimpin kerajaan yang kekosongan dalam hierarki kerajaan Zima.
Di kediaman Videnbe yang tenang, dengan dinding-dinding yang dipenuhi lukisan keluarga dan lampu-lampu kristal yang memancarkan cahaya lembut, Radostaw duduk di ruang keluarga bersama Ivana. Wajah mereka tampak serius, menandakan adanya pembicaraan yang mendalam dan penuh beban. Informan sekutu mereka baru saja memberikan laporan penting yang tak bisa diabaikan.
“Radostaw, kita harus bersiap. Dengan hilangnya keluarga Jedlicka, para kepala keluarga utama pasti akan berebut gelar Vladyka sementara,” ucap Ivana, suaranya bergetar namun tegas. Matanya menatap langsung ke arah Radostaw, berharap mendapatkan jawaban yang bisa menenangkan hati.
Radostaw menghela nafas panjang. “Aku tahu, Ivana. Ini adalah situasi yang sangat berbahaya. Kekuasaan bisa membuat orang lupa diri, dan aku khawatir akan terjadi kekacauan yang tak terkendali.”
Ivana meraih tangan Radostaw, genggamannya erat dan hangat. “Radostaw, kita harus berserah pada Sang Ilahi. Berdoa dan berharap bahwa keluarga kita akan melalui ini dengan selamat. Kita tidak sendirian, masih ada Ilta yang sangat membutuhkan bantuan kita.”
Radostaw mengangguk perlahan, merasakan kehangatan dan kekuatan dari genggaman Ivana. “Ilta… ya, Ilta. Ia sudah seperti anak kita sendiri. Kita tidak bisa membiarkannya menghadapi ini sendirian. Kita harus membantunya mengembalikan keluarga Jedlicka.”
Ivana tersenyum lembut, memberikan semangat pada suaminya. “Kita adalah harapan terakhir bagi Ilta. Kita harus kuat demi dia. Kita akan terus memberikan bantuan kita, apapun yang terjadi.”
Suara ketukan pintu menginterupsi percakapan mereka. Seorang pengawal masuk, membungkuk dengan hormat. “Maafkan saya, Tuan Radostaw, Nyonya Ivana. Ada pesan mendesak dari Izka Videnbe”
Radostaw segera berdiri. “Bawa pesan itu ke sini,” perintahnya.
Pengawal itu menyerahkan gulungan surat yang disegel dengan lambang keluarga Videnbe. Radostaw membuka segelnya dengan cepat dan membaca isi surat itu dengan cermat. Wajahnya berubah menjadi lebih serius seiring dengan tiap kata yang dibacanya.
“Il… Izka, meminta kita untuk bertemu dengannya dan anak-anak Videnbe lainnya. Mereka mengatakan ada sesuatu yang sangat penting yang harus kita ketahui,” ujar Radostaw setelah selesai membaca.
Ivana mengangguk. “Kita harus segera pergi. Tidak ada waktu untuk menunda.”
Dengan tekad yang bulat, Radostaw dan Ivana mempersiapkan diri untuk pertemuan tersebut. Mereka tahu bahwa tantangan besar sudah menanti, namun dengan doa dan harapan, mereka yakin bisa melalui semuanya bersama-sama. Mereka berdua berjalan keluar dari kediaman Videnbe, menuju tempat di mana nasib mereka, dan nasib keluarga Jedlicka, akan ditentukan.
Di ruang rahasia asrama Videnbe, suasana terasa tegang. Dinding batu yang tebal dan penerangan redup dari lilin menciptakan suasana yang tenang namun penuh ketegangan. Radostaw dan Ivana akhirnya tiba, disambut oleh Izka dan anak-anak Videnbe lainnya yang sudah menunggu.
Izka, dengan wajah serius, membuka pertemuan itu. “Terima kasih telah datang, Ayah, Ibu. Ada hal yang perlu kita bahas. Perlakuan keluarga utama terhadap kami belakangan ini terasa mencurigakan, terutama setelah kami menyelesaikan tugas dari kepala akademi.”
Radostaw mengangguk pelan, mendengarkan dengan khidmat. “Ceritakan lebih lanjut, Izka. Apa yang terjadi?”
Sybil, anak tertua Videnbe, melangkah maju. “Kami melihat beberapa dari keluarga utama mulai bertindak aneh. Mereka sering kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa, seolah mencari informasi yang tidak seharusnya sudah mereka ketahui.”
Walter, yang juga hadir di sana, menambahkan, “Benar. Mereka tampak sangat tertarik dengan apa yang kami lakukan untuk kepala akademi. Sepertinya mereka sedang mencari cara untuk memanfaatkan kami.”
Radostaw dan Ivana saling berpandangan, memahami betapa seriusnya situasi ini. “Kalian harus berhati-hati,” ujar Ivana dengan suara tenang. “Keluarga utama mungkin merasa terancam dan berusaha mencari cara untuk mengamankan posisi mereka dengan mengambil gelar Vladyka sementara.”
Radostaw memandang anak-anak dengan penuh tekad. “Jika Vladyka ke-11 tidak ditemukan dalam waktu dekat, mereka akan menyiapkan Vladyka ke-12. Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan. Izka, Sybil, Walter, kalian harus tetap waspada dan terus memberikan informasi kepada kami.”
Izka mengangguk tegas. “Kami akan melakukannya, Ayah. Kami tidak akan membiarkan mereka mengambil alih begitu saja.”
Radostaw tersenyum, bangga melihat semangat juang anak-anak Videnbe. “Bagus. Ingat, kita adalah keluarga. Kita akan menghadapi ini bersama-sama.”
Ivana menambahkan, “Dan jangan lupa, kita harus selalu berserah pada Sang Ilahi. Doa dan harapan akan menjadi kekuatan kita. Bersama, kita akan melewati semua ini.”
Di sudut ruangan yang remang-remang, Piotr, Soren, dan Lia datang bersama, wajah mereka menunjukkan kelelahan dan kebingungan. Radostaw dan Ivana memperhatikan mereka dengan seksama, melihat ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar cerita yang sudah mereka dengar.
Piotr membuka suara lebih dulu. “Semenjak kami menyelesaikan tugas dari kepala akademi bersama Izka, kami merasa ada yang aneh dengan murid-murid dari keluarga utama. Mereka mulai menghindari kami, seolah-olah kami memiliki penyakit menular.”
Soren mengangguk setuju. “Benar, kata Piotr. Mereka tidak hanya menghindari kita, tapi juga kadang-kadang menatap dengan tatapan aneh, penuh curiga. Rasanya seperti ada yang mereka ketahui, tapi kita tidak.”
Lia, yang biasanya ceria, terlihat lebih muram. “Kami bertiga sering kali bersama untuk menghindari dirundung atau semacamnya. Rasanya lebih aman jika kami selalu bersama-sama.”
Radostaw mendengarkan dengan khidmat, merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketidaknyamanan biasa. “Izka, apakah kamu memperhatikan sesuatu yang aneh dari mereka saat kalian ikut serta dalam ekstrakurikuler petualang?”
Izka mengangguk. “Iya, Radostaw. Piotr, Soren, dan Lia memang terlihat lebih senang dan bersemangat saat membantu dalam petualangan. Namun, setelah itu, sikap murid lain mulai berubah. Mereka tidak lagi mengajak bicara, dan sering kali menghindari mereka bertiga.”
Walter, yang mendengar semuanya dengan seksama, ikut berkomentar. “Ini sangat aneh. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh keluarga utama. Mungkin mereka merasa terancam atau cemburu dengan keberhasilan kalian.”
Sybil menambahkan, “Benar, Walter. Keluarga utama selalu mencari cara untuk menjaga kekuasaan mereka. Mungkin mereka melihat kalian sebagai ancaman potensial.”
Ivana memandang anak-anak dengan penuh kasih. “Kalian harus tetap kuat dan saling mendukung. Ingat, kalian memiliki satu sama lain dan juga kami. Kita akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
Piotr, Soren, dan Lia merasa sedikit lega mendengar kata-kata Ivana. Mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi situasi ini.
Radostaw menegaskan, “Mulai sekarang, kita akan lebih berhati-hati. Izka, Sybil, dan Walter, pastikan kalian terus mendukung Piotr, Soren, dan Lia. Kita harus tetap bersatu dan waspada.”
Izka mengangguk tegas. “Kami akan melakukannya, Radostaw. Kami tidak akan membiarkan mereka sendirian.”
Pertemuan itu berakhir dengan tekad yang lebih kuat. Meskipun tantangan besar menanti, mereka semua yakin bisa menghadapinya bersama. Dengan persatuan dan dukungan satu sama lain, mereka siap untuk melindungi keluarga dan kerajaan dari segala ancaman yang mungkin datang.
Setelah selesai mengantar Ivana ke kediaman Videnbe, Radostaw melangkah keluar dari rumahnya dengan pikiran yang masih berkecamuk. Ia berjalan menuju halaman belakang kediaman Videnbe, tempat di mana Tomislav Strazi telah menunggu. Tomislav, panglima kerajaan Zima dan tangan kanan Vladyka ke-11, Alexei Jedlicka, berdiri dengan tegap, sorot matanya tajam namun penuh beban.
“Tomislav,” sapa Radostaw dengan suara rendah namun tegas. “Kabar apa yang kau bawa?”
Tomislav mengangguk sebagai balasan dan segera memulai penjelasannya. “Aku telah mengetahui apa yang terjadi di kerajaan Zima sejak kembali dari pencarian Alexei dan Aria. Ilta sekarang menyamar sebagai Izka, dan keluarga utama tengah berusaha merebut gelar Vladyka sementara.”
Radostaw menatap Tomislav dengan penuh kekhawatiran. “Bagaimana kabar Alexei dan Aria? Apakah kau menemukan mereka?”
Tomislav menghela napas panjang, matanya menunjukkan kelelahan dan kepedihan. “Aku tidak membawa kabar baik, Radostaw. Tidak ada jejak yang mereka tinggalkan. Hanya ada jejak energi kegelapan dari Deniluc dan juga energi cahaya dari seorang Angeluc muda.”
Radostaw terdiam sejenak, memproses informasi yang diberikan oleh Tomislav. “Deniluc… dan Angeluc muda. Apa maksudnya semua ini?”
Tomislav melanjutkan, “Deniluc dikenal dengan kekuatan kegelapannya. Jejak ini menunjukkan bahwa ia mungkin terlibat dalam hilangnya Alexei dan Aria. Namun, keberadaan Angeluc muda di tempat yang sama menambah kompleksitas masalah ini. Kita belum tahu apa perannya dalam kejadian ini.”
Radostaw mengangguk pelan, pikirannya berputar dengan berbagai kemungkinan. “Kita harus menemukan Alexei dan Aria secepat mungkin. Kerajaan tidak bisa dibiarkan tanpa pemimpin, dan Ilta tidak bisa terus menyamar sebagai Izka selamanya.”
Tomislav mengangguk setuju. “Aku akan mengerahkan pasukan terbaikku untuk melacak jejak mereka. Tapi kita juga harus berhati-hati dengan keluarga utama. Mereka tidak akan tinggal diam.”
Radostaw menatap Tomislav dengan tekad yang kuat. “Kita harus melindungi Ilta dan memastikan bahwa keluarga utama tidak berhasil mengambil alih kekuasaan. Kita juga harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Deniluc dan Angeluc muda itu.”
Tomislav menyetujui dengan anggukan tegas. “Kita akan bekerja sama, Radostaw. Demi kerajaan, demi Alexei, dan demi Ilta.”
Mereka berdua berdiri dalam keheningan sejenak, merasakan beratnya tanggung jawab yang mereka pikul. Percakapan panjang mereka tentang strategi dan rencana untuk menghadapi ancaman dari keluarga utama, serta mencari Alexei dan Aria, menunjukkan betapa seriusnya situasi yang mereka hadapi.
Di tengah malam yang tenang, di bawah langit berbintang, dua pria itu memutuskan untuk tidak menyerah. Dengan tekad bulat, mereka bersiap menghadapi segala rintangan demi melindungi kerajaan dan orang-orang yang mereka cintai.
Kreator : Ry Intco
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Kecemasan Videnbe
Sorry, comment are closed for this post.