Di sebuah sekolah Katolik yang damai, terdapat seorang siswi bernama Felicia. Felicia dikenal sebagai siswa yang cerdas dan berhati mulia. Namun, seperti banyak dari kita, Felicia pernah dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kebenaran dan kenyamanan pribadi. Suatu hari, tanpa sengaja Felicia mengetahui bahwa sahabat dekatnya, Nina, telah mengklaim hasil karya siswa lain sebagai miliknya sendiri. Di satu sisi, Felicia enggan menyakiti perasaan Nina, tetapi di sisi lain, ia yakin bahwa mengungkapkan kebenaran adalah jalan yang tepat.
Felicia merasa berat untuk menghadapi Nina. Sebagai teman dekat, Felicia tidak ingin Nina terjerumus lebih jauh ke dalam kesalahan, namun ia juga tidak bermaksud menyinggung Nina atau merusak persahabatan mereka. Setiap hari, Felicia semakin terbebani oleh masalah ini. Sampai suatu pagi, ketika pelajaran agama, Felicia membaca Injil Lukas pasal 4:31-37. Di dalam Alkitab, Yesus dengan tegas mengusir setan dari seorang pria tanpa ragu-ragu, karena Dia yakin bahwa kebenaran adalah kekuatan sejati.
Setelah memikirkan pelajaran di dalam Injil, Felicia menyadari bahwa meskipun terkadang sulit, kebenaran justru memiliki kekuatan yang lebih besar daripada yang ia bayangkan. Yesus tidak ragu untuk berkata dan bertindak dalam kebenaran, karena melalui kebenaran, keselamatan dan perdamaian abadi dapat tercapai. Felicia pun berinisiatif untuk berbicara dengan lemah lembut kepada Nina. Ia menjelaskan bahwa meskipun Nina mungkin merasa malu, mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah jalan yang benar. Felicia mengingatkan Nina bahwa dengan mengungkapkan kebenaran, ia tidak hanya melepaskan dirinya dari dosa, tapi juga menunjukkan kekuatannya sebagai individu jujur.
Setelah mendengar kata-kata Felicia, Nina merasa tergerak. Meskipun awalnya ragu dan malu, Nina akhirnya memahami bahwa dengan mengakui kesalahannya, ia dapat memperbaiki diri dan memulihkan harga diri di hadapan teman-teman. Nina pun mengakui kesalahannya kepada guru dan teman-temannya dengan penuh ketabahan. Mereka semua kagum dengan ketulusannya dan menghargai keberaniannya dalam menghadapi kebenaran. Felicia dan Nina pun menjadi sahabat yang lebih erat, dan sekolah mereka menjadi tempat di mana kebenaran dihargai dan dipertahankan.
Dalam kehidupan, kita seringkali dihadapkan pada situasi di mana harus memilih antara kebenaran dan ketidaknyamanan pribadi. Ingatlah, seperti kata Santo Agustinus, “Kebenaran seperti singa; kamu tidak perlu mempertahankannya. Lepaskan, dan ia akan mempertahankan dirinya sendiri.” Seperti Felicia dan Nina, mari kita punya keberanian untuk selalu berdiri teguh pada kebenaran, karena hanya dalam kebenaranlah terletak kekuatan sejati yang memungkinkan kita hidup dalam damai, iman, dan kasih sayang.
“Dalam setiap pilihan antara kenyamanan pribadi dan kebenaran, ingatlah bahwa kebenaran selalu memiliki kuasa untuk membebaskan dan menyembuhkan, baik diri sendiri maupun orang lain.”
Refleksi
Seorang pemenang selalu melakukan refleksi diri untuk segera mendapatkan pembelajaran yang maksimal. Luangkan waktu dan tuliskan apa yang kamu pelajari.
- Pembelajaran terbesar saya hari ini adalah…
- Formula yang paling berkesan untuk saya adalah…
- Hari ini saya sangat bersyukur karena…
Kreator : Silvianus
Comment Closed: Kekuatan dalam Kebenaran
Sorry, comment are closed for this post.