KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kekuatan Hati

    Kekuatan Hati

    BY 17 Des 2024 Dilihat: 100 kali
    Kekuatan Hati_alineaku

    Dalam hidup ini aku tidak bisa memilih, siapa diriku, berada dimana, rezeki, nasib, takdir, sebagai apa diri ini dilahirkan dimana, kapan dan akan menjadi manusia seperti apa, menjadi apa yang kuinginkan. Hidup ini pilihan maka dari itu mensyukuri merupakan hal terbaik untukku. Setiap manusia memiliki masa lalu, begitu juga dengan diriku karena masing-masing dari apa yang sudah terjadi adalah kehendak dari Yang Maha Kuasa. Apapun itu aku terima meskipun terkadang yang terjadi bukan dari keinginan ataupun rasa sakit yang datang tanpa harus ditangisi. Sekelam masa laluku, orang lain tidak berhak menilai buruk atas apa yang menimpa, kadang pikiran negatif selalu ada ada dalam benak mereka. Apa yang kurasakan tidaklah mudah, terkadang apa yang terjadi menjadi bahan perbincangan orang lain yang merasa ingin tahu kehidupanku. 

    Hati tidak bisa dibohongi atas apa yang terjadi, dari setiap hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, bukan waktu yang cepat untuk terus menikmati setiap rasa dari apa yang yang telah terjadi. Sebesar apapun yang terjadi, semua itu ujian yang tidak bisa aku hindarkan. Pada awalnya semua yang terjadi tidak bisa kuterima dengan Ikhlas, bahkan semakin rasa sakit itu ada dalam diriku, berpikir bahwa apa yang terjadi dengan semua ini, kenapa harus kualami, kenapa harus terjadi, dan kenapa ujian ini tidak berujung. Dari sekian peristiwa yang kualami tidak bisa menjadi ukuran bahwa diriku bisa menghadapi dan melaluinya. Masih saja kuingat ujian hidup yang kualami dan itu tidak membuatku lantas berputus asa, merasa tidak ada jalan keluar yang bisa kulakukan, maka tidak ada yang bisa kulakukan selain menyesali apa yang terjadi dan itu juga tidak mudah untuk memiliki rasa kesadaran diri agar bisa sadar apa yang terjadi tidak harus di sesali.

    Berawal mula dari rasa bahagia yang kuciptakan sendiri berdasarkan versi hati dan perasaanku di kala masih muda dan belum memiliki pilihan hidup untuk memilih berpasangan dengan siapa dan itu kepastian yang tentu saja tidak bisa ku bayangkan seperti apa nantinya. Bahkan, tidak pernah terpikir akan hidup seperti apa dan dengan siapa, akan bahagia ataupun tidak bahagia.

    Sejatinya, semua itu tidak pernah aku pikirkan sama sekali. Yang ku tahu bahwa hidup dengan seseorang pasti akan bahagia, senang, dan selalu nyaman. Itulah yang ada di benakku di setiap detik dan menitnya. Berangan dan berandai dalam sebuah khayalan yang tidak pasti merupakan keindahan yang tidak nyata dalam setiap apa yang kuinginkan. Tentu saja wajar dengan apa yang dikhayalkan, bertemu dengan seorang lelaki berkulit putih, berwajah tampan, memiliki badan yang tegap, postur yang tinggi, mempesona, cara bicara yang baik, sopan, berprofesi sebagai tentara, baik, tulus, hidup berkecukupan, setia, sayang dan cinta. Itulah suatu pilihan yang mendekati kesempurnaan. Kira-kira apa semua itu bisa terwujud dalam kehidupan yang nyata ataupun hanya sebagai hiburan dalam khayalan.

    Selama ini apa yang tidak ada dalam semua yang ku khayalkan datang silih berganti. Kehadiran para lelaki yang silih berganti dan mendekatiku ternyata tidak ada yang sesuai dengan apa yang kuinginkan, sehingga tidak bisa kupastikan bahwa semua khayalanku bisa terwujud. Mustahil memang harus memiliki pasangan yang sempurna, sedangkan diriku juga belum tentu sesuai dengan kriteria yang mereka harapkan. Seiring berjalannya waktu, dengan masih berkhayal dan bermimpi, tidak ada seorang pun yang kuterima ketika satu per satu lelaki datang berusaha untuk bersamaku. 

    Sejatinya, masing-masing dari mereka memiliki kelebihan dan kekurangan yang sewajarnya sebagai manusia biasa. Tapi, dengan semua itu tidak bisa menjadi ukuran bahwa hidup dengan seseorang terjaminnya kebahagiaan dengan keadaan yang mendekati kesempurnaan. Belum tentu kita akan bahagia dengan kriteria yang menurut kita terlalu berlebihan dalam memilih pasangan hidup. Ternyata, pada kenyataannya, banyak di antara mereka yang gagal dalam mengarungi bahtera rumah tangga karena keegoisan masing-masing dari orang tersebut, bahkan disaat menginginkan kesempurnaan itu tidak akan membuat menjadi lebih baik.

    Tidak ada seorangpun yang ingin gagal dalam rumah tangganya. Tentu saja yang kuinginkan adalah memiliki keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah, menikah dengan seseorang yang tercinta, terkasih atas pilihan kita, hanya sekali dan seumur hidup menikah, memiliki keturunan, hidup bahagia selamanya sampai maut memisahkan. Tapi, itu hanya sebuah harapan yang hanya di angan-angan dan pada kenyataannya tidak sesuai apa yang kuharapkan.

    Semua itu terjadi begitu cepat dan terasa sangat menyesakkan dada, sehingga menimbulkan trauma yang mendalam bagi saya pribadi dalam hidup ini. Terasa sudah dan lengkap rasa trauma ini menumpuk bagai gunung berapi yang suatu saat bisa saja meledakkan dirinya dan menimbulkan kehancuran bagi apapun yang ada di sekitarnya, bahkan menimbulkan kerusakan pada dirinya sendiri. Begitu rasa sakit yang kurasakan. Tidak ada orang lain yang tahu, betapa hidup seperti ini kualami dengan rasa yang begitu menyakitkan, bahkan kualami sampai dua kali. Tak bisa kubayangkan betapa kesakitan yang kuterima selama ini, bahkan kedua kalinya dengan tanpa rasa sedikitpun ada kebaikan yang harusnya kuterima sebagai seorang wanita yang berusaha untuk dihargai, disayangi, diperhatikan oleh pasangan sendiri. 

    Pada kenyataannya, luka yang kuterima dari seseorang yang pernah hidup bersamaku berstatus suami, telah menorehkan luka yang teramat dalam dan menyakitkan. Bahkan, ketika luka itu masih basah, aku merasa bahagia dan senang karena ada seseorang yang menerimaku apa adanya dengan segala kekuranganku bahkan mengobati luka itu. Tidak ada yang mencurigakan, bahkan semua berjalan indah di awal. Aku berpikir bahwa yang kedua ini bisa menjadi harapan bagi diriku untuk mengobati lukaku yang terbuka dengan lebar bahkan menyakitkan. Dari sinilah aku mulai merasa nyaman bahwa apa yang saat ini datang di kehidupanku adalah segalanya bagiku, ku merasa terlena dengan keadaan ini, karena suami yang kedua ini kukira bisa menjadi yang terakhir, tapi nyatanya juga sama dengan suami yang pertama, bahkan luka yang belum kering kini terbuka Kembali. 

    Kubuka kembali ingatan dan kenangan yang masih terlintas di benakku sampai saat ini, bahkan sudah mendarah daging. Kembali kuingat di waktu itu, tahun 1998, aku bertemu dengan seorang laki-laki yang pernah satu kelas waktu kami duduk di bangku sekolah dasar. Pertemuan ini tidaklah begitu indah, tapi yang kurasakan saat itu bahagia bertemu dengan seseorang yang bisa membuatku merasa nyaman saat bersamanya. 

    Dia mampu membuatku percaya atas apa yang dia berikan padaku, cinta, kasih sayang, perhatian, kenyamanan, bahkan menjadi tempat aman bagi diriku berlindung. Tidak ada yang kurasakan adanya keraguan dalam diriku disaat menilai dirinya. Hadirnya dirinya dalam kehidupanku merupakan semangat dalam hidupku. 

    Seiring berjalannya waktu, akhirnya dia melamarku dan menikahiku dalam balutan pernikahan yang sakral. Saat itulah diriku berjuang untuk diriku dalam hidup kami yang penuh kekurangan dalam lingkungan keluarga yang baru, tentu saja itu juga tidak mudah bagi pasangan yang baru menikah karena lingkungan yang baru bagi diriku sangat asing dan mau tidak mau aku harus bisa menyesuaikan keadaan lingkungan yang baru untukku. 

    Seiring berjalannya waktu, satu tahun, dua tahun, apa yang kami tunggu-tunggu ternyata belum hadir juga di tengah pernikahan, yaitu buah hati yang tentunya dinanti oleh pasangan suami istri. Semakin tahun, buah hati yang kami nantikan ternyata belum juga hadir di tengah-tengah kami, rasanya sudah sangat berbeda dengan waktu pertama kurasakan. Betapa penantian yang begitu panjang namun menyakitkan, tapi bagaimanapun juga kita tidak bisa berkuasa atas itu semua karena Allah yang berkehendak.

    Semakin tahun bertambah, buah hati yang kami nantikan belum kunjung terlihat tanda-tandanya. Bahkan semakin diriku larut dalam kegalauan atas vonis yang diberikan padaku berupa hinaan ataupun cercaan dari orang-orang di lingkungan sekitar.

    Betapa sakitnya apa yang diutarakan Ibu mertua bahwa diriku dikatakan mandul dan tidak bisa punya anak. Aku semakin tidak punya rasa percaya diri sendiri,merasa minder dengan ucapan-ucapan yang tidak sepantasnya diucapkan di depan diriku. Bahkan, tanpa ada bukti apapun yang otentik orang lain menilai diriku seperti itu. Tidak ada yang mau menerima kehidupan seperti ini, tapi semua sudah kehendak dari yang Kuasa atas hamba-Nya, diriku tidak bisa menolak atas takdir-Nya. 

    Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, semakin terasa bahwa pernikahan ini memasuki tahun yang dikatakan tidak sebentar tapi karena semangat dari diri sendiri untuk tidak berlarut dalam kesedihan, maka diriku sibuk dengan kegiatan-kegiatan di sekolah, organisasi, bahkan kegiatan luar sekolah ku ikuti untuk melupakan masalah yang ada pada diriku. Sengaja kusibukkan diriku untuk tidak mengingat apapun tentang buah hati. Tapi meski seperti itu pun, di saat melihat kehadiran, keusilan, dan sifat manja anak didik pada diriku, teringat kembali tentang buah hati. Secara kebetulan diriku sebagai seorang pendidik PAUD di salah satu Lembaga PAUD di Kota Kudus. 

    Meski bisa melupakan apa yang terjadi dalam kesedihan rumah tangga, tapi ada sebagian di diriku bisa merasa terhibur atas kehadiran anak didikku dalam kesehariannya. Ada makna tersendiri yang bisa menembus relung hati yang paling terdalam dalam diriku dengan keadaan dan situasi yang memberikan semangat dan motivasi untuk tetap kuat, sabar, tegar dalam menjalani hidup ini. Dengan adanya diriku mengabdi di dunia Pendidikan Anak usia Dini bisa memberikan makna tersendiri bagi kehidupan diriku, anak didik merupakan hiburan bagi diriku dalam keseharian Ketika berada di sekolah. Keceriaan mereka merupakan Langkah awal diriku untuk selalu berpositif thingking tentang hidup ini, semua ada hikmah yang bisa diambil dari perjalanan hidupku.

    Sekuat-kuatnya diriku dalam menjalani hidup ini yang belum diberikan keturunan sangatlah berat sekali tapi sekeras-kerasnya meminta dari Allah, kalau itu belum menjadi milik kita, tidak akan menjadi kenyataan dalam hidup ini. Apa boleh buat semua itu sudah menjadi takdir yang harus kita lalui sepahit apapun. Tidak bisa menjadi apa yang dikehendaki adalah sesuatu yang menyakitkan bagiku. Betapa sakitnya hati ini ketika orang menghina siapa diriku hanya karena apa yang sudah menjadi takdirku, mereka tidak tahu bagaimana rasanya menjalani hidup ini yang penuh dengan luka yang dalam. Ternyata apa yang mereka pikirkan berdasarkan apa yang mereka lihat secara sekilas tanpa melihat lebih dalam siapa diriku sebenarnya, tapi apalah artinya semua itu, diriku tidak membutuhkan untuk diakui ataupun dimengerti, semua itu pun belum bisa membuat kehidupanku lebih baik, hanya bisa kujalani tanpa bergantung pada orang lain. Orang lain sering menganggap bahwa diri mereka lebih baik dibandingkan dengan orang lain. Tapi juga pada kenyataannya kehidupanku ya hanya diriku yang tahu. Tanpa terasa hinaan mereka itu tidak akan berarti apapun padaku, karena semua itu hanya diriku yang tahu.

    Berjalannya waktu semakin bertambahnya usia pernikahanku, semakin tidak ada titik terang akan buah hati. Karena situasi dimana aku sebagai istri yang selalu setia pada suami, dan atas kekuranganku yang selama ini dianggapnya sebagai penghalang untuk sesuatu yang lain, maka kehidupan pernikahan ini berubah menjadi panas dan membuat diriku mulai merasa bahwa suamiku mulai berubah. Tidak seperti pada waktu pernikahan kami di awal, dia begitu perhatian, sayang, setia, baik, jujur, dan selalu memberikan yang terbaik buat istrinya. Tapi, seiring berjalannya waktu, semua itu sirna. Apa yang selama ini menjadi impian bagiku untuk bisa selamanya hidup dalam pernikahan yang tenang, nyaman tanpa ada perubahan yang tidak diinginkan. Pada kenyataannya, wanita lain lebih membuatnya merasa nyaman baginya dibandingkan dengan istri sendiri, bisa dibilang rumput tetangga lebih hijau dibandingkan rumput sendiri. 

    Perubahan demi perubahan semakin jelas sekali Ketika suami bertemu dengan teman lamanya waktu duduk dibangku SMP, bisa dikatakan reuni, dari situlah perubahan semakin nyata adanya, apalagi ditambah dengan pertemuan yang rutin dilakukan setiap bulannya, tidak menutup kemungkinan bahwa suami lebih sering bertemu dengan teman-temannya. Bahkan diantaranya mengulang kembali masa lalu yang belum tuntas, diibaratkan cinta lama bersemi kembali. Bahkan diantara mereka melakukan pendekatan hingga terjadi cinta lokasi yang bahkan merugikan orang lain, dalam hal ini pasangan dari masing-masing yang bersangkutan. Tidak ada yang bisa aku lakukan waktu itu, hanya berharap apa yang dilakukan suamiku segera berakhir dan bisa kembali lebih baik lagi pada diriku. 

    Seiring berjalannya waktu, suamiku kembali baik dan seperti biasanya tanpa ada rasa penyesalan sedikitpun, seolah-olah tidak terjadi apapun pada diri suami, tapi tetap saja hati merasa was-was dengan apa yang sudah suami lakukan terhadap diriku terulang kembali.

    Benar adanya apa yang menjadi ketakutanku selama ini, suami mengulang kembali kelakuan yang tidak kusukai sama sekali. Tidak ada kepedulian lagi pada isterinya yang harusnya mendapatkan prioritas utama dalam hidupnya, tetapi suami lebih mengutamakan kebutuhan orang lain yang tidak ada ikatan apapun dengan dirinya. 

    Berat rasanya hidup berumah tangga dengannya. Berat sekali menanggung rasa sakit hati dan perasaanku di kala hari-hari bersama dirinya. Semakin lama kurasakan rumah tangga ini begitu tidak sehat bahkan sudah tidak ada perubahan dalam hidup dengan dirinya. Hampir di setiap harinya bahkan sering kami bertengkar masalah wanita, keuangan, ataupun masalah sepele lainnya yang terkadang membuat diriku merasa tidak dihargai lagi sebagai seorang isteri. Tidak pedulinya seorang suami pada isteri akan membuat kepercayaan bahkan kesetiaan menjadi pudar bahkan menimbulkan perpecahan dalam rumah tangga yang ujung-ujungnya perceraian jalan satu-satunya untuk pengambilan Keputusan yang dirasa itu jalan yang terbaik.

    Tidak ada yang bisa diperbaiki lagi dalam hubungan rumah tangga yang telah di ujung tanduk. Pada awalnya ingin ku perbaiki semua itu dan bisa membuat lebih baik lagi, sudah ku upayakan, jalan terbaik sudah ditempuh untuk memulihkan kondisi yang genting dalam rumah tangga, tetapi diriku juga harus introspeksi diri. Ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan keinginanku, semua sirna karena tidak ada yang bisa ku pertahankan. 

    Dari awal adanya reuni SMP yang menimbulkan gejolak jiwa muda kembali ke masa lalu, ketika itu diriku hadir di tengah-tengah acara kegiatan reuni tersebut tanpa didampingi suami. Tentu saja kegiatan ini kebanyakan dari mereka datang sendiri tanpa didampingi pasangan masing-masing. Kebetulan saat itu diriku menjadi panitia pada acara tersebut dan acara demi acara berlangsung dengan baik dan lancar. Setelah acara selesai maka diantara kami ada yang berkelompok saling ngobrol sana-sini sambil bercanda mengingat kenangan yang telah lalu. Tidak demikian dengan diriku, yang masih mengurus dan menyelesaikan segala administrasi dari kegiatan tersebut. Tidak dapat diduga, ketika diriku sedang berjalan di depan salah satu teman SMP-ku, dia memanggilku dan mengajak ngobrol. Dia yang memulai obrolan dengan sangat tenangnya. Bulu kudukku agak merinding ketika dia bercerita tentang sesuatu di luar logika. Saat itu ku tanggapi dengan biasa saja karena belum benar-benar memahami apa yang ia bicarakan. 

    Selesai acara kegiatan tersebut, akhirnya aku pulang, tapi sebelum itu dia menahanku hendak mengatakan sesuatu bahwa di dalam diriku, terutama dalam rahimku ada masalah yang sulit dinalar dengan logika. Saat itu, begitu kagetnya diriku ketika diberitahu apa yang telah terjadi pada diriku. Tidak habis pikir bahwa apa yang terjadi padaku telah menjadi pemikiranku saat itu, apakah yang dikatakan dia tadi itu benar atau tidak, karena tanpa ada bukti mungkin sangat sulit untuk dipercaya apalagi hanya sebuah obrolan saja yang sering membuat rasa penasaran dengan apa yang terjadi padaku.

    Sesampainya di rumah, pikiranku terus melayang atas apa yang dibicarakan tadi waktu reuni SMP. Saya pikir itu hal yang mustahil, karena hanya orang-orang tertentu yang tahu eksistensi hal-hal gaib. Tidak semua orang bisa percaya atas apa yang menimpa padaku bila hal itu diceritakan pada orang lain. Apa yang dikatakannya sangat tidak masuk akal karena tidak berwujud, mustahil untuk bisa dibuktikan dengan logika. Sampai rumah, aku bercerita pada suami tentang apa yang terjadi. Ternyata, suami juga menanggapi hal itu, maka kami sepakat untuk minta tolong kepadanya mengobati sakit yang kuderita saat itu. Akhirnya, kami berdua minta tolong temanku itu untuk mengobati hal yang terjadi pada diriku. 

    Seiring berjalannya waktu, kami tetap melaksanakan ikhtiar tersebut, dimana yang mengakibatkan diriku tidak memiliki keturunan adalah faktor di luar logika, pada saat itu percaya akan hal itu, ada hanya satu yang memang tidak disukai sama suami karena ketika akan berkonsultasi mengenai penyakit ini, temanku tidak mau kami datangi, tapi hanya melalui WhatsApp saja. 

    Hari demi hari, bulan demi bulan, kami masih berkonsultasi dengan teman SMP-ku. Tidak disangka, ternyata suami tidak berkenan atas perilaku temanku karena ketika konsultasi ia masih tidak mau bertemu secara langsung. Maka, suami mulai putus asa dan tidak mau meneruskan konsultasi tersebut. Meski suami sudah tidak mau melanjutkan konsultasi tersebut, aku masih sering berkonsultasi dengannya, terkadang juga datang ke rumahnya untuk sekedar berkonsultasi. 

    Semakin hari ternyata penyakitku membuat tubuhku semakin kurus dan dia merasa kasihan padaku karena melihat kondisiku yang semakin memburuk karena penyakit di luar logika itu. Tetap ku lanjutkan untuk berkonsultasi dengan dia meski suami sudah menunjukkan rasa tidak suka atas apa yang kuperbuat, tapi semua itu demi memulihkan kesehatanku, hanya itu yang kupikirkan. 

    Semakin seringnya kami bertemu, dia memberikan kabar bahwa suamiku sering bermain wanita di belakangku tanpa sepengetahuanku. Temanku mengatakan bahwa dia bisa membuka mata batinku untuk melihat keaslian dari perilaku suamiku. Pada awalnya, aku menolak karena bila dibuka akan terlihat asli dari watak dan perilaku asli dari suamiku. Tetapi karena terdesak atas masalah-masalah yang sudah ada sebelumnya, maka keputusanku meminta dia untuk membuka mata batinku agar terlihat sifat asli dari suamiku dengan konsekuensi dengan dibukakannya keasliannya maka akan menimbulkan perceraian dalam rumah tangga kami. Maka, dalam hal ini aku harus menerima konsekuensi tersebut tanpa ada penyesalan sesudahnya. Benar adanya, seperti yang sudah diberitahu akan hal tersebut, tidak berapa lama memang benar terlihat aslinya dari suami entah itu dari wajahnya, watak, maupun tingkah dan perilaku yang asli. Setelah melihat keaslian tersebut, maka diriku tahu siapa sebenarnya suami dan memang tidak bisa dibohongi lagi bahwa semua ini dengan intrik yang telah suami lakukan di waktu awal sebelum menikahiku dengan menggunakan ilmu halus yang disebut gendam. 

    Dengan bantuan teman SMP-ku yang memang kebetulan bisa memahami ilmu mistis seperti itu maka semuanya terkuak dan akhirnya tidak bisa dibantah lagi bahwa apa yang selama ini dilakukan hanya untuk menyakiti secara halus semata, bukan didasari dengan cinta yang tulus dan Ikhlas. Maka, akhirnya kami berpisah dan perceraian pun terjadi atas inisiatif diriku tanpa ada paksaan dari siapapun. Tetapi dengan perceraian ini, suamiku tidak terima karena perceraian itu tidak diinginkan olehnya. Karena tidak terima atas apa yang menimpa diri suami, maka ia sering menggunakan guna-guna untuk membuat diriku sakit ataupun mengalami hal-hal lain di luar logika. Dengan bantuan dari temanku, setiap guna-guna yang dikirimkan tidak pernah terjadi, atas Kuasa Allah.

    Maka dengan adanya semua kejadian ini membuat hidupku sering diteror oleh hal-hal mistis yang tidak ada ujungnya, setiap kali ada saja gangguan yang kualami Ketika berpisah dengan suami, tapi semua itu aku percayakan pada ALLAH sebagai penolong bagi kita. Atas kuasa ALLAH maka segala niat jahat yang hendak diberikan padaku, semuanya hilang dengan sendirinya. 

    Tidak ada yang mampu melindungi diri kita dari gangguan apapun selain ALLAH. Selalu mendekatkan diri pada ALLAH sebagai penyelamatku dari hal-hal yang membuat hidupku tidak tenang dan selalu mengalami ketakutan sepanjang hari, apalagi Ayah sudah tiada dan hanya tinggal Ibu yang menemaniku dalam suka maupun duka karena diriku anak satu-satunya. Akhirnya diriku hidup bersama dengan Ibu dalam satu rumah yang lumayan sederhana, dengan adanya kegiatan seperti ini, maka diriku hanya bisa sabar, ikhlas dan yakin kedepannya akan lebih baik dari yang sekarang. 

    Berikut adalah revisi untuk tulisan Anda agar lebih terstruktur, jelas, dan nyaman dibaca:

    Setelah melalui perjalanan yang begitu melelahkan dengan berbagai sidang perceraian di pengadilan agama, akhirnya selesai sudah rumah tanggaku dengan suami pertama. Seiring berjalannya waktu, seorang teman yang dulu membantu di masa sulit mulai memasuki kehidupanku. Pada akhirnya, kami memutuskan untuk menikah, menjadikannya suami keduaku.

    Namun, pernikahan kedua ini tidak berjalan tanpa hambatan. Banyak sekali cobaan dan teror yang menghantui kehidupanku. Teror itu datang dari suami pertama, yang sering mengirimkan gendam kepada diriku dan suami keduaku. Dia tampaknya tidak rela melihat rumah tangga kami berjalan harmonis. Dengan penuh dendam, dia terus mencoba menghancurkan keluarga baruku, seolah ingin melakukannya tanpa meninggalkan jejak. Semua tindakannya tampak dilandasi oleh amarah dan rasa dendam yang terus berkecamuk di hatinya.

    Pada waktu itu, aku tidak sepenuhnya menyadari bahwa apa yang telah terjadi di masa lalu menjadi penyebab dari apa yang kulalui saat ini. Berbagai hal dan kenyataan hidup yang kuhadapi sekarang terasa sangat menyakitkan, terutama karena penuh dengan dendam dari mantan suamiku. Penyakit yang sering kali menyerang tubuhku, konon, berasal dari guna-guna yang dikirimkan olehnya. Bahkan, upayanya tidak berhenti di situ; dia juga menyuruh orang lain untuk ikut mengguna-guna diriku. Tapi, aku punya Allah yang selalu melindungi dari orang-orang yang berbuat seperti itu, hanya Allah yang dapat membalas atas perbuatan mereka dan itupun tidak berhenti sampai di situ saja bahkan pembalasan atas apa yang mereka lakukan pada diriku akan berbalik kepada yang berbuat salah tanpa kita membalasnya. Karena apa yang telah menjadi ketentuan dari Allah tidak akan bisa diubah sekalipun manusia. Perbuatan jahat yang diberikan pada kita dari orang lain tidak perlu dibalas dengan kejahatan tetapi lebih banyak berdo’a dan menerima semuanya dengan hati yang sabar dan ikhlas akan membuat lebih baik darpada harus membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan bertambah semakin rumit bila harus ditanggapi. Karena Allah sendiri yang akan membalas semua itu, dengan kehendak-Nya akan lebih baik bagi kita untuk menyerahkan semua urusan itu pada Allah, biar Allah yang bekerja dan memberikan ganjaran bagi mereka yang telah berbuat kejahatan.

    Pernikahanku yang kedua dijalani dengan banyak tantangan, terutama teror dan kiriman-kiriman yang membahayakan diriku. Serangan-serangan itu terus berlangsung tanpa kendali, tetapi suami keduaku telah berusaha keras membendungnya dari segala arah. Alhamdulillah, sebagian besar dapat teratasi, meskipun tidak semuanya bisa diselesaikan sepenuhnya karena masih ada ketidakpastian dalam hal ini. Semua pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagiku untuk terus berintrospeksi diri. Aku menyadari bahwa dalam hidup, apa yang kita lakukan bisa saja salah ataupun benar. Namun, pada akhirnya, semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah.

    Pernikahanku yang kedua sudah berjalan selama lima tahun, namun penuh duri yang menghalangi perjalanan kami, baik dari dalam keluarga maupun dari luar. Teror berupa kiriman santet terus-menerus kami alami, sehingga mempengaruhi mental dan kehidupan sehari-hari kami. Tujuan dari kiriman tersebut jelas untuk menghancurkan rumah tangga kami hingga berujung pada perpisahan.

    Benar saja, tepat setelah lima tahun, pernikahanku mulai diwarnai permasalahan yang tidak dapat dihindari. Pertengkaran sering terjadi bahkan untuk persoalan sepele, hingga menimbulkan rasa tidak nyaman di antara kami. Sulit rasanya memahami pasangan ketika tidak ada keselarasan dalam pola pikir, terlebih lagi saat komunikasi kurang mendalam. Ketegangan semakin memuncak dengan aturan-aturan kaku yang diterapkan suami keduaku. Aku merasa terkekang—tidak diizinkan mengikuti kegiatan pekerjaan, organisasi, maupun sosial di lingkungan sekitar. Suamiku bahkan sering marah jika aku melanggar aturannya, meskipun tidak ada niatku untuk menentangnya.

    Padahal, sebelum menikah dengannya, hidupku selalu sibuk dengan berbagai aktivitas yang berarti. Aku tidak merasa apa yang kulakukan salah, karena semuanya bertujuan untuk kebaikan bersama dan tetap dalam batas norma agama. Namun, setiap langkahku justru dibatasi. Aku bahkan membatalkan banyak kegiatan agar dapat menyediakan waktu untuk keluarga, tetapi tetap saja suamiku tidak merasa puas.

    Cobaan lainnya yang sangat berat adalah keguguran dua kali yang kualami. Peristiwa itu membuatku kehilangan semangat dan tenggelam dalam stres serta putus asa. Rasanya tidak sanggup lagi berharap memiliki keturunan. Penantian panjang sejak pernikahan pertama hingga yang kedua ini seolah hanya menjadi ujian yang terus menguras kesabaranku. Keguguran itu membuatku merasa kosong dan tidak ada lagi semangat untuk mencoba.

    Dalam upaya mengalihkan pikiranku dari kesedihan, aku memilih tetap aktif dengan kegiatan kecil agar tidak terjebak dalam keputusasaan. Namun, sikap suami yang semakin keras dan konflik yang terus terjadi membuat hubungan kami semakin jauh dari kata bahagia. Aku akhirnya menyadari bahwa bertahan dalam hubungan ini hanya akan menambah luka yang lebih dalam.

    Akhirnya, pernikahanku yang kedua pun kandas. Proses perceraian menjadi jalan yang tak terhindarkan. Meski berat, aku yakin ini adalah keputusan yang terbaik daripada terus bertahan dengan hati yang tersiksa. Setelah perceraian, aku mencoba menikmati kesendirianku sambil introspeksi diri. Aku tidak mencari pembenaran atau menyalahkan sepenuhnya, karena aku juga memiliki kesalahan. Namun, aku yakin tidak semua beban ini harus kutanggung sendirian.

    Kini, kesendirian memberikan ruang bagiku untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana dalam memilih jalan hidup. Aku berusaha menemukan kedamaian dengan mendekatkan diri kepada Allah, memohon petunjuk, dan menerima segala ketetapan-Nya. Dalam sujud, air mataku sering tak terbendung, tapi itulah momen di mana aku merasa paling dekat dengan Sang Pencipta.

    Aku percaya, Allah tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali ia berusaha mengubahnya sendiri. Dengan penuh keyakinan, aku berdoa untuk kehidupan yang lebih baik kedepannya. Aku memilih untuk tetap bersyukur atas apa yang telah diberikan-Nya dan percaya bahwa kebahagiaan sejati berasal dari diri sendiri. Meski harus berjuang seorang diri, aku yakin akan ada jalan keluar terbaik yang terbuka di masa depan.

    Aku berkomitmen untuk tetap tegar, menjaga hati tetap lapang, dan mengisi hidup dengan semangat baru. Kehidupan adalah perjalanan yang menuntut keteguhan dan keyakinan. Dengan doa dan usaha, aku yakin bisa menciptakan kebahagiaan yang hakiki.

     

     

    Kreator : Dina Olivia

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kekuatan Hati

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021