Ini adalah kisah seorang anak Papua yang menimba ilmu nun jauh disana di pulau jawa di kota kabupaten sebutlah Kris. Ia berasal dari kultur budaya dan suku yang beda dengan Kaka, seorang anak perempuan dari papua yang sama-sama mengikuti program ADEM., penanganannya pun berbeda pula. Kaka berasal dari Sentani, kota Jayapura,. Dengan latar belakang orang tua sebagai PNS. Sedangkan Kris berasal dari Yalimo, pegunungan Papua. Orang tuanya sebagai kepala suku. Dia punya karakter yang keras. Rambut keriting sedikit kucir, sebagai ciri khas nya. Saya minta kucirnya untuk dipotong. Lama…. Untuk menuruti permintaan itu, dengan alasan untuk memotong rambut itu harus ada upacaranya. Namun tapi tata tertib harus diberlakukan, saya harus tegas karena berefek pada siswa yang lainnya. Itulah awal dari penolakan Kris.
Berbeda dengan Kaka, yang tinggal bersama saya, sedangkan Kris harus kost, dan saya tempatkan di lokasi yang dekat ke sekolah supaya mudah untuk pemantauan dan meringankan biaya transfortasi. Walaupun dekat sekolah, Kris sering kesiangan. Ketika di tanya, dia hanya menjawab bangunnya kesiangan. Berapa kali, berulang kali. Saya ataupun guru wali kelasnya menasehati. Namun kesiangan itu tetap tak berubah. Sering….sering sekali kesiangan
Suatu hari Kris tidak sekolah. Saya datangi ke tempat kost, ia masih tidur. Informasi yang saya dapat dari ibu kost dia selalu pulang malam. Kris… kris…teriaku didepan kamar kostnya, ayo bangun…, ia tidak menyahut. Huuh… saya hanya bisa mengeluh. Keesokan harinya ia beralasan, malas dan bosan selalu di tegur kesiangan. Kris…. Kris, bagaimana ibu menghadapi mu, nak.
Setiap senin Kris selalu dating pagi menemuiku ke ruang guru. Dia minta jatah uang makan. Semula saya berikan jatah untuk satu bulan. Ternyata habis dalam waktu dua minggu. Bagaimana ini ? biaya hidupnya sudah dijatah dari pemerintah. Kalau seperti ini kamu bisa tidak makan Kris, saya katakan seperti itu biar dia bias mengatur pengeluaran. Dia hanya tersenyum tanpa ada rasa bersalah. Dan akhirnya sepakatlah untuk mengambil jatah seminggu sekali tiap hari senin.
Sepakat seminggu sekali, ya.. seminggu sekali. “Deal” katanya. Tapi ternyata jatah untuk satu minggu itu tidak lah cukup. Setiap hari sabtu bahkan pernah hari jum’at dia sudah minta uang tambahan. Kenapa tidak cukup ? boroskah dia ? dia tidak mau disebut boros. Lantas ? kalau jatah satu minggu sudah habis selama enam hari bahkan lima hari bukankah boros.
“Tidaklah bu…. Coba ibu hitung” katanya.
“Sekali makan saya habiskan duapuluh lima ribu rupiah, kalau tiga kali sehari ya tujuh puluh lima ribu rupiah”. Mana cukup jatah makan yang ibu berikan untuk satu minggu. Ya memang kalau di hitung-hitung segitu ya tidak cukup. Apakah bapakmu tidak pernah kirim uang ?
“setiap bulan diberi tambahan bu”, jawabnya. Lantas kenapa masih kurang ? itu kan jatah buat jajan bu…..Jadi yang dia tahu jatah makan harus terpenuhi dari saya.
Memang Kris orangnya supel, mudah bergaul. Dia lebih cepat dikenal. Dengan logat Papua dia mau belajar bahasa daerah yang kami gunakan. Tapi sering menjadi bahan tertawaan karena menempatkan bahasa yang tidak sesuai. Dia ngeyel, semau gue dan cuek tapi familiar. Ketika masih kelas X, dia berteman akrab dengan kelas XI dan XII. Dia banyak bergaul dengan teman-temannya diluar sekolah. Kegiatan ektrakurikuler di sekolah jarang dia ikuti. Ekstra kurikuler wajib kepramukaan jarang diikutinya. Bahkan kegiatan wajib keagamaan pun jarang masuk. Kemanakah Kris selama ini ?
Ya….. Kris aktif diluar, dia sering keluar kota mengikuti touring. Saya tahu ketika sabtu sore dia kerumah meminta uang tambahan.
“Bu, saya mau ke Garut”, ucapnya. Saya kaget, dengan siapa ?
“banyakan bu…..”’ sambil ngobrol panjang saya nasihati. Namun tetap pada akhirnya dia bersikeras untuk pergi dengan teman-temannya. Huuuh saya hanya bisa menghela nafas. Ada rasa khawatir, karena tidak tahu dengan siapa dia pergi. Tapi tetap saya beri dia uang bekal. Apakah ini kesalahan ?
Kris, anak yang belum cukup umur untuk berpisah dari keluarganya, membuat saya harus bisa lebih bershabar. Yang selalu ada tingkah yang menjengkelkan. Yang sering membuat khawatir. Tapi tetap saya harus menjaganya. Karena ini adalah amanah, tugas yang harus saya kerjakan. Kris dengan usia yang masih muda, belum cukup umur untuk mengendarai sepeda motor. Dia sering menggunakan motor pinjaman dari temannya dan mengikuti touring hamper dua minggu sekali.
Ya… dia terbiasa meminjam motor dari temannya. Sepertihalnya kejadian malam itu. Sekitar pukul 23.30, tiba-tiba telefon genggamku berdering.
“ Assalamu’alaikum, haloo bu, saya rangga”. Kelas XII IPS sahutnya disebrang sana. Ya ada apa ngga ?
“Kris kecelakaan bu”, jawabnya. Apa ? saya kaget, dimana sekarang ? bagaimana keadaannya ? tidak parah ? pertanyaan bertubi tubi yang saya lontarkan.
“Sudah ditangani oleh petugas Puskesmas Bu”, sekarang ada di Puskesmas Cilimus. Puskesmas kurang lebih 20 Km jauhnya. Saya segera mengajak suami untuk melihat keadaan Kris. Diperjalanan saya diingatkan untuk segera memberi kabar pada orang tuanya, walaupun saya tidak tahu bagaimana.keadaan Kris. Saya segera mengabari orang tuanya bahwa Kris kecelakaan.
“Aduuuh ibu bagaimana anak saya keadaannya ?” dengan khas logat Papua, terdengar suara kecemasan. Saya katakana saya baru berangkat, belum tahu keadaannya. Sepanjang perjalanan, orang tua Kris berulangkali menanyakan apakah sudah sampai ? apakah perjalanan nya jauh ? mengapa dia pergi malam-malam ? pertanyaan yang sama yang saya lontarkan pada Rangga. Sesampainya di Puskesmas, saya tidak berani masuk. Saya khawatir keadaannya parah dan saya tidak sanggup untuk melihat darah. Saya tanya pada Rangga, bagaimana kejadiannya dan kenapa Rangga ada di Puskesmas. Ternyata Rangga datang ke Puskesmas karena di telfon temannya bahwa Kris kecelakaan dan Rangga segera memberi tahu kejadian itu. Lantas bagaimana keadaannya ? saya bertanya dulu pada Rangga.
“Yang parah Adit bu”, ia pemilik kendaraan yang dibonceng . Kris hanya di jahit dekat matanya. Tangan dan kakinya lecet-lecet. Mendengar keadaannya yang tidak terlalu parah menurut petugas Puskesmas, mulai meredalah kekhawatiranku. Dan segera memberi tahukan pada orang tuanya. Perjalanan malam ini bersama Kris sampai menjelang shubuh dan saya antarkan pulang tempat kost nya sepanjang jalan dia ceritakan kejadian yang sudah menimpa dirinya. Mau kemanakah engkau malam hari Kris ?
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Des 07, 2021
Kontak Kami
Apabila ada kebutuhan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.
Comment Closed: KEMANAKAH KRIS?
Sorry, comment are closed for this post.