KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kembali ke Pelukan Keluarga

    Kembali ke Pelukan Keluarga

    BY 25 Des 2024 Dilihat: 107 kali
    Kembali ke Pelukan Keluarga_alineaku

    Ketika istirahat di kantin bersama Cleo, sahabat karibku, aku mendengar pembicaraan yang membuatku terkejut. Orang-orang kepercayaan Jay, seorang teman lama yang kini menjadi sosok misterius di kantin kami, sedang berbicara tentang anggota keluarganya yang hilang dua puluh tahun lalu. Mereka baru saja menemukan titik terang dan bersiap memberitahukan keluarga Jay.

    Kabar itu membuatku penasaran. Tidak lama kemudian, Jay datang ke kantin dan bergabung dengan mereka. Suasana terasa tegang.

    “Bagaimana keadaannya?” tanya Jay.

    “Semuanya sudah ada perkembangan, Bos. Kami membawa beberapa bukti penting,” jawab salah satu dari mereka.

    “Di antaranya, akta lahir adik Bos dan dokumen lainnya sudah kami kumpulkan,” tambah yang lain.

    “Bagus. Tapi kerja kalian belum selesai! Kalian harus membawa adik gue kesini secepat nya,” perintah Jay.

    “Siap, Bos,” jawab mereka serentak.

    Setelah mereka pergi, aku dan Cleo bertukar pandang. Siapa sebenarnya adik Jay yang dimaksud? Karena waktu makan sudah selesai, kami pun memutuskan pulang.

     

    Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku kacau. Aku tak sadar kalau kami sudah sampai di rumahku. Gagang pintu terasa dingin saat aku menyentuhnya. Di dalam, udara terasa hampa, seolah kehilangan kehangatan yang biasa hadir. Bapak masih bekerja, sedangkan adikku, yang seharusnya sudah pulang, tidak ada di rumah. Jemariku menyentuh dinding yang terasa begitu datar dan dingin. Aroma debu samar tercium di udara. Sepasang sandal jepit tergeletak miring di tengah ruang tamu, seolah baru saja dilepas dengan tergesa-gesa. Tumpukan piring kotor menggunung di wastafel, sisa makanan mengering di pinggirannya. Tanpa banyak berpikir, aku langsung mengambil spons, sabun dan mulai membersihkan. Saat menyapu bawah laci meja ruang tamu, ada secarik foto lama yang tidak kukenali. Seorang bayi digendong seorang pria berpakaian formal, dengan tulisan di baliknya: Untuk Ayu kecil, sayangnya Papa.

    Aku baru saja mendapat kabar kalau Jay akan mengadakan pesta syukuran rumah baru sekaligus merayakan ulang tahun adiknya, Willy. Undangannya sudah sampai di mejaku. Sebetulnya aku ragu untuk pergi. Aku tidak terlalu dekat dengan Willy, dan suasana pesta besar seperti itu biasanya membuatku tidak nyaman. Jam menunjukkan pukul 6 petang, dan acara akan dimulai dua jam lagi. 

    Gue nggak akan datang, pesan singkatku terkirim ke Cleo. 

    Aku paling nggak suka keramaian. Apalagi kalau harus berbaur dengan orang-orang yang nggak aku kenal. Tapi, Cleo nggak mau ngalah. Dia udah di depan pintu rumahku sekarang, bareng Utha. Rasanya kayak lagi diajak terjun payung, deg-degan banget. 

    “Lo harus datang, Mo! Gimana sih?” ujar Cleo dengan nada kesal. Penampilannya sudah rapi, siap untuk pesta. Sementara aku, masih berbaring di tempat tidur dengan penampilan berantakan.

    “Ah, males banget!” Aku mendengus kesal, lalu berjalan gontai ke kamar. Aku nyemplung ke kasur dan langsung menarik selimut sampai ke dagu. 

    “Biarin deh, tidur aja yang enak.”

    Notifikasi WhatsApp memenuhi layar ponselku. Ternyata dari tiga cowok yang cukup sering ngajak ngumpul. Mereka pada ngajak ke pesta Willy. Aku bingung harus gimana. Di satu sisi, aku nggak mau mengecewakan mereka. Tapi di sisi lain, aku nggak yakin mau pergi. Cleo langsung menyikut aku.

    “Lo mau mikir sampe kapan sih?”

    Perjalanan ke rumah Jay terasa panjang, tapi suasana berubah ketika kami sampai. Pesta itu jauh lebih mewah dari yang kubayangkan. Mini hall di samping rumahnya dihias dengan lampu gantung dan dekorasi bunga segar. Willy, adik Jay, terlihat sibuk menyambut tamu di depan panggung kecil.

    “Mo, santai aja. Gue tahu lo nggak suka rame, tapi coba nikmati acaranya, ya?” Cleo mencoba menenangkanku.

    Jay naik ke atas panggung. 

    “Selamat malam. Terima kasih atas kehadiran semuanya di syukuran rumah baru kami sekaligus ulang tahun adik saya, Willy, yang ke-20. Malam ini juga, saya ingin berbagi kabar istimewa.”

    Aku meneguk napas panjang. Kata-katanya membuat suasana pesta mendadak tegang.

    “Dua puluh tahun lalu, keluarga kami kehilangan anggota yang sangat berarti. Kami terus mencari, berharap suatu hari Tuhan mempertemukan kami kembali.”

    Jantungku berdegup kencang. Semua orang diam, menunggu dengan antisipasi.

    “Dan malam ini,” Jay melanjutkan, “kami akhirnya menemukan Ayu Mayang Febriandira.”

    Aku terpaku. 

    Nama itu menggema di pikiranku. Semua mata beralih kepadaku.

    “Cimo, itu lo!” Cleo mengguncang lenganku.

    Tubuhku gemetar. Air mata mulai menggenang di pelupuk mataku. Aku tak percaya apa yang kudengar.

    Dengan langkah berat, aku naik ke panggung. Willy membantuku, senyumnya hangat. Ketika aku tiba, Jay dan seorang wanita paruh baya menghampiriku.

    “Kamu anak saya,” ucap wanita itu, suaranya bergetar.

    “Dua puluh tahun yang lalu, kecelakaan merenggut segalanya dari kami. Kami kehilangan kamu, tapi saya tidak pernah berhenti berharap.”

    Aku menangis, pelukannya menghangatkan hatiku. Semua rasa sakit, bingung, dan ketidakpastian perlahan memudar.

    “Selamat datang kembali, Sayang,” bisiknya.

    Aku menoleh ke arah Jay, Willy, dan wanita itu. Mereka adalah keluargaku—keluarga yang selama ini tak pernah kuketahui.

     

     

    Kreator : Fati Nura

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kembali ke Pelukan Keluarga

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021