KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kenangan 2

    Kenangan 2

    BY 05 Nov 2024 Dilihat: 101 kali
    Kenangan 2_alineaku

    Setahun lebih aku hidup bersama anak-anak tanpa sosok suami. Masa-masa berduka perlahan teralihkan dengan berbagai kegiatan yang sengaja kuciptakan. Seiring waktu, aku mulai bisa berdamai dengan keadaan, memeluk semua kesedihan dengan penerimaan yang indah. Meski sekali dua, ingatan akan dirinya tak dapat terhindar dan membuat kristal di mataku jatuh berdenting, namun sekeras apa pun aku menolak takdir itu, tak akan dapat mengubah semuanya. Pena telah diangkat, takdir telah dituliskan. 

    Hari berganti, bulan pun berlalu. Waktu terus melesat meninggalkan segala kenangan tanpa pernah memperdulikan hatiku yang membeku, bagai es terkena cahaya matahari menjelma menjadi tetes air yang jernih. Hatiku yang membeku, tanpa rasa, kini mencair kembali melihat senyum yang merekah di wajah keempat buah hatiku. Melihat pendar mata mereka yang menyiratkan semangat menyongsong masa depan. Aku mulai terbiasa memainkan peranku sebagai ibu sekaligus sebagai ayah bagi permata-permata hatiku itu. 

    Namun, siang itu, kelebat kenangan tak dapat terhindarkan membuat luka hatiku kembali terbuka. Kenangan itu muncul ketika aku bersama rekan-rekan guru mendapat undangan menghadiri syukuran salah satu teman guru yang mendapatkan kebahagiaan dengan hadirnya anak ketiga. Semuanya berjalan biasa saja. Dengan mengendarai motor kami bersama, konvoi, datang ke acara tersebut dengan saling melempar canda. Tertawa. Sembari menikmati hidangan makan siang yang terasa begitu nikmat, karena memang perut sudah terasa lapar. 

    Aku asyik berbincang dengan Rusti dan Hasanah, teman guruku. Pembawa acara memanggil satu per satu tamu undangan untuk maju mempersembahkan lagu kesayangannya. Kami menikmati makanan sekaligus hiburan, lagu, yang disajikan. Lagu-lagu yang dibawakan oleh para hadirin bergantian. 

    “Terima kasih atas kesempatannya, saya akan mempersembahkan lagu Kehilangan Rhoma Irama.” Ucapnya sambil tersenyum kepada para tamu undangan. 

    Kalau sudah tiada baru terasa

    Bahwa kehadirannya sungguh berharga

    Sungguh berat aku rasa kehilangan dia

    Sungguh berat aku rasa hidup tanpa dia

     

    Tak sengaja, telingaku menangkap syair lagu yang dibawakan oleh tamu undangan itu. Hatiku tiba-tiba terasa tercubit. Sakit yang dulu pernah singgah di hatiku, kini tergores kembali. Berbagai kenangan bersamanya kembali berkelebat dalam ingatanku. Aku kembali tergugu mendengar syair yang begitu menyayat hatiku. Tanpa kusadari air mataku menetes. Aku tak lagi mampu mendengar suara Rusti yang berbicara kepadaku.

    Kubekap wajahku dengan kedua tanganku. Kuraih jaket dipangkuanku. Aku membenamkan wajah di balik jaket itu. Lagu itu terus saja mengalun merdu, menambah jelasnya ingatanku akan segala kenangan bersama suamiku. Sungguh, lagu itu mewakili setiap lintasan hatiku. 

    Ku tahu rumus dunia semua harus berpisah

    Tetapi kumohon tangguhkan tangguhkanlah

    Bukan aku mengingkari apa yang harus terjadi

    Tetapi kumohon kuatkan kuatkanlah….

    Hingga lagu itu berakhir, aku tetap tak mampu mengangkat wajah. Kenangan itu terasa nyata. Air mata yang telah lama tak mengalir, tanpa mampu kucegah kini kembali menetes. Nafasku terasa sesak.

    Rusti yang menyadari keadaanku, mengelus punggung menenangkanku, memberikan sentuhan hangat di hatiku. Namun, itu tak mampu membuatku menghentikan air yang terus berderai membasahi jaket. Pembawa lagu itu pun segera mengakhiri persembahan lagunya saat menyadari ada yang terbawa kenangan karenanya, aku. Hingga akhirnya kami berpamitan, aku tak sanggup untuk pamit dengan tuan rumah. Aku berjalan cepat menuju motor. Sepanjang jalan air mata tak juga berhenti.

    Kuhirup udara, menarik nafas perlahan. Menatap sejenak ke langit. Menghembuskan nafas itu dengan penuh perasaan. 

    Mengapa di saat aku mulai bisa berdamai dengan takdir itu, ternyata hatiku tak sepenuhnya bisa melupakan. Bagaimana aku bisa menghilangkan ingatan tentang dirinya jika setiap jalan yang kulalui, penuh kenangan bersama dia?”

    Hatiku bermonolog. Di satu sisi hatiku mengajak untuk mengikhlaskan. Namun, sisi hati yang lain memberi alasan, mengajak memaklumi apa yang kini kurasakan. 

    Ingatanku melayang kepada sebuah quotes, yang entah siapa penulisnya. Aku pernah menemukan tulisan itu ketika aku membuka facebook

    Kadang Allah mengirimkan seseorang untuk hadir di kehidupan kita, bukan untuk menetap. Tetapi hanya sekedar singgah sejenak untuk mengajarkan tentang sesuatu yang berharga, lalu Dia mengambilnya kembali, menyisakan kita dengan kenangan dan kekuatan baru untuk melangkah.

    Kalimat inilah yang mampu membuatku memeluk takdir, meyakini bahwa Allah selalu mempersiapkan hikmah di balik semua peristiwa, termasuk musibah kehilangan yang kini kurasakan. 

    Perjalanan panjang yang kujalani, kehidupan tanpa dirinya, hari-hari di awal musibah. Hingga akhirnya aku dapat kembali tersenyum melupakan semuanya. Menatap hari dengan semangat baru. Berjuang menata kehidupan bersama keempat permataku, menjemput bahagia dengan kedaaan dan pemahaman yang berbeda.   

    Suamiku telah menunaikan tugasnya. Singgah sejenak di kehidupanku, mengajarkan semuanya. Kini giliranku untuk mengambil alih tugasnya, mengajarkan semua arti kehidupan kepada permata-permata yang telah Allah titipkan kepadaku.

    Meski begitu berat kehidupan yang kujalani, pada akhirnya aku harus rela menerima ketetapan yang telah digariskan untukku. Melanjutkan hidup bersama keempat buah cintaku bersama suami. Mengukir dan mengantarkan mereka menyongsong masa depannya.

     

     

    Kreator : Suharni

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kenangan 2

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021