KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Kenangan Masa Lalu

    Kenangan Masa Lalu

    BY 08 Jul 2024 Dilihat: 52 kali
    Kenangan Masa Lalu_alineaku

    Ilta dan Svetlana akhirnya kembali ke kediaman Jedlicka dengan penuh haru. Pintu besar kayu yang megah terbuka lebar, menyambut mereka dengan kehangatan. Ilta tersenyum hangat melihat keluarganya, merasa senang bisa kembali ke rumah. Svetlana ikut serta dalam momen keakraban tersebut, merasakan kehangatan keluarga yang menyambut mereka.

     

    “Selamat datang kembali, anakku,” Alexei, ayah Ilta, menyambutnya dengan pelukan erat. Di sampingnya, Aria, ibu Ilta, tersenyum lembut, air mata bahagia mengalir di pipinya.

     

    “Kau telah berjuang keras, Ilta,” kata Aria, memeluk putranya. “Kami sangat bangga padamu.”

     

    Suasana kediaman Jedlicka kembali seperti sedia kala. Ilta dapat bermanja pada orang tuanya karena, walaupun dia sudah menjadi pahlawan, tetaplah usianya baru menginjak remaja. Dalam kehidupan sehari-harinya di kediaman Jedlicka, Ilta tampak lebih sering bersama Alexei, sementara Svetlana bersama Aria.

     

    Malam di Kerajaan Zima begitu tenang, hanya angin dingin yang sesekali berhembus melintasi balkon kediaman Jedlicka. Ilta dan Alexei duduk bersama di sana, menikmati keheningan malam yang damai. Bintang-bintang berkilauan di langit, seolah mengingatkan mereka pada perjalanan panjang yang telah mereka lalui.

     

    Ilta memandang langit dengan mata hitam dan putihnya yang bercahaya lembut. “Ayah,” katanya pelan, “terkadang aku masih merasa sulit percaya bahwa semua ini nyata. Dulu, aku hanya seorang anak kecil yang berusaha bertahan seorang diri saat Ayah dan Bunda menghilang.”

     

    Alexei menatap putranya dengan penuh kasih sayang. “Kau telah melalui banyak hal, Ilta. Kau tumbuh menjadi pahlawan yang luar biasa, persis seperti kakekmu. Maafkan kami tidak ada di saat kamu membutuhkan bantuan. Tapi, ingatlah bahwa di balik setiap kekuatanmu, ada hati yang penuh keberanian dan cinta dari Ayah juga Bunda.”

     

    Ilta tersenyum, mengingat masa-masa sulitnya. “Aku ingat bagaimana aku berjuang sendiri, mencari jalan diantara kegelapan. Tapi kemudian, aku memasuki alam Nadvore, dilatih oleh Leluhur Borislav yang merupakan Vladyka ke-7, lalu Leluhur Milena, seorang ahli tumbuhan juga penyembuh. Kemudian bersama Leluhur Radomir, aku mempelajari cara bertahan hidup di alam liar dan membuat peta yang selalu membantuku saat perjalanan jauh ke Benua Vozduxu sebelumnya.”

     

    Alexei mengangguk pelan, mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kakek Vadim juga berperan sebagai guruku dalam mengembangkan kemampuan Indigo untuk mengendalikan elemen alam lebih baik. Terakhir, Pendiri Keluarga Jedlicka sekaligus Vladyka ke-5, Leluhur Zora. Beliau memberikan penjelasan tentang peranku sebagai kandidat utusan Sang Ilahi dan mempelajari ajarannya Sang Ilahi lebih dalam. Aku bantu oleh keluarga Videnbe dan juga bertemu Svela, segalanya mulai berubah. Dia memberiku kekuatan dan alasan untuk terus berjuang keras agar bisa menemukan kalian.”

     

    Alexei merangkul bahu Ilta dengan hangat. “Kau tidak pernah benar-benar sendiri, Ilta. Kami selalu ada di sini untukmu, meskipun jarak dan waktu memisahkan kita. Dan sekarang, dengan Svetlana di sisimu, kau lebih kuat dari sebelumnya.”

     

    Ilta mengangguk, merasakan kehangatan dari kata-kata ayahnya. “Aku tahu, Ayah. Dan aku berjanji, aku akan terus melindungi kerajaan Zima dan semua yang kita cintai.”

     

    Alexei tersenyum dan menepuk-nepuk bahu Ilta. “Kau sudah melakukan lebih dari cukup, nak. Kau sudah membuktikan bahwa kau adalah seorang pahlawan sejati. Tapi ingatlah, tidak apa-apa untuk merasa lelah. Tidak apa-apa untuk meminta bantuan.”

     

    Ilta menghela napas panjang, lalu mengangguk. “Terima kasih, Ayah. Kadang-kadang aku lupa bahwa aku masih seorang remaja. Tanggung jawab ini terasa begitu berat.”

     

    Alexei tertawa pelan. “Kau memang kuat, Ilta. Tapi jangan lupakan kebahagiaanmu sendiri. Nikmati momen-momen kecil bersama orang-orang yang kau cintai. Itu yang membuat kita tetap kuat.”

     

    Mereka duduk dalam keheningan sejenak, menikmati kedamaian malam. Kemudian Alexei berkata, “Ilta, apa kau ingat saat kau masih kecil dan kita pergi ke festival di tengah kota?”

     

    Ilta tersenyum, matanya berkilat dengan kenangan. “Ya, Ayah. Itu adalah salah satu kenangan terbaikku. Kita menghabiskan waktu bermain dan bersenang-senang. Itu adalah saat-saat yang sederhana tapi sangat berarti.”

     

    Alexei mengangguk. “Aku berharap kita bisa menghabiskan lebih banyak waktu seperti itu. Tapi aku bangga padamu, nak. Kau telah melalui begitu banyak dan tetap berdiri tegak. Kau adalah kebanggaan keluarga kita.”

     

    Ilta merasa matanya berkaca-kaca, tapi ia tetap tersenyum. “Terima kasih, Ayah. Aku juga bangga menjadi bagian dari keluarga Jedlicka sebagai anakmu.”

     

    Mereka berdua saling memandang dengan penuh kasih sayang, merasakan ikatan keluarga yang kuat. Dalam keheningan malam, Ilta merasa hatinya dipenuhi dengan kehangatan dan cinta, siap menghadapi apa pun yang datang di masa depan dengan dukungan keluarganya di sisinya.

     

    Sementara itu, di dalam kediaman Jedlicka, Svetlana sedang bersama Aria di ruang perpustakaan. Rak-rak kayu yang dipenuhi buku-buku tua dan peta dunia memenuhi ruangan itu, menciptakan suasana yang hangat dan penuh pengetahuan.

     

    Aria mengambil sebuah album tebal dari rak dan membuka halaman yang penuh dengan foto-foto masa kecil Ilta. “Ini adalah kenangan Ilta saat masih bayi dan balita,” katanya, menyerahkan album itu kepada Svetlana. “Dia adalah anak yang ceria dan penuh energi saat masih kecil.”

     

    Svetlana menerima album itu dengan hati-hati, membuka halaman demi halaman dengan penuh rasa ingin tahu. Foto-foto Ilta yang tersenyum bahagia, bermain di taman, dan momen-momen berharga lainnya membuatnya tersenyum. “Dia sangat menggemaskan,” katanya pelan. “Terlihat jelas semangat hidup dalam mata hitam dan putihnya.”

     

    Aria tersenyum dan membuka halaman lain yang menampilkan momen saat Ilta pertama kali menunjukkan kemampuan Indigo-nya. “Di sini adalah saat pertama kali Ilta menunjukkan kekuatan Indigonya. Kami sangat terkejut, tapi juga bangga. Kami tahu dia akan menjadi seseorang yang istimewa.”

     

    Svetlana membaca beberapa catatan di bawah foto-foto itu, merasakan kehangatan dan cinta yang tercermin dalam setiap kata. “Ilta selalu tampak kuat sejak kami bertemu, tapi aku tahu ada banyak beban yang dia pikul.”

     

    Aria duduk di samping Svetlana, mengamati dengan penuh kasih sayang. “Ilta memang kuat, tapi kekuatannya berasal dari hatinya yang penuh cinta dan keberanian. Perjalanannya mengajarkan banyak hal, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kita semua.”

     

    Svetlana membuka halaman terakhir album itu, melihat foto Alexei dan Aria sebelum mereka menghilang. Wajah mereka penuh cinta dan harapan, meski ada sedikit kekhawatiran. “Kalian terlihat begitu bahagia,” katanya dengan suara bergetar.

     

    Aria merangkul Svetlana dengan lembut. “Kami selalu percaya bahwa Ilta akan menemukan jalannya, dan dia telah melakukannya. Dan sekarang, dengan kau di sisinya, kami tahu dia akan terus melakukan hal-hal luar biasa.”

     

    Malam itu, ketika Ilta dan Alexei kembali ke dalam rumah, mereka menemukan Svetlana dan Aria masih di perpustakaan, berbincang dengan hangat. Ilta tersenyum melihat mereka, merasa bersyukur atas keluarga yang dimilikinya.

     

    “Kalian sedang apa?” tanya Ilta, mendekati mereka.

     

    Svetlana tersenyum, menatap Ilta dengan penuh kasih. “Ibu Aria menunjukkan album foto masa kecilmu, Ilta. Aku belajar banyak tentang awal perjalanan hidupmu.”

     

    Ilta merasa sedikit malu, tapi juga bahagia. “Bersama, kita telah menciptakan banyak kenangan dan mengatasi banyak rintangan. Mari mengambil beberapa foto lain kali.”

     

    Alexei dan Aria saling pandang, merasa bangga dan terharu melihat hubungan erat antara Ilta dan Svetlana. Malam itu, mereka berbincang bersama, merenungkan masa lalu dan merencanakan masa depan. Di bawah langit malam Zima yang berkilauan, mereka merasa lebih kuat dan bersatu dari sebelumnya, siap menghadapi apapun yang datang menghadang mereka.

     

    Disela-sela keseharian mereka, Keluarga Vindenbe sesekali datang mengunjungi mereka. Radostaw, Ivana, Sybil yang sudah menjadi Vladyka Ke-12, dan Walter yang kini menjadi panglima Zima, sering datang menanyakan kabar keluarga Jedlicka.

     

    “Ilta, kau semakin mirip ayahmu,” kata Radostaw suatu hari, menepuk bahu Ilta dengan bangga. “Kerja keras dan keberanianmu telah membawa perubahan besar.”

     

    “Dan Svetlana,” tambah Ivana, “kau telah menjadi bagian dari keluarga kami. Keberanian dan kebijaksanaanmu luar biasa.”

     

    Svetlana tersenyum, merasa diterima sepenuhnya dalam keluarga besar ini. “Terima kasih. Kami akan terus melindungi Zima dan rakyatnya.”

     

    Sybil dan Walter mendekati Ilta, mata mereka penuh dengan bangga pada adik angkat mereka. “Kau telah berhasil mewujudkan impianmu juga membawa banyak perubahan pada dunia ini. Ilta, disaat kau membutuhkan bantuan, datanglah kepada kami, kami akan memberikan segala bantuan yang kau perlukan,” kata Walter, merangkul Ilta yang kini tumbuh tinggi sama sepertinya.

     

    Sybil menambahkan, “Jangan memaksakan sesuatu seorang diri, Ilta. Svetlana, orang tuamu, dan keluarga Vindenbe pasti akan membantumu menjalankan tugas yang diberikan oleh Sang Ilahi,” katanya dengan nada lembut yang senantiasa memberi ketenangan pada Ilta sejak kecil.

     

    Hari-hari berlalu dengan kebahagiaan dan kehangatan di kediaman Jedlicka. Hubungan yang erat dan saling mendukung di antara mereka membuat masa depan tampak cerah dan penuh harapan. Bersama-sama, mereka menghadapi setiap tantangan dengan keberanian dan cinta yang mengikat mereka sebagai satu keluarga yang kuat dan tak tergoyahkan. Namun, bayangan ancaman dari Koschei terus menghantui pikiran mereka. Mereka tahu bahwa musuh lama mereka bisa kembali kapan saja, dan mereka tidak ingin lengah.

     

    Suatu pagi yang cerah di Kerajaan Zima yang abadi diselimuti salju, Ilta dan Svetlana memutuskan untuk memulai latihan rutin mereka di halaman belakang kediaman Jedlicka. Langit biru yang luas membentang di atas mereka, dan angin dingin membawa aroma segar dari pegunungan sekitarnya.

     

    Ilta mengambil napas dalam-dalam, menatap ke arah Svetlana. “Kita tidak boleh lupa tentang Koschei. Morskoi memperingatkan kita bahwa dia mungkin akan kembali. Kita harus siap.”

     

    Svetlana mengangguk, matanya penuh determinasi. “Kamu benar, Ilta. Kita harus tetap waspada dan memperkuat kemampuan kita. Mari kita mulai dengan mode baru yang telah kita pelajari.”

     

    Mereka berdiri di tengah halaman, memusatkan pikiran mereka. Energi mulai berputar di sekitar mereka, menyelimuti tubuh mereka dengan cahaya cemerlang. Ilta memulai transformasinya menjadi Fatum Nivis. Sayap putih keperakan dan putih keemasan muncul dari punggungnya, matanya berubah menjadi putih perak, menunjukkan peningkatan indra keenam dan kemampuan Indigonya yang semakin kuat. Salju memutari dirinya diikuti kristal es, mencerminkan kekuatan dan kemurnian barunya.

     

    Disisi lain, Svetlana mengalami transformasinya menjadi Archangeluc. Sayap-sayapnya sama seperti Ilta, berwarna putih keemasan dan putih keperakan. Matanya berubah menjadi putih keemasan, dan rambutnya menjadi putih keperakan. Aura kebijaksanaan dan kekuatan memancar dari dirinya, menunjukkan peningkatan kemampuan cahayanya.

     

    Ilta menggerakkan sayapnya dengan lembut, merasakan kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya. “Ini luar biasa, Svela. Aku bisa merasakan setiap perubahan di sekitarku dengan lebih jelas.”

     

    Svetlana tersenyum, merasakan hal yang sama. “Kekuatan ini akan sangat berguna saat mencapai potensinya. Mari kita mulai latihan kita.”

     

    Mereka memulai dengan latihan dasar, menguji kemampuan baru mereka. Ilta meluncurkan serangan melalui Zorya Altair yang berubah menjadi beberapa bagian, melayang dan dipenuhi energi es yang lebih murni, menciptakan serangan yang menghancurkan target dengan mudah. Svetlana, dengan Alis Lucis menjadi busur yang dipenuhi energi Ilahi, menciptakan panah cahaya yang mampu menembus pertahanan apapun.

     

    Latihan mereka semakin intensif. Ilta menggunakan sayapnya untuk terbang cepat di sekitar lapangan, menyerang dari berbagai sudut dengan kecepatan yang sulit diikuti. Svetlana mengikuti dengan serangan yang presisi, menggunakan kombinasi kekuatan fisik dan magis.

     

    Setelah beberapa saat, mereka berhenti untuk beristirahat, napas mereka terengah-engah namun mata mereka bersinar dengan semangat. Ilta menatap Svetlana, merasakan kehangatan dari transformasi mereka. “Kita semakin kuat, Svela. Tapi kita juga harus pintar dalam bertindak. Koschei mungkin akan lebih kuat dari sebelumnya .”

     

    Svetlana mengangguk. “Kita harus mengembangkan strategi yang lebih cerdas. Mari kita pikirkan berbagai skenario dan bagaimana kita bisa mengatasinya.”

     

    Mereka duduk di bawah pohon besar di halaman, berdiskusi tentang berbagai strategi dan taktik. Ilta menggambar peta di tanah, menunjukkan berbagai formasi pertahanan dan serangan. Svetlana menambahkan ide-ide tentang penggunaan elemen alam untuk mengecoh dan menciptakan ilusi.

     

    Selama beberapa hari berikutnya, mereka terus berlatih dan merencanakan. Setiap pagi dimulai dengan latihan fisik dan teknik energi alam, diikuti dengan diskusi strategi. Mereka tidak hanya meningkatkan kekuatan dan keterampilan mereka, tetapi juga memperkuat ikatan mereka sebagai tim.

     

    Suatu malam, setelah latihan yang melelahkan, mereka duduk bersama di bawah langit malam yang penuh bintang. Ilta menatap bintang-bintang dengan mata yang penuh harapan. “Svela, kita akan siap. Tidak peduli apa yang terjadi, kita akan melindungi kerajaan ini, dunia ini, dan orang-orang yang kita cintai.”

     

    Svetlana memegang tangan Ilta, terasa hangat dan aman dalam keyakinan mereka. “Kita tidak sendirian, Ilta. Bersama-sama, kita bisa menghadapi apapun.”

     

    Mereka kini melintasi lorong-lorong istana menuju taman rahasia yang terletak di belakang istana. Di taman itu, bunga-bunga bermekaran dan pepohonan rindang menciptakan suasana damai.

     

    Ilta menggenggam tangan Svetlana dan tersenyum, “Akhirnya, kita bisa mendapatkan sedikit ketenangan di tengah segala keramaian ini.”

     

    Svetlana membalas senyumannya. “Ya, aku senang kita bisa bersama di sini. Taman ini indah sekali.”

     

    Ilta menarik Svetlana ke tengah taman. “Mari kita berdansa. Disini, di bawah bintang-bintang.”

     

    Svetlana tertawa kecil. “Tapi aku tidak bisa berdansa, dan musiknya?”

     

    Ilta menggeleng. “Kita tidak butuh musik. Angin dan gemerisik daun sudah cukup.”

     

    Mereka mulai berdansa dengan langkah yang lembut dan ritmis. Ilta memimpin, sementara Svetlana mengikuti dengan anggun. Mata mereka saling bertemu, mencerminkan kebahagiaan dan kedamaian yang mereka rasakan.

     

    Angin malam berhembus pelan, membawa aroma bunga dan kehangatan malam. Di tengah tarian mereka, Ilta berbisik, “Terima kasih telah selalu bersamaku, Svela. Kau adalah bagian penting dari hidupku.”

     

    Svetlana menatapnya dengan mata yang penuh cinta. “Dan kau juga bagian dari hidupku, Ilta. Banyak hal yang belum pernah aku rasakan, terima kasih sudah menerimaku.”

     

    Mereka terus berdansa hingga malam semakin larut, di bawah cahaya bulan yang bersinar terang. Taman rahasia menjadi saksi bisu dari ikatan yang kuat antara dua hati yang saling mencintai. Dengan latar belakang kerlip bintang dan suara alam yang tenang, mereka menemukan kebahagiaan sejati dalam kebersamaan mereka, mengakhiri malam itu dengan indah dan penuh cinta.

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kenangan Masa Lalu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021