Aku seorang guru yang berangkat dari nol alias tanpa ilmu yang memadai. Semenjak lulus SMA tahun 1999 langsung diminta oleh Bapak Pengurus Yayasan untuk menjadi guru Taman kanak-Kanak sebagai guru pendamping. Dengan modal nekat dan semangat yang kuat, aku terima tugas itu dan aku jalani tugas dan tanggung jawabku sebagai guru pendamping, merangkap tukang kebun, tukang sapu, tukang piket, dan sebagai juru kunci. Setiap hari ku laksanakan dengan enjoy dan senang hati. Berbagai ilmu pendidikan dan penerapan ku peroleh secara otodidak dan dari pengalaman yang terus berjalan kuambil sebagai pelajaran.
Melihat, mengamati, memperhatikan, mengikuti, memikirkan, merasakan, mengalami, dan menjalani apa yang ada selama bertahun-tahun menjadikan guru yang sangat berharga bagiku. Dan, pengalaman inilah yang menjadi guru mulia paling berharga dan guru yang tanpa menerima jasa.
Mbak nur, itulah panggilan guru utama yang aku dampingi selama tahun 1999 sampai 2002 M. Darinya ku peroleh ilmu dan pelajaran hidup yang banyak yang memberiku bekal untuk mampu berkiprah di masyarakat sampai saat ini. Semoga Allah membalas amal baik beliau. Dan beliau diberi kesehatan dan keberkahan, aamiin.
Aktivitas pagiku di Taman Kanak-Kanak ini menginspirasi warga masyarakat untuk memaksaku membuka Taman Pendidikan Al Qur’an pada sore harinya. Dan begitulah, aku tak mampu menolak keinginan mereka. Karena sejatinya panggilan jiwaku pula untuk berbuat yang terbaik supaya bermanfaat untuk umat, untuk masyarakat. Dengan senang hati pula kujalani tugas dan kewajibanku menjadi guru ngaji di Mushola Al Ikhlas setiap sore dan ditambah lagi setiap selesai Maghrib sampai Isya.
Tak kalah hebohnya Emak-Emak di lingkungan tempat tinggalku juga memintaku untuk mau meluangkan waktu mendirikan majelis kecil-kecilan untuk mengajari mereka latihan sholat dan menghafalkan surat-surat pendek serta membacakan kepada mereka beberapa dasar-dasar ilmu agama islam. Karena pada masa itu beberapa warga masyarakat masih banyak yang memerlukan bimbingan untuk belajar sholat dan sebagainya. Kegiatan rutin majelis ini kami laksanakan seminggu sekali. Setiap malam Rabu, sesudah Isya, di rumah Lik Galiyem. Dari sini pula sebenarnya aku juga belajar. Bukan hanya mengajari mereka, tetapi justru aku belajar bersama mereka. Emak-Emak yang terdiri dari 16 Ibu ini antusias untuk belajar agama dan latihan sholat. Beberapa pengalaman lucu dan seru terjadi di sini. Menjadikan pengalaman penuh makna yang menjadi kenangan di masa remajaku.
Selanjutnya, tahun 2002, aku tinggalkan mereka semua dan aku hijrah ke Pulau Bali untuk mengikuti suami. Qodarullah, di sini aku dipertemukan dengan komunitas warga masyarakat yang beragama Islam, Hindu, Kristen, Budha dan Katolik. Umat islam yang minoritas di sini membutuhkan bimbingan dan perhatian yang intensif. Berdasarkan perintah dari Ibu Pimpinan, di sini aku diminta untuk mendirikan Taman Pendidikan Al Qur’an. Alhamdulillah, tahun 2003-2005, aku bergelut lagi dengan dunia pendidikan anak dalam belajar Al Qur’an. Alhamdulillah, antusias warga sangat tinggi karena lingkungan yang mayoritas beragama Hindu membuat umat yang beragama islam menyambut dengan sangat gembira adanya TPA ini. Qodarullah, pada bulan Agustus 2005 aku harus hijrah kembali ke Pulau Jawa bersama keluargaku karena mengikuti pindah tugas suamiku. Selamat tinggal Pulau Bali beserta Taman Pendidikan Al Qur’an “Jundullah”. Semoga istiqomah dengan ustadzah yang aku beri amanah, saat itu.
Kembalilah aku ke kampung halamanku. Alhamdulillah, hati dan perasaan sangat senang dan bahagia. Seolah mata terbuka kembali bisa menerawang seantero jagat raya dari ujung utara sampai ujung selatan, dari ufuk barat sampai ufuk timur. Seolah mata ini lega senang bukan kepalang. Bagaikan keluar dari penjara yang dikelilingi Tembok Benteng Takeshi.
Yang kurasakan selama di sana, pandangan mata ini sangat terbatas. Sepanjang perjalanan ke sana kemari. Sejauh jarak perjalanan di tempuh, kiri kanan jalan adalah benteng-benteng tembok rumah warga atau tembok-tembok bangunan fasilitas umum. Baik jalan raya maupun jalan yang tidak raya kiri kanan setiap memandang selalu menatap tembok. Tembok-tembok batu bata atau pagar-pagar tertutup rapat. Padahal di balik tembok-tembok tersebut pemandangan nan indah luar biasa terpampang di sana. Saat aku naik Truk Reo yang Tinggi. Kuintip dan ku amati dari atas tampang di balik pagar-pagar tembok sepanjang jalan adalah taman-taman bunga di halaman warga masyarakat yang sangat indah, asri dan bagus. Namun sayang, tidak bisa dilihat dari jalan oleh pengguna jalan yang sedang melintas.
Bunga-bunga indah warna warni di setiap halaman rumah dan taman-taman pribadi warga didominasi bunga Jepun Jepang, bunga kamboja, bunga bougenville, bunga mawar, dan bermacam-macam bunga yang sangat banyak. Di sana banyak sekali bunga dengan beraneka warna dan jenisnya tumbuh subur dan sangat diperhatikan oleh warga karena selain untuk keindahan pemandangan, bunga di sini juga sebagai salah satu media untuk sembahyangan mereka setiap harinya. Tak heran jika semua warga menghiasi rumahnya dengan bunga-bunga indah nan cantik.
Rasa bangga tak terhingga pun kurasakan karena atas ridho dan kehendak-Nya, aku bersama suami bisa tinggal dan menikmati indahnya pemandangan Pulau Bali yang sangat terkenal dan menjadi tempat wisata favorit bagi wisatawan mancanegara. Dan, wisatawan lokal pun tak kalah ramainya mendatangi dan memanjakan mata mereka akan keindahan Pulau Dewata ini. Maa syaa Allah..
#############################
Kreator : Endah Suryani, S. Pd AUD
Comment Closed: Kenangan seruku muncul
Sorry, comment are closed for this post.