Di sebuah sekolah Katolik, ada seorang pelajar bernama Margareth. Margareth adalah pelajar yang sangat berbakat, baik dalam akademik maupun olahraga. Dia sering menjadi pusat perhatian karena berbagai prestasi memukau yang dicapainya. Namun, tanpa disadarinya, kebanggaan mulai merasuk ke dalam hatinya. Margareth mulai merasa bahwa dirinya lebih unggul dari teman-temannya. Suatu hari, salah seorang temannya, Alfons, kesulitan memahami pelajaran, Margareth tidak lagi bersedia membantu dengan tulus seperti sediakala. Dia berpikir, “Mengapa harus repot-repot? Bukankah aku memiliki banyak hal penting lain yang perlu kuselesaikan?”
Pada pelajaran agama, Sr. Agnes guru agama mereka bercerita tentang kisah dalam Injil Matius 23:13-22. Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk jangan mencontoh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang hanya memikirkan diri sendiri serta menutup pintu-pintu surga bagi orang lain. Mereka begitu pamer akan pengetahuan dan jabatan, tetapi melupakan kerendahan hati dan kasih sayang. Kata-kata ini menembus hati Margareth. Dia mulai menyadari bahwa kebanggaannya telah menutup pintu hatinya untuk berbagi kasih dan membantu sesama.
Setelah merenungkan Injil tersebut, Margareth teringat akan salah satu kutipan dari Santo Fransiskus dari Assisi: “Berbahagialah mereka yang rendah hati, karena mereka akan mewarisi bumi.” Kutipan ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati dan berkat Tuhan akan diberikan kepada mereka yang bersikap rendah hati. Margareth mulai menyadari bahwa kerendahan hati adalah jalan yang membawa kedamaian dan kebahagiaan, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya.
Keesokan harinya, Margareth mengubah sikapnya. Dia menghampiri Alfons dan dengan tulus menawarkan bantuan. “Alfons, aku tahu pelajaran ini cukup sulit. Mari kita belajar bersama. Aku juga membutuhkan teman belajar.” Alfons tersenyum lebar, merasa dihargai dan diperhatikan. Margareth merasakan kebahagiaan yang berbeda, kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan saat memenangkan kompetisi atau mendapatkan nilai tertinggi. Ini adalah kebahagiaan karena melakukan hal yang benar, mencontoh teladan Yesus dan para kudus.
Melalui cerita ini, kita dapat belajar bahwa kerendahan hati bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang memungkinkan kita untuk merangkul sesama dengan kasih sayang. Seperti yang diajarkan Yesus, mari kita terus berlatih untuk menjadi rendah hati, agar kehidupan kita dipenuhi dengan damai dan sukacita sejati. Dengan kerendahan hati, kita tidak hanya menjadi lebih dekat dengan Tuhan, tetapi juga membuka pintu surga bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita.
“Kerendahan hati bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang memungkinkan kita untuk merangkul sesama dengan kasih sayang.”
Kreator : Silvianus
Comment Closed: Kerendahan Hati
Sorry, comment are closed for this post.