Di sebuah Desa dekat kota yang padat penduduknya, keluarga Bany hidup Bersama ayah dan ibunya, Ayahnya yang hidup sebagai pedagang kecil sedangkan ibunya Bernama May sebagai penjual sayuran yang dipetik sendiri dari kebunnya, setiap sore bu May memetik daun Singkong lalu diikat, dari hasil ikatan disusun disiapkan untuk dibawa ke Pasar.
Pagi hari menjelang subuh Bu May sudah bangun memasak untuk makan suami dan anaknya, setelah selesai sholat subuh, bersiaplah pergi ke pasar membawa dagangannya, hari-hari yang dilakukan suami istri ini cukup untuk membiayai hidupnya Bersama sang anak, tidak bisa dibilang lebih akan tetapi cukup untuk hidup dan biaya sekolah Bany.
Harapan Ayah dan Ibu, Bany bisa sekolah sampai ke Perguruan Tinggi, agar tidak bernasib seperti orang tuanya, Bany juga berkeinginan menjadi seorang arsitek, Ayah dan Ibu nya tentu saja harus bekerja keras untuk bisa menabung untuk masa depan cita-cita Bany.
Di suatu sore hari, ayah dan ibu serta Bany duduk di ruang Tengah rumahnya, sambil menikmati goreng singkong dan minum teh hangat, mereka bercengkrama, Ibu May berkata… Bany kamu mulai besok belajar mencuci baju sendiri ya…, kenapa bu Bany harus mencuci baju sendiri? Bukan ibu nda mau saying, kamu harus sudah belajar mencuci baju sendiri, karena siapa tau kamu lulus SMA kamu diterima di perguruan tinggi, kamu tidak tinggal sama ibu, kamu nanti tidak punya baju ganti karena kotor semua, sambil mengambil singkong lalu dikunyah Bany sambil berfikir apa kata ibunya tadi, tiba tiba ayahnya juga menimpali apa kata ibunya, iya Bany kalau bangun tidur kamu lipatlah selimutnya. Dan, habis mandi handukmu kamu taruh di tempatnya jangan kamu tumpuk di atas kasur ya. Bany menjawab Beres sambil mengacungkan jempol.
Seminggu kemudian Usia Bany masuk tujuh Belas Tahun, usia masuk remaja, dengan penuh kasih sayang Ibunya, menyiapkan makanan untuk makan Bersama teman-temannya, sedangkan ayahnya memberi hadiah ponsel, mengingat sudah kelas tiga SMA, Menjelang mendaftar ke perguruan Tinggi, Bany minta doa restu Bapak dan Ibunya untuk bisa lolos di SMBP, spontan sang ibu mengiyakan dan esok harinya setiap hari Senin dan Kamis Ibunya berpuasa sunah agar apa yang diharapkan anaknya bisa tercapai, ayahnya tambah semangat dalam berjualan mengingat cita-cita anaknya mau sekolah Tinggi.
Benar saja usai ujian, menunggu waktu hasil SNBP, Bany juga bilang ke ibunya, Bu. Kalau nanti Bany tidak lolos SMBP Bany daftar SNBT, apa itu ? tanya ibunya, kamu harus berdoa kamu usaha, Insyaallah dimudahkan jawab sang ibu. Bu…Bany ngantuk mau tidur siang, ternyata diatas Kasur masih berantakan, karena dari pagi ibunya pergi ke rumah tetangganya yang kebetulan mau ada hajatan, sambil menggerutu Bany hanya menyingkirkan selimut dan handuk ke samping, lalu tak lama tertidur pulas.
Ternyata ibunya menengok kamar anaknya, dengan menggelengkan kepala, tapi selimut dan anduk dibiarkan sampai menjelang magrib Bany terbangun, lalu mau mandi, karena handuk yang dari pagi tidak terjemur maka handuk terasa lembab, sambil menggerutu masuk kamar mandi, usai mandi baru anduk di taruh di tempat jemuran dan selimut dilipat serta dirapihkan tempat tidurnya.
Bu May membuat Teh dan menggoreng Pisang yang sebentar akan dinikmati Bersama usai sholat magrib, setelah semua menjalankan sholat magrib, mereka Kembali duduk di ruang keluarga, ibunya senyum -senyum memandang Bany yang gagah duduk didepannya, sementara ayahnya memperhatikan ibunya yang senyum sendiri, lalu bertanya, ada apa bu…kok seneng sekali..,
Mendengar pertanyaan ayah lalu Bany memandang ke ibunya, ayah dan Bany sama-sama memandang wajah ibunya, menunggu apa yang akan disampaikan, Bu May tak lama berkata, hari ini Bany sudah besar sudah bisa merapihkan tempat tidurnya yang menjadi tanggung jawabnya, ibu senang karena Bany sudah tidak menjadi pemalas, semoga nanti bany tinggal di kos-kosan juga akan merawat kebersihan tempat tinggalnya.
Ayah ibu berdoa, Bany jadi anak baik jujur dan rajin, eeeh kapan pengumuman nya, besok bu jawab Bany, kalua gitu ayo kita tidur jangan lupa berdoa, mereka beranjak dari ruang keluarga masuk ke kamar, tetapi Bany tidak bisa tidur hati nya gelisah apakan lolos apa tidak SNBP nya.
Keesokan hari nya, seperti biasa Ayahnya sudah berangkat dulua untuk berdagang, dan bu May juga membawa daun singkong ke pelanggannya di pasar, selesai mengantar lalu pulang, dilihatnya Bany masih tidur, ibunya segera memasak untuk makan siang, tak lama suara pintu kamar Bany terbuka, lalu mengambil anduk untuk mandi, setelah mandi sudah berpakaian rapih, mau kemana kamu makan dulu kata ibu May.
Setelah makan dilihatlah jam didinding, langsung membuka leptopnya untuk melihat hasil, datanglah teman sebangkunya Diky, yang mau sama sama melihat hasilnya, mereka duduk di ruang tamu sambil menyalakan leptopnya, mereka berdua harap harap cemas. Begitu membuka tak lama muncul dilayar anda lulus, Bany Teriak sekeras-kerasnya yang di susu suara Diky, suara mereka berdua spontan mengagetkan ibunya yang sedang memegang gayung berisi air, ibunya lari keruang depan, dipeluklah ibunya sambil menangis trimakasih bu do’anya Bany lulus, begitu juga Diky ikut bersalaman.
Dengan menangis ibunya mengucapkan rasa Syukur kepada Allah, atas apa yang sudah diberikan pada anaknya Bany, yang sudah sadar dari rasa malasnya dan akan segera menyiapkan diri hidup jauh dari orang tua untuk menuntut ilmu.
Kreator : Kusniwati S.Pd
Comment Closed: Kesadaran si Pemalas (Bab 3)
Sorry, comment are closed for this post.