Memang hanya dua kata yang ada “tanggung jawab”, tetapi untuk mewujudkan dua kata itu atau melaksanakan dua kata tersebut dibutuhkan banyak hal yang harus dikorbankan mulai dari waktu, tenaga dan juga biaya. Tetapi jika dua kata itu tidak dijalankan dan diwujudkan maka kita yang sudah menerima “tanggung jawab” akan selamanya tidak diberi tanggung jawab walau hanya bagian kecil saja.
Seperti hari ini suamiku pergi ke kota untuk mencari kebutuhan dari kelompok kesenian yang ia dirikan bersama teman – teman di dusun di mana ia berada. Suamiku berkedudukan sebagai bendahara sehingga ia bertanggung jawab penuh terhadap semua kebutuhan dan keperluan kelompok kesenian seperti kostum, alat musik, alat rias dan lain sebagainya.
Berangkat bertiga suamiku, ketua grup kesenian dan juga ketua karang taruna dusun menuju kota mencari kostum untuk penari yang Perempuan. Mereka berangkat pagi karena takut kena macet jika sudah agak siang. Beruntungnya ketua karang taruna sudah mengerti tempat yang dituju karena dia masuk dalam team kesenian kalurahan yang sudah senior sehingga tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk menemukan toko yang menjual kostum dengan harga yang agak miring. Namun mereka merasa kesulitan dikala harus mencari toko yang menjual make up dengan harga yang sedikit murah, maklumlah yang berangkat laki – laki semua. Setelah sekian jam mereka berputar – putar tetap tidak menemukan toko itu.
Sebenarnya jika aku pikir – pikir sangatlah lucu dan mengherankan karena pada dasarnya suamiku adalah seorang olahragawan, ia dulu merupakan pemain voli yang cukup baik. Di waktu mudanya yang ia tahu hanya bola voli dan turnamen voli, tak ada waktu baginya untuk berkesenian. Tapi saat sudah menjelang tua ini ia harus mengurus kesenian yang benar – benar baru bagi dirinya, sehingga menjadi wajar jika ia belum begitu banyak tahu tentang seluk beluk kesenian. Dulu jika ada pertunjukan kesenian tradisional khususnya jathilan ia hanyalah sebagai penonton biasa, bahkan mungkin ia termasuk penonton yang hanya lewat sebentar lalu yang terpenting membeli jajanan yang hanya ada saat pertunjukan saja.
“Bu, kapan ibu pulang agak siang?”
“Untuk mengantar bapak cari bedak dan body painting.” Lanjut bapak
“Besok dua hari lagi.” Jawab ibu singkat karena sedang menggoreng lauk untuk makan malam bersama seperti biasanya.
“Baik bu, bagaimana kalau kita berangkat dari rumah sekitar jam dua belas siang?”
“Ya pak.”
Hari ini adalah hari yang dijanjikan ibu menemani bapak pergi belanja bahan untuk merias penari mulai dari bedak, pembersih wajah, penyegar wajah, pelembab, poundation, lipstik, body painting, kapas dan lain sebagainya. Sehabis selesai melaksanakan tugas mengajar maka ibu bergegas untuk pulang tidak seperti biasanya masih duduk ngobrol dengan teman teman guru yang lain.
“Kok tergesa – gesa pulang ada apa Bu?” tanya bu Karni yang duduk bersebelahan dengan bu Krist.
“Ada janji dengan bapaknya bu Kar.” Jawab bu Kris masih sambil membereskan buku dan komputer yang ada di meja.
“oh gitu ya, hati – hati saja.” Lanjut bu karni
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai rumah bu Kris. Sudah dapat ditebak pak Kris menunggu di depan rumah siap untuk berangkat. Cuaca hari ini sangat panas sekali walau sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB tapi matahari masih menyengat panas. Namun hal itu tidak menyurutkan niat suami istri itu untuk berangkat ke kota membeli alat – alat rias. Setelah perjalanan sekitar satu setengah jam barulah sampai di toko yang dituju.
“Mari ibu, apa yang dapat saya bantu?” sapaan ramah dari gadis berseragam biru biru putih menyambut kedatangan bu Kris beserta suami. Tanpa berlama – lama bu Kris kemudian menunjukkan daftar belanjaan yang sudah ia persiapkan. Terlihat deretan belanjaan yang tertulis ada sekitar 6 macam. Tetapi sayang ada satu body painting yang dibutuhkan tidak ada di toko tersebut sehingga mengharuskan untuk mencari di toko lain. Atas petunjuk dari pegawai disitu maka bu Kris segera meluncur ke toko tersebut. Setelah sampai toko yang dituju segera meminta ke pegawai toko tersebut untuk mencarikan body painting yang dicari. Setelah semua belajaan lengkap diperoleh akhirnya suami istri itu pulang ke rumah.
“Bu, coba di cek semua jangan sampai ada yang tertinggal, karena ada berbagai macam barang yang dibeli.”
“Siap bapak yang tersayang, tapi bolehkah ibu istirahat barang beberapa menit dulu.” Jawab ibu dengan sedikit manja.
Setelah istirahat sebentar akhirnya ibu mengecek satu persatu belanjaan, dan sudah komplit. Belum sempat ibu melaporkan hasil pengecekan sudah ada tamu yang datang.
“Permisi bu Kris”
“Ya bu silakan masuk.” Jawab bu Kris sambil masih terus memberesi barbanyakang belanjaan.
“Sudah komplit bu yang untuk make up penari kita?” tanya bu Tari setelah masuk rumah bu Kris.
“Sudah bu, monggo kalau mau di cek ulang.” Jawab bu Kris
Dengan segera bu Tari mengecek belanjaan, setelah beberapa saat ternyata masih ada juga yang terlewat, tapi barang itu di semua toko tersedia jadi tidak begitu merepotkan.
Akhirnya hari yang ditunggu tiba, hari pertunjukkan perdana untuk tim penari putri kesenian jathilan. Penarinya masih anak – anaknya sekolah dasar kelas 5 dan 6 tetapi meskipun masih terbilang masih SD tetapi mereka memiliki tubuh yang tinggi semampai, jadi jika tidak tahu pasti akan mengira sudah putri remaja. Mereka Bersiap – siap sejak pagi karena ada 8 anak yang dirias sedang yang merias hanya dua orang itu pun yang satu tidak begitu pandai jadi hanya bisa membantu saja. Diluar rumah banyak ibu – ibu dari anak yang dirias sehingga membuat suasana semakin tambah marak dan meriah. Tepat waktu dengan yang sudah diumumkan pementasan dimulai, penontonpun berangksek mendekat ke dekat lokasi. Penari nampak cantik – cantik dengan riasan yang simple namun menawan. Sukses membuat penonton terhipnotis ikutan menari. Dan mereka semua puas.
Tak terasa kelompok kesenian jathilan yang diprakarsai suamiku itu sudah berdiri selama lima tahun berlalu, dan kini sudah berkembang menjadi berapa kelompok penari sesuai kelompok umur dari kelompok umur 12 tahun – 15 tahun pria dan Wanita, kelompok umur 20 tahun – 30 tahun pria dan Wanita. Dan ada satu lagi kelompok umur 6 tahun – 8 tahun khusus anak laki – laki. Selain itu sudah banyak mendapat perhatian dari pemerintah terbukti dengan diterbitkannya akta pendirian kelompok jathilan dan juga bantuan berupa kostum penari dan penabuh. Hal itu membuat semakin mantap dan bersemangat seluruh anggota kelompok kesenian tersebut. Semakin hari kelompok itu memiliki uang kas walau sedikit tapi cukuplah lumayan. Kini mereka pun mendapat uang Lelah andai mereka pentas menari di suatu tempat. Alias mereka memperoleh bayaran walau masih sedikit, tapi membuat mereka tersenyum puas.
Kreator : Bekti Kristaliningsih
Comment Closed: Kesenian jathilan
Sorry, comment are closed for this post.