Dengan kehidupan yg lumayan sukses tidak membuat Sugeng menjadi tinggi hati, jiwa satria yg sering.ia tonton di pertunjukan wayang kulit tetap ia pegang teguh, disiplin, jujur, penyayang..dan selalu rendah hati. Sekali-kali bila ia pulang kampung dikunjunginya saudara, kerabat handai taulan, sesepuh dan ulama di kampungnya, kalau masih ada waktu disempatkannya bersama teman kampungnya mandi di kali, main bola dan dengan mobilnya sesekali diajaknya teman temanya napak tilas ke tempat tempat wisata di pantai di guha dan di di tempat tempat yg dulu pernah ia kunjungi waktu sekolah tak lupa ia bersilaturahmi ke rumah pa Carik,sekalian ingin ketemu Siti yang sekarang sudah menjadi seorang gadis yg andalemi Dengan uang tabungan yang disimpan cukup lama ia berniat membangun rumah ,sengaja ia pilih dipinggir kota agar dapat lahan yg lebih luas dan jauh dari keramaian. Dengan petunjuk teman dihubunginya pa Gimin seorang ahli bangunan yg cukup terkenal
Pada hari yg telah dijanjikan.dstanglah pa Gimin ke rumahnya
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Beberapa detik.sampai menit kok sepi
Byar..hhhhhhhh kok.jadi ramai
“Gimin kah, aku tidak mimpi.kan?”
..Sugeng kah
Bersalaman..berpelukan (zaman belum ada pandemi.. Duduk silahkan duduk. Masya Allah nggak disangka ya kita ketemu lagi..Aku juga waktu mendengar kata Gimin, gak menduga jangan – jangan Gimin yg dulu sering main di sawah. iya juga, aku pikir juga jangan – jangan Sugang. yang suka sama – sama cari belut hehe. Mereka jadi lupa persoalan yg sedang dirundingkan.. Gimana mas Gimin ceritanya kok bisa jadi orang sukses. Panjang ceritanya dik. Dik Sugeng sendiri tahu kan aku ini. skolah SR az gak tamat hanya sampai kelas 5 keburu ayah meninggal aku disuruh emak mbantuan kerja di ladang..jadi sekolahku terganggu Bu guru suka marah karena aku suka kesiangan masuk sekolah daripada bikin jengkel Bu guru Dini ya udah aku kluar aja. Tahun itu kan terjadi kemarau panjang selama 2th hidup jadi tambah susah jadi mending kujual saja itu sapi satu2nya warisan bapak seekor anak sapi untuk bekal merantau, mula- mula emak keberatan tapi setelah aku ceritain tentang hidup masa depanku akhirnya emak ngalah toh adikku si Pardi dah gede udah bisa bantu bantu emak. Sampai di kota bingung juga apa yg mau kukerjakan bekal makin tipis. Di suatu sore di hari Jumat aku lagi duduk dipinggir jalan. Di sana. ada beberapa truk sedang bongkar pasir dan kapur ada mungkin sepuluh truk. Selesai bongkar muatan truk-truk itupun pergi..Waktu aku melihat kok banyak pasir dan kapur yang tercecer. Aku tanya sama yang punya material..pak kalau aku ambil sisa sisa pasir dan kapur yg berceceran boleh gak pak.Oh boleh-boleh silahkan mksh klo mau biar jadi bersih. Besoknya dengan sisa uang bekalku kubelikan alat alat ada keranjang pikulan sekop pacul dlsb. Trus.kuambil sisa sisa pasir dan kapur trus kubikin batako hasilnya nggak banyak sih paling 10 biji malah kadang-kadang kurang. Sebulan dua bulan lumayan juga batako yang kubuat , ceritera Gimin sambil sebentar-bentar mengusap air matanya yang mulai mengembang, aku juga ikut terharu..Sedikit -sedikit dengan sabar dan kerja keras Alhamdulillah saya bisa seperti ini..Tak terasa hari mulai sore pak Gimin pun mohon pamit…Minggu depan pembangunan rumah mas Sugeng dimulai
Kreator : Sudarsono
Comment Closed: KETEMU TEMEN LAMA
Sorry, comment are closed for this post.