Dikala itu, aku merasakan kesedihan yang mendalam sehingga aku tak percaya teman. Saat aku sedih orang tua mengerti melihat diriku luka berat. Tapi tidak ditegaskan ke gurunya bahwa aku terkena bullying. Aku mulai menutup luka dan tidak mau terbuka dengan siapa pun. Kini aku mulai menyadari bahwa teman bisa menjerumuskan dalam kegelapan. Aku mulai menutup diri. kalaupun aku bilang ke guru itu tidak menghasilkan hasil. Aku sudah tidak mau berteman dengan siapa pun.
Mungkin sejak SD aku tidak punya teman untuk berbicara bahkan punya teman satu pun juga tidak ada. Mereka senang menikmati masa-masa kecil yang Bahagia. Namun diriku tidak menikmati kebahagiaan ini. Saat itulah dunia mulai menutup diriku. Aku sampai berderai air mata tiap hari melihat tersiksa oleh Kawanku. Tak ada satupun yang peduli terhadap diriku. Seakaan dunia ini kosong tak beratah dan hujan pun ikut menangis. Sekarang pun aku tidak ingin berteman dengan siapa pun. Setiap hari aku selalu dihina dicaci maki bahkan aku ditelanjangin oleh temanku. Itu sakit sekali yang kurasakan. Tak ada yang melihat bahkan guru pun tidak peduli dengan keadaanku.
Sampai kelas 6 pun saya diejek habis-habisan oleh mereka. Mereka tidak pernah anggap aku ada disamping mereka. Hingga aku tak bisa menghindarinya. Aku pun sedih karena mereka sudah membuatku seperti ini.
Tapi sekarang aku sudah mulai tersadar dalam peluk ini. Aku memiliki teman khayalan. Aku sering dianggap gila oleh mereka karena ngobrol sendiri. Tapi itulah rasa pelampiasanku kepada mereka. Hingga seakan aku sudah mulai tidak waras. Marah sendiri dan ketawa sendiri. Itulah yang dianggap mereka gila kepadaku. Aku mulai tidak peduli pada mereka. Mau sejelek apapun aku dihadap mereka, aku mulai tak peduli. Kini aku sudah menutup diri pada mereka. Mereka sudah membuatku seperti kesurupan. Karena mereka aku mulai waras dan gila. Mungkin inilah keadaanku yang sebenarnya.
Saat aku menyadari bullying itu menyakitkan. Aku mulai terbiasa dengan ini. Aku sudah memiliki luka yang tidak akan sembuh. Aku juga sudah tidak mau lagi mendengar mereka memperolokanku. Kini aku menyadari bahwa aku tak selamanya dengan mereka dan suatu saat aku pasti akan menemukan kebahagiaan. Aku yakin semua ini akan ada kesenangan dibalik penderitaan.
Mungkin sejak SD aku mulai depresi. Karena penderitaan yang kualami ini akan berlanjut entah kapan. Depresi mungkin karena aku bisa nahan luka yang kurasakan. Seolah-olah dunia terbalik. Aku mulai menyadari itu. Depresi ini terus berlanjut sampai aku tak mampu untuk mengelolanya.
Saat pendaftaran SMP pun, mereka tidak mau bersekolah denganku. Aku saat itu sedih padahal saya ingin bercita-cita ke sekolah Impian. Namun dihalang sama teman yang tidak mau denganku. Akhirnya aku memutuskan sekolah yang tidak jauh dari rumah dan aman tidak ada yang menggangguku. Semoga aku bisa bersekolah ditempat yang tidak ada bullying lagi dan tidak ketemu mereka lagi. Aku memulai hidup baru kembali dan berharap tidak ada kesedihan diriku
Kreator : citra
Comment Closed: Ketika Aku depresi Bab 1
Sorry, comment are closed for this post.