KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Ketika Hijab Menjadi Budaya: Refleksi Sosial di Negeri Muslim Terbesar

    Ketika Hijab Menjadi Budaya: Refleksi Sosial di Negeri Muslim Terbesar

    BY 21 Agu 2025 Dilihat: 3 kali
    Ketika Hijab Menjadi Budaya_alineaku

    Di lingkungan tempat tinggalku, perempuan berhijab adalah minoritas. Namun ada satu fenomena menarik: setiap kali tetanggaku hendak ke kota—entah ke mall, bank, atau kantor pemerintahan—hampir semuanya tiba-tiba mengenakan hijab. Begitu kembali ke rumah, hijab dilepas, disampirkan di pundak, atau ditinggal dalam tas. Di saat lain, aku melihat seorang pengemis mengenakan hijab dan gamis lusuh, duduk di pinggir trotoar sambil mengulurkan tangan. Lalu di layar televisi, seorang narapidana korupsi tampil di ruang sidang dengan kerudung rapi dan wajah penuh penyesalan. Satu pertanyaan menari-nari di benakku: Apakah hijab hari ini masih makna, atau sudah berubah menjadi budaya?

    Hijab, dalam pengertian asalnya, adalah perintah agama yang dimaksudkan sebagai bentuk kepatuhan dan kesadaran spiritual. Namun dalam dinamika masyarakat Indonesia hari ini, hijab tampaknya telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih luas: sebuah simbol budaya, norma sosial, bahkan fashion populer.

    Budaya, kata antropolog besar Indonesia Koentjaraningrat, adalah sistem nilai, simbol, dan praktik hidup yang diwariskan serta dihidupi oleh sekelompok manusia. Dalam pengertian ini, hijab yang dikenakan bukan semata karena kesadaran beragama, tapi juga karena ia telah menjadi bagian dari norma sosial. “Budaya adalah hasil interaksi manusia dengan nilai dan simbol,” tulisnya dalam Pengantar Ilmu Antropologi. “Ketika hijab dikenakan tanpa pemaknaan religius, ia sedang memainkan peran simbolik dalam budaya.”

    Maka tak heran jika kita menemukan banyak orang mengenakan hijab bukan karena perintah iman, melainkan karena konteks sosial menuntutnya. Hijab menjadi “kostum kepatutan”, semacam perisai dari penghakiman publik. Ia menenangkan masyarakat. Ia merapikan tampilan luar.

    Fenomena ini bukan tanpa sejarah. Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, namun wajah keislamannya sangat majemuk. Islam datang ke Nusantara lewat jalan damai, dengan penyesuaian budaya yang kuat. Di Jawa, seperti yang diteliti oleh Clifford Geertz dalam The Religion of Java, Islam bersanding dengan kepercayaan lokal, membentuk sistem sosial yang lentur.

    Dalam masyarakat yang demikian, hijab pun mengalami transformasi makna. Ia bukan lagi semata identitas religius, tetapi juga identitas sosial. Semacam “tanda” bahwa seseorang adalah bagian dari komunitas yang sopan, salehah, dan dapat dipercaya. Geertz mencatat, “Simbol agama bisa berubah fungsi menjadi simbol status, moralitas, atau bahkan alat perlindungan sosial.” Maka di ruang sidang, narapidana mengenakan hijab untuk membingkai penyesalan. Di tempat umum, hijab bisa meredam tatapan dan penghakiman. Di kota, hijab adalah kode sosial bahwa seseorang “tahu tempat”.

    Tidak bisa diabaikan pula peran industri fashion muslim yang semakin berkembang. Dari gamis kekinian, kerudung pashmina berlayer, hingga modest wear yang ditampilkan dalam ajang internasional—semuanya membentuk persepsi baru bahwa hijab adalah bagian dari gaya hidup. Banyak perempuan muda mengenakan hijab bukan karena kesadaran beragama yang mendalam, tetapi karena pengaruh media, selebgram, dan tren.

    Pakar cultural studies, Stuart Hall, menjelaskan bahwa “Identitas kultural seringkali dibentuk melalui simbol visual, dan pakaian adalah simbol paling kuat di antara semuanya.” (Representation: Cultural Representations and Signifying Practices). Maka hijab pun tak lepas dari arena representasi ini. Ia dipakai, difoto, dibagikan, ditiru. Menjadi semacam bahasa budaya.

    Apakah ini salah? Tidak serta-merta. Budaya bisa menjadi jalan masuk menuju pemahaman yang lebih dalam. Seorang perempuan yang awalnya memakai hijab karena lingkungan, bisa saja di kemudian hari menemukan maknanya dan memutuskan untuk terus menjalaninya dengan kesadaran. Tapi di sisi lain, kita juga patut bertanya: bagaimana jika hijab berhenti sebagai simbol spiritual dan hanya menjadi formalitas sosial?

    Di sinilah pentingnya pendidikan dan perenungan. Sebab pakaian bukan sekadar penutup tubuh, tetapi juga cermin dari kesadaran. Ketika hijab hanya menjadi budaya, kita berisiko kehilangan makna aslinya. Namun ketika budaya dikembalikan ke nilai, hijab bisa menjadi jembatan antara kesalehan personal dan tanggung jawab sosial.

    Sebagai perempuan yang tumbuh di tengah masyarakat Muslim, aku memahami bahwa hijab bukan sekadar pilihan, melainkan juga beban sosial. Tak semua yang berhijab taat, dan tak semua yang belum berhijab lalai. Tapi satu hal yang kurenungi: saat kita mengenakan hijab, kita sedang berbicara kepada dunia. Pertanyaannya adalah: apa yang sedang kita sampaikan?

    Hijab bisa menjadi jubah kepura-puraan, atau jubah penghormatan. Bisa menjadi tekanan, atau kesadaran. Maka mari kita jujur pada diri sendiri. Jika berhijab, biarlah karena cinta, bukan karena takut dilihat salah. Dan jika belum berhijab, biarlah tetap menjaga diri dan hati, sambil terus mencari cahaya.

    Sebab berhijab bukan akhir pencarian, melainkan mungkin justru awal perjalanan.

     

    REFERENSI

    Geertz, Clifford. The Religion of Java. University of Chicago Press, 1960.

    Hall, Stuart. Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. Sage Publications, 1997.

    Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

     

     

    Kreator : Iis Rodiah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Ketika Hijab Menjadi Budaya: Refleksi Sosial di Negeri Muslim Terbesar

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021