Hai, namaku rifa
Aku berasal dari keluarga sederhana di sudut sulawesi utara, tepatnya di kabupaten bolaang mongondow utara desa boroko kecamatan kaidipang. Namun sudah hampir 15 tahun ini desaku dimekarkan sehingga yang dulu menjadi sebuah desa sekarang telah menjadi kota. walau belum kemajuan yang begitu signifkan di bidang ekonomi. Buktinya masih banyak anak-anak yang telah menyelesaikan sekolahnya namun memilih untuk merantau dan bekerja diluar daerah.
Namun begitu aku sangat mencintai daerahku, karena di sana aku dilahirkan, dibesarkan, hingga aku benar-benar mandiri dan meninggalkan kampung halaman. Dan di sana juga mama dan abahku tinggal juga mengais rezeki hingga di hari tua mereka sekarang ini.
Selepas menyelesaikan sekolah SMK aku tak bisa melanjutkan kejenjang perkuliahan, karena ekonomi orang tuaku yang tidak mencukupi bahkan sangat sulit. Sehingga aku memilih untuk bekerja. Banyak pengalaman kerja yang aku geluti mulai dari, pramuniaga toko, kasir, admin perusahaan meuble, hingga terakhir aku turun ke media. Di media yang pertama aku tekuni adalah media audio, aku siaran pada pagi hari hingga pukul 10 pagi. Dan kemudian aku turun ke lapangan untuk mencari informasi berita, karena memang basic aku sendiri, lebih senang kerja di lapangan ketimbang di belakang kursi.
Tiga tahun berada di dunia media sebagai jurnalis, aku berkenalan dengan seorang laki-laki melalui media sosial fb, yang kemudian lelaki itulah yang akhirnya menjadi suamiku.
November 2018
Tahun dan bulan inilah awal kami berkenalan, yang pada waktu itu lagi heboh-hebohnya banyak berita penculikan anak sekolah dan ditemukan sudah tak bernyawa hingga kehilangan organ tubuh. Kemudian lelaki tersebut membuat story di wall fbnya tentang bodyguard yang akan menjaga jika beliaulah yang akan menjadi bodyguardnya jika terjadi penculikan. Dan tanpa sengaja aku mengomentari status tersebut dari sekian puluh orang yang berkomentar. Karena status tersebut berisi candaan maka aku pun bercanda saat berkomentar.
Sesaat kemudian inbox masuk darinya, dan aku menanggapinya biasa saja, karena memang pada waktu tersebut aku lagi menyukai seseorang dalam diam, apalagi aku yang bekerja di dunia media tentu akan menjadi berita heboh apabila dekat dengan seseorang.
Dan seiring waktu karena kami sering intens berkomunikasi akhirnya perasaan suka mulai timbul padanya. Hingga aku lupa kapan kami jadian. Iya kami pacaran lewat media sosial tanpa pernah bertemu sama sekali. Pada akhir tahun beliau mengatakan akan menikahiku, dan kuutarakan maksud tersebut kepada kedua orang tuaku. Lalu apa tanggapan mereka? Otomatis mereka tidak langsung merestui, karena bagaimanpun sosok tersebut tidak pernah aku jumpai dan tidak pernah mereka lihat secara langsung. Apakah aku menyerah? Tentu tidak, ada Allah yang sebaik-baiknya penolong, ada Allah tempat aku meminta agar dilembutkan hati orang tuaku. Dan jawabanpun aku terima tepatnya januari awal tahun 2019. Abahku meminta untuk memberikan kesempatan padanya waktu setahun, apabila dia serius maka datanglah ke manado sulawesi utara.
Alhamdulillah, segala niat baik Allah lah yang maha mendengarkan isi hati kami, tepatnya pada bulan mei, dia melamarku melalui telepon langsung pada abahku. Gayung di sambut, abah menerima lamarannya. Uang panai atau uang lamaran langsung beliau kirimkan, dan rencananya pada bulan 9 kami akan melangsungkan akad nikah. Namun siapa sangka, ujian saat pernikahan sangat berat, tepat july tanggal 29 rumah yang di tempati lelakiku dan juga calon ibu mertuaku terbakar habis hingga tiada tersisa. Yang tersisa hanya baju di badan dan juga surat-surat yang akan dia bawa ke kotaku sebagai perlengkapan berkas pernikahan yang diminta KUA.
Kaget, sudah pasti. Muncul keraguan di hati, tak akan melanjutkan pernikahan ini, karena sudah pasti dia butuh uang untuk membangun rumahnya kembali. Tapi dia adalah lelaki yang bertanggungjawab dengan kata-katanya, tepatnya sebulan setelah musibah kebakaran pada tanggal 2 september 2019, beliau datang kekotaku seorang diri hanya bermodalakan 1 buah tas dan niat baiknya. Kami bertemu dibandara Samratulangi kota manado Sulawesi Utara pada waktu azhar tiba, aku menangis haru juga bahagia. Sambil mengucap syukur, ya Allah ternyata dia menepati janjinya untuk datang menikahiku. Dan Alhamdulillah keluargaku menyambut beliau dengan sangat baik.
Sembari mengenalkan kotaku padanya, kami sekaligus melengkapi berkas pernikahan yang diminta oleh KUA. Kemudian pada tanggal 14 september 2019, ikrar itu terucap dari mulutnya. berjanji di hadapan Allah dan kedua orang tuaku untuk selalu menjagaku.
Kini lelaki yang hanya aku kenali lewat media sosial itu telah menjadi suamiku, sekarang aku percaya kalimat”jika dia jodohmu, walaupun dia ada di seberang lautan, Allah tetap akan mempertemukannya jika itu takdirmu”.
Dan Sekarang kami telah dianuggerahi seorang putri cantik berumur 4 tahun Alhamdulillah.
JODOH PASTI BERTEMU
Dari wanita yang menyukai senja
Kreator : rifa ditanugu
Comment Closed: kisah cinta media online berujung pernikahan
Sorry, comment are closed for this post.