Penulis : Mariyanti (Member KMO Alineaku)
Ibuku menyukai bunga, bunga yang beraneka warna, bunga mawar ibu lebih suka , terutama bunga mawar merah. Akupun menanam pohon bunga mawar. Beberapa pohon kubeli di pasar pada penjual bunga, ku siram, kupupuk dan kujaga hingga berbunga. Tapi pohon bunga mawar itu tidak bertahan lama, setelah pohon berbunga, bungapun kering, lalu tidak ada lagi kuntum- kuntumnya yang muncul, tunas-tunas baru pun tidak tumbuh, steak dari pohon mawar yang kucoba untuk memperbanyaknya juga tidak ada yang berhasil tumbuh. Ada satu pohon yang bertahan hidup dan tanpa dapat berbunga, sedang pohon lainnya tidak ada yang hidup.
Seperti pohon mawarku, aku tidak dapat pertahankan ibu untuk dapat terus bersamaku, karena ibu harus berpulang kepada sang Khaliq.
Kepergian ibu membuat rumah sangat sepi, sehingga kakak mengajakku tinggal bersamanya diluar daerah, sedangkan bunga mawar kutitip pada kakak yang di dekat rumah. Pohon bunga mawar itu ditanamnya di halaman samping rumahnya.
Beberapa bulan dan tahun berlalu hingga kini sudah 3 tahun, saat aku kembali kedaerahku ketempat kakak yang dekat rumahku, aku melihat pohon bunga mawar yang dulu, ternyata dia ada, hidup dan tumbuh besar berbunga pula beberapa kuntumnya, ada beberapa juga yang sudah mekar. “Wah.. jika saja ada ibu, ibu pasti senang melihatnya”.
Beberapa hari berselang, dari tangkai bunga yang sudah kering kupotong sejengkal, bunganya dibuang sedang tangkainya tidak,. Iseng-iseng kutanam saja di kebun samping rumah. Beberapa tangkai aku tancapkan di tanah. Beberapa hari kemudian, . tidak disangka dari batang pohon mawar yang ku tanam, keluar tunasnya. Dari balik mata tunasnya tumbuh pucuk-pucuk daun berwarna merah, wah ini pengalaman pertamaku melihat pertumbuhan tunas pohon bunga mawar, hasil tanaman sendiri pula, senangnya…. tapi jangan senang dulu (kataku dalam hati), bagaimana besok-besok, apa ia bisa tumbuh terus tambah besar? Ah, aku tak berani menyentuhnya, takut mati, seperti pengalaman dulu itu, tidak ada yang selamat,, aku hanya berani buang rumput- rumput liar di dekatnya dengan sangat hati-hati, jangan sampai tersentuh, hmm,. Seperti itukah menanam pohon bunga mawar “jangan sentuh” (padahal belum ada durinya) “ya mungkin seperti itu kata hatiku me reka-reka.
Tak lepas dari rasa takjub ku setiap hari aku melihat pertumbuhan pohon bunga mawar itu yang semakin besar tambah banyak daunnya. Sehingga setelah beberapa minggu kemudian keluar kuntumnya hii.. tambah seneng aja!
Agak berdebar dadaku, tangkai yang sudah ada kuntum bunganya aku pindahkan ke dalam pot yang sudah diisi tanah yang gembur, dalam hati aku terus berdoa semoga bisa terus tumbuh dan mekar, “jangan mati, jangan gugur dulu bunga ini sebelum berkembang,” (tahan nafas),, ups, jangan banyak bergerak dulu beberapa hari ya.., nanti baru ditaruh di teras rumah. Dan akhirnya,, beberapa hari berikutnya, tara… kuntum bunga mekar satu persatu, dari beberapa potnya, tiap pot ada beberapa juga yang mekar.
Alhamdulillah, sudah berpuluh pohon bunga mawarnya yang kutanam terus tumbuh dan tambah banyak, akupun semakin paham menanam dan memperbanyak bunga mawar. Jika ibu ada tentu akan senang, bahagia melihatnya. Semoga ibu disana selalu bahagia, ditempat yang terbaik disisi Allah Subhana Wata’ala. Mimpi yang pernah aku lihat, saat tiga hari berpulangnya ibu, ibu berada di taman yang indah semoga benar adanya, ibu berada di taman surgaNya, Allah. Doa anakmu selalu untukmu ibu, ” رَبِّ اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَانِي صَغِيرًا
Rabbighfir li wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayani shaghira.
Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku, dan kasihilah mereka sebagaimana mereka telah mendidikku sedari kecil.
Amiin.
Demikian kisahku tentang bunga mawar semoga yang membaca juga suka bunga mawar dan mau menanam pohonnya.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Kisah Mawar Merah
Sorry, comment are closed for this post.