KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kisah Penyesalan Anak Durhaka (Bab 6)

    Kisah Penyesalan Anak Durhaka (Bab 6)

    BY 27 Jun 2025 Dilihat: 4 kali
    Kisah Penyesalan Anak Durhaka_alineaku

    “Ada anak empat, laki-laki semua, dan sudah dewasa, kenapa masih harus nyangkul sendiri?” Sebuah pertanyaan diajukan kepada seorang petani yang sedang merapikan cangkul untuk persiapan ke sawah. Sebut saja namanya diro.

    Pertanyaan Sabtu malam itu dijawab oleh Diro dengan sebuah kisah masa lalu yang tidak bisa dilupakannya. 

    “Ini karena kesalahan saya,” Jawabnya.

    Diro mengungkapkan, bapaknya yang bernama Mamat adalah seorang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Di luar jam mengajar, Bapak memiliki aktivitas lain, yaitu mengurus bengkel sepeda miliknya. Diro mengisahkan, waktu kecil ia sering disuruh Bapak untuk membantunya mengurus bengkel sepeda. 

    Bagi Diro yang kian sibuk, pekerjaan itu merepotkan, apalagi jika musim hujan tiba karena harus bangun pagi di suasana dingin, membuka, sampai menutup kembali bengkelnya. Namun sayangnya Diro sering menolak perintah Mamat tersebut. Diro hanya bersedia melakukan semua itu dengan satu syarat yang diajukan. 

    “Kalau dikasih uang sama almarhum Bapak, baru saya mau bantu. Kalau nggak dikasih ya engga.” sesal Diro di rumahnya. Diro sama sekali tidak akan bergerak untuk membantu Bapak jika tidak ada uang. Sebaliknya, Diro akan langsung bekerja jika sudah diberi uang.

    “Almarhum pernah bilang sama saya, Siapa tahu nanti kalau sudah berkeluarga saya  juga punya usaha.” Ucap Diro menirukan ucapan almarhum Bapak sambil merapikan cangkul untuk persiapan besok ke sawah. Beberapa tahun kemudian, Diro berkeluarga dan saat ini dikaruniai empat orang anak. Ternyata, apa yang diucapkan oleh Bapak puluhan tahun yang lalu terbukti, Diro punya sawah. 

    “Eehh… sekarang, anak saya susah kalau disuruh bantu-bantu ngurus sawah. Mereka mau bantu kalau dikasih duit. Kalau nggak, ya nggak bakalan mau. Ini karena kesalahan saya dulu,” ucap Diro penuh sesal. 

    Diro pun mengingatkan pada empat orang anaknya, agar selalu berusaha berbuat baik kepada kedua orang tua. Belajar dan sholat yang kini ajarkan pada empat orang anaknya dijalankan dengan baik, hanya saja kalau urusan membantu di sawah mereka tetap mengharap diberi uang, kalau tidak mereka sama sekali tidak mau mengerjakan.

    Pada suatu hari, Diro baru saja menjemur padi hasil panennya, namun tiba-tiba mendung datang sehingga ia harus berusaha mengangkat padinya dan memasukan ke dalam karung untuk dimasukan ke dalam lumbung tempat menyimpan padi. Empat anaknya yang sedari tadi berdiam di dalam rumah tidak bergerak membantunya. Kemudian, datanglah Diro menghampiri anaknya. 

    “Siapa yang mau bantu Bapak, akan Bapak belikan ponsel.” Ucap Diro.

    Sontak saja, keempat anaknya berdiri serentak. Diro pun duduk di depan pintu sambil melanjutkan ucapannya. 

    “Bantulah Bapak menjemur dan mengangkat padi setiap hari sampai padi kering dan siap digiling.” 

    Keempat anaknya pun saling pandang. Si Sulung pun menyetujui, disusul anak kedua dan anak ketiga. Hanya Si Bungsu yang diam saja.

    Dirjo memandang ketiga orang anaknya yang sudah mulai memasukkan padi ke dalam karung. Diro lalu menghampiri anak-anaknya diikuti Si Bungsu yang sedari tadi diam saja. Diro kemudian meminta Si Bungsu memegang karung yang sudah dibuka lalu Diro memasukan padi ke dalam karung dan begitu seterusnya sampai padi selesai dikerjakan.

    Malam harinya, hujan turun sangat deras. Diro duduk dan memanggil semua anak-anaknya. 

    “Kalau nanti sudah dibelikan ponsel, kalian pakai buat apa?” Tanya Diro.

    Semua serempak menjawab, “Ya, untuk telepon, Pak.” 

    “Bapak bisa membelikan kalian ponsel dari hasil panen padi. Jadi, berjanjilah kalian ke Bapak, jika kita bisa berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, kelak anak-anak kita akan berbakti dan berbuat baik kepada kita, begitu pun jika sebaliknya.”

    Karena Rasulullah bersabda, “Ridho ALLAH tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka ALLAH tergantung kepada kemurkaan orang tua” (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi,Hakim)

     

     

    Kreator : Kusniwati S.Pd

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kisah Penyesalan Anak Durhaka (Bab 6)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021