KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Konspirasi Keluarga Utama

    Konspirasi Keluarga Utama

    BY 19 Jun 2024 Dilihat: 73 kali
    Konspirasi Keluarga Utama_alineaku

    Setelah berlalu dari masa sedihnya, Ilta memulai perjalanan akademinya dengan harapan besar untuk membantunya menjalani ujian dari Sang Ilahi. Namun, dibalik harapan itu, ada rencana gelap yang dirancang oleh beberapa sosok misterius dari keluarga utama selain Videnbe:

     

    Di ruang bawah tanah yang remang-remang, enam bayangan berkumpul. Wajah mereka disembunyikan oleh kegelapan, hanya mata mereka yang terlihat, menyala dengan niat buruk.

     

    “Ilta adalah ancaman yang nyata,” suara berat dari salah satu bayangan memecah kesunyian. “Dia memiliki potensi untuk menggantikan Sang Vladyka ke-11. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi.”

     

    “Dia masih anak-anak,” gumam bayangan lainnya dengan nada mengejek. “Tetapi kekuatannya… kekuatannya sudah melampaui batas normal. Dan dengan dukungan keluarga Videnbe, dia bisa menjadi tak terkalahkan.”

     

    Seorang bayangan dengan mata tajam yang memancarkan ketakutan dan kebencian melanjutkan, “Kita semua tahu apa yang terjadi jika Ilta menjadi Sang Vladyka berikutnya. Kekuasaan kita akan hancur. Keluarga Jedlicka sudah tiga generasi menjadi Vladyka, jika terus begitu maka kita akan terpinggirkan sebagai keluarga utama.”

     

    “Dan bagaimana dengan Sang Ilahi?” tanya suara perempuan dengan nada dingin. “Jika Ilta terpilih menjadi Utusan-Nya, posisi kita akan menjadi semakin tidak relevan.”

     

    “Apakah kita semua setuju bahwa Ilta harus disingkirkan?” tanya seorang lagi, suaranya penuh tekad.

     

    Enam bayangan itu saling bertukar pandang, keheningan yang menegangkan menggantung di udara. “Setuju,” jawab mereka serempak.

     

    “Baiklah, rencana kita sederhana,” kata bayangan yang tampak seperti pemimpin. “Kita akan menggunakan Veran. Dia anak yang Jenius dan mudah dipengaruhi. Dia akan menjadi pion yang sempurna bagi kita.”

     

    “Veran, kau yakin, dia adalah keluargaku?” kata bayangan dengan mata tajam. “Sepertinya ini akan menyenangkan. Kita akan membuatnya terlihat seperti kecelakaan, sesuatu yang tidak akan menimbulkan kecurigaan.”

     

    “Bagaimana kita bisa memastikan Veran akan melakukannya?” tanya suara perempuan.

     

    “Kita akan menggunakan ketakutannya,” jawab salah seorang dari mereka. “Ketakutan terhadap Ilta, ketakutan akan kekuatannya. Kita akan memanfaatkannya untuk menyakinkan Veran.”

     

    Veran Sovetniki, seorang anak muda dengan mata penuh ambisi, duduk di sudut kamar gelapnya. Jendela-jendela tertutup rapat, hanya ada seberkas cahaya yang masuk melalui celah-celah gorden yang tebal. Tangannya bergetar saat membuka surat rahasia yang baru saja diterimanya. Surat itu penuh dengan janji-janji kosong dan ancaman tersembunyi, membuat Veran merasa terhimpit oleh keputusannya.

     

    “Veran Sovetniki,

     

    Kau adalah anak yang kuat dan berbakat. Tapi kekuatanmu tidak akan berarti jika Ilta menjadi Sang Vladyka berikutnya. Bayangkan dunia di mana kau adalah yang terkuat, di mana kau memimpin. Tapi untuk mencapai itu, kau harus menyingkirkan Ilta.

     

    Temui dia di pinggiran hutan dan jurang, lalu serang dia menggunakan teknik energi angin.

     

    Buatlah itu seperti kecelakaan yang alami. Serang saat dia tidak siap. Kami akan memastikan tidak ada yang mencurigai dirimu.

     

    Lakukan ini, dan masa depan yang cerah menantimu.

     

    Ordo Bayangan”

     

    Veran membaca surat itu berulang kali, keringat dingin mengalir di dahinya. Ia tahu betapa besar tanggung jawab yang ditawarkan padanya, tetapi juga merasakan beban moral yang menghantui pikirannya.

     

    Dengan suara serak, Veran berbicara pada dirinya sendiri, “Mengapa harus aku? Mengapa mereka memilih aku untuk melakukan ini?” Tangannya gemetar saat ia menggenggam surat itu lebih erat. “Ilta… dia menakutkan, tapi juga saingan. Jika dia menjadi Sang Vladyka, aku akan selalu berada di bayang-bayangnya dari keluarga Sovetniki.”

     

    “Tapi… ini bukan hal yang benar untuk dilakukan,” bisik Veran, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. “Apakah aku benar-benar siap untuk mengorbankan seseorang demi ambisi pribadi?”

     

    Ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mondar-mandir di kamarnya. Hatinya penuh dengan konflik, antara janji masa depan yang cerah dan keadilan yang harus dipertahankan.

     

    “Aku tidak punya pilihan lain,” gumamnya akhirnya, mengambil keputusan yang berat. “Jika aku tidak melakukannya, aku akan selalu menjadi yang kedua. Aku harus kuat, demi masa depanku.”

     

    Veran menatap surat itu sekali lagi, mengambil napas dalam-dalam. “Ordo Bayangan, aku akan melakukan ini. Tapi setelah ini, aku ingin kalian menepati janji kalian.”

     

    Dengan tekad yang baru ditemukan, Veran menyembunyikan surat itu di tempat yang aman, mempersiapkan dirinya untuk menghadapi Ilta. Ia tahu bahwa langkah yang diambilnya akan mengubah segalanya, tetapi ia juga percaya bahwa ini adalah satu-satunya jalan untuk mencapai impiannya.

     

    Namun, dibalik keteguhan hatinya, ada secercah rasa takut dan keraguan yang tak bisa sepenuhnya dihilangkan. Veran tahu bahwa jalan yang dipilihnya penuh dengan bahaya dan moralitas yang dipertaruhkan, tetapi ia tetap melangkah maju, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.

     

    Dengan ini, Veran akhirnya mengalami perubahan akibat energi kegelapan yang tersimpan di dalam surat. Mengubahnya menjadi Deniluc secara perlahan tanpa dia sadari.

     

    Kejatuhan Keluarga Jedlicka

    Malam itu, langit berhiaskan bintang-bintang, memberikan kilau indah yang menipu ketenangan di bawahnya. Di salah satu sudut akademi, Ilta berdiri di balkon seorang diri, merenung tentang ujian yang dihadapinya sebagai kandidat Sang Ilahi. Udara malam yang sejuk membuatnya merasa tenang, namun takdir telah mempersiapkan kejadian berbeda.

     

    Di tempat lain, enam bayangan dan salah terdapat Deniluc diantara mereka. Mereka sudah merancang rencana kejatuhan Ilta dengan hati-hati, menggunakan Veran, seorang anak yang dimanipulasi menggunakan energi kegelapan dan potensi besar yang dimilikinya dalam menggunakan teknik energi angin.

     

    “Semua sudah disiapkan?” tanya sosok Deniluc, merupakan pemimpin mereka.

     

    “Ya,” jawab bayangan di sampingnya. “Veran sudah dipengaruhi oleh energi kegelapan. Dia akan menyerang Ilta ketika mereka berlatih bersama di pinggiran hutan.”

     

    “Kita pastikan semua terlihat seperti kecelakaan,” bayangan di depannya menambahkan. “Tidak ada yang akan mencurigai bahwa ini adalah rencana kita.”

     

    Esok harinya, Ilta dan Veran bertemu di pinggiran hutan untuk berlatih. Mereka melakukan ini atas surat yang dikirim oleh salah seorang bayangan, menutupinya sebagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan teknik energi alam. Ilta, yang penuh harapan dan semangat, tidak menyadari bahwa hari ini adalah bagian dari rencana gelap untuk menjatuhkannya.

     

    Veran, terlihat gelisah. tulisan dalam surat terus terngiang di kepalanya, menyakinkan dirinya untuk menyerang Ilta. Meyakinkannya bahwa Ilta adalah ancaman, dan satu-satunya cara untuk melindungi dirinya adalah dengan melenyapkan Ilta.

     

    Duel dimulai dengan santai. Ilta memfokuskan energinya pada elemen air, membentuk gelombang kecil yang mengalir lembut di sekitarnya. Veran, di sisi lain, mengumpulkan energi angin, memutar udara dengan kecepatan yang semakin meningkat.

     

    “Veran, kau baik-baik saja?” tanya Ilta, menyadari kegelisahan di matanya.

     

    Veran tidak menjawab. Energi kegelapan kini menguasai pikirannya. Ia menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan seluruh energinya, dan tanpa peringatan, melepaskan ledakan angin yang kuat ke arah Ilta.

     

    Ilta terkejut, tidak sempat menghindar. Angin itu menghantamnya dengan kekuatan besar, mendorongnya ke belakang. Kaki Ilta kehilangan pijakan, dan ia terjatuh ke tepi jurang yang berada di belakangnya. “Tidak mungkin,” kaya Ilta sebelum tubuhnya terlempar ke udara, jatuh ke dalam jurang yang dalam.

     

    “Wahai Sang Ilahi, selamatkan diriku, aku memohon atas pertolonganmu. Energi cahaya dan kegelapan.” Teriakan Ilta menggema di antara pepohonan dan jurang, membuat burung-burung terbang ketakutan. Veran berdiri membeku, menyadari apa yang baru saja ia lakukan. Ia melihat ke jurang dengan mata terbelalak, tapi Ilta sudah menghilang dari pandangannya.

     

    Berita tentang Veran membuat Ilta terjatuh kedalam jurang menyebar dengan cepat ke seluruh istana dan kerajaan. Para bangsawan dan rakyat biasa terkejut dan berduka atas Ilta yang terjatuh kedalam jurang yang dikenal sebagai Jurang Kematian. Tidak ada pasukan pencarian karena meragukan kemampuan Ilta untuk selamat dari kejadian ini, dan kekuatan politik Jedlicka kini mulai merosot tanpa kehadiran Alexei, Aria dan Ilta.

     

    Keluarga Jedlicka dinyatakan menghilang, tidak ada lagi anggota keluarga yang tersisa dari mereka yang kini mengisi kekosongan Sang Vladyka.

     

    Di balik bayang-bayang, keenam bayangan bersama Deniluc tersenyum puas. Rencana mereka berjalan sempurna, dan tak seorang pun mencurigai bahwa kecelakaan ini adalah bagian dari plot yang lebih besar untuk menggulingkan Sang Vladyka. Dengan Ilta yang hilang, jalan mereka untuk merebut kekuasaan kini terbuka lebar.

     

    Namun, di dalam hati setiap mereka terdapat sebuah perasaan yang tidak bisa mereka abaikan. Mungkin ini bukan akhir dari segalanya. Mungkin, di suatu tempat di luar sana, Ilta masih hidup dan akan kembali untuk membalas dendam. Tapi untuk saat ini, kemenangan ada di pihak mereka.

     

    Keluarga Videnbe yang mendengarkan kabar tersebut tidak langsung percaya bahwa Ilta akan gugur begitu saja. Mereka merasa yakin bahwa Ilta, dilindungi oleh Angeluc sebagai kandidat Utusan Sang Ilahi, dia tidak akan menemui ajalnya begitu cepat. Meskipun kabar bahwa Ilta terjatuh ke dalam Jurang Kematian membuat mereka gelisah, mereka tetap memilih untuk mencarinya.

     

    Sybil dan Walter, dengan tekun dan tanpa kenal lelah, menjelajahi setiap celah dan tebing curam di sekitar jurang. Mereka tidak peduli dengan bahaya atau ketakutan, semata-mata bertekad untuk menemukan saudara mereka yang tersayang.

     

    Pada saat matahari hampir terbenam, sinar jingga menyinari tebing-tebing curam. Sybil, yang tangkas dan terampil menggunakan energi angin. Dia merasa ada sesuatu yang menarik perhatiannya, dia melangkah mendekati sebuah tebing yang tertutup semak belukar. Dengan hati-hati, dia memeriksa setiap celah dan akhirnya melihat sesuatu yang menggantung di tepi jurang.

     

    “Walter! Saya pikir saya menemukannya!” seru Sybil dengan napas tersengal.

     

    Walter segera berlari mendekati kakaknya. Mereka berdua menatap ke bawah, dan di dasar jurang terlihat sosok Ilta yang tidak bergerak, dikelilingi oleh sepasang sayap yang menakjubkan. Cahaya senja menciptakan bayangan dramatis di sekeliling mereka.

     

    Sybil menahan nafasnya, hatinya berdebar keras. “Dia ada di sana! Ilta!” serunya dengan suara gemetar.

     

    Walter mengangguk, mata penuh dengan penantian dan kekhawatiran. “Kita harus memanggil Ibu dan Bapak, kita harus  menyelamatkannya. Segera.”

     

    Mereka memanggil Ivana dan Radostaw, yang segera bergabung dengan mereka. Dengan hati-hati, mereka menuruni tebing curam menggunakan energi tanah menuju Ilta. Ketegangan dan kekhawatiran memenuhi hati mereka, namun keyakinan bahwa Ilta dilindungi oleh Sang Ilahi memberi mereka keberanian untuk melanjutkan.

     

    Segera setelah mereka mencapai dasar jurang, Sybil dan Walter segera menghampiri Ilta. Mereka melihat dengan lega bahwa Ilta masih hidup, meskipun terbaring tak berdaya. Sayap Angeluc yang besar dan indah melindunginya dari bahaya.

     

    Ivana dan Radostaw dengan hati-hati mengangkat Ilta yang lemah, memastikan tidak membuatnya terluka lebih parah. Mereka merasa terharu dan bersyukur atas perlindungan Sang Ilahi yang begitu nyata di hadapan mereka.

     

    “Dia akan baik-baik saja,” kata Ivana dengan suara lembut, sambil mengusap lembut rambut Ilta yang tergerai. “Kita harus membawanya kembali ke rumah segera.” Mereka mempersiapkan perjalanan pulang, dengan syukur dan doa atas perlindungan yang diberikan kepada Ilta.

     

    Keraguan Yang Menjadi Nyata

    Keheningan merayapi ruangan kamar Ilta di kediaman keluarga Videnbe. Lampu remang-remang menerangi ruangan yang tenang, hanya terdengar suara lembut nafas Ilta yang terdengar rapuh di antara tetesan air liur yang sesekali mengalir dari bibirnya yang kering. Di samping tempat tidur, Sybil dan Walter duduk dengan penuh perhatian, tangan mereka memegang erat tangan Ilta yang terasa dingin.

     

    Ivana dan Radostaw, dengan wajah serius, berdiri di sudut ruangan. Tatapan mereka penuh kekhawatiran dan pertimbangan mendalam atas keadaan Ilta yang kini jatuh koma. Ivana memandang ke arah jendela besar yang menghadap ke taman belakang rumah mereka, mencoba menenangkan diri meskipun hatinya terus berdebar-debar.

     

    “Ivana, ini bukanlah kecelakaan biasa,” ujar Radostaw dengan suara rendah, matanya terfokus pada Ilta yang terbaring lemah di tempat tidur. “Terlihat jelas bahwa ini adalah tindakan seseorang yang bermaksud jahat melalui Veran, mereka bahkan tidak berusaha mencarinya saat itu karena takut dengan Jurang Kematian.”

     

    Ivana mengangguk perlahan, bibirnya bergetar ketika mencoba menahan tangis. “Aku tak habis pikir siapa yang bisa melakukan ini. Ilta hanyalah seorang anak kecil yang memiliki kebaikan di dalam hatinya.”

     

    Sybil yang mendengar percakapan mereka, memandang ke arah mereka dengan mata penuh kekhawatiran. “Apa yang harus kita lakukan sekarang? Ilta harus pulih apapun yang terjadi, tapi kita harus menyembunyikan keberadaannya untuk sementara waktu. Saya takut Ilta akan mengalami hal buruk kembali, dia sudah seperti adik saya sendiri.”

     

    Walter, yang sebelumnya berdiri di jendela, bergeser mendekati tempat tidur Ilta. “Mungkin saja, banyak dari keluarga utama yang takut kepada Ilta. Tapi kita tidak bisa berspekulasi tanpa bukti yang jelas. Yang pasti, kita harus melindungi Ilta dari bahaya selanjutnya.”

     

    “Tapi bagaimana caranya?” tanya Sybil dengan suara gemetar. “Kita harus melindunginya tanpa menarik perhatian musuh. Apa yang akan kita lakukan?”

     

    Radostaw menghela napas dalam-dalam, mencoba mencari kekuatan dari dalam dirinya yang terpukul. “Kita harus menjaga Ilta di sini, di dalam rumah ini, sementara kita mencari tahu siapa yang bertanggung jawab. Kita juga harus berusaha agar berita tentang kondisi Ilta tidak menyebar terlalu luas.”

     

    Ivana menatap Ilta dengan penuh kasih sayang. “Kita hanya bisa berharap dan berdoa agar Ilta segera pulih. Dia membutuhkan dukungan kita sekarang lebih dari sebelumnya.”

     

    Hening kembali menyelimuti ruangan, hanya suara nafas rapuh Ilta yang terdengar. Mereka semua menghadapi tantangan besar, namun keyakinan akan kekuatan cinta dan persatuan mereka menjadi penolong di saat-saat yang gelap ini.

     

    Setiap malam, Ivana dan Radostaw duduk di samping tempat tidur Ilta, berdoa dengan penuh harapan dan keyakinan.

     

    “Sang Ilahi, berikan kekuatan pada Ilta untuk pulih,” bisik Ivana, menggunakan teknik cahaya dan kegelapan sambil menggenggam tangan Ilta dengan lembut.

     

    Radostaw menutup matanya, mengucapkan doa dengan penuh ketulusan. “Kami mohon, lindungi anak ini dari bahaya. Biarkan dia kembali kepada kami dengan sehat dan kuat.”

     

    Sybil dan Walter terus memberikan semangat kepada Ilta, berharap dia bisa mendengar suara mereka di dalam koma.

     

    “Kamu harus kuat, Ilta,” kata Sybil dengan suara lembut. “Kami semua disini untukmu. Jangan menyerah.”

     

    Walter mengangguk, menambahkan, “Kami tahu kamu bisa melakukannya. Kamu adalah adik kami yang sangat kuat.”

     

    Dukungan dari keluarga Videnbe menjadi satu-satunya penghiburan bagi Ilta yang masih terlelap. Meskipun jalan yang dilalui penuh rintangan dan bahaya, Ilta memiliki kekuatan yang luar biasa dalam dirinya. Dengan dukungan dari keluarga Videnbe dan keyakinan yang teguh, dia akan terus berjuang untuk menjalani takdirnya dan membawa cahaya serta harapan kepada dunia.

     

    Beberapa hari setelah serangan terhadap Ilta, Ivana menerima surat dari seorang utusan kerajaan. Dengan tangan gemetar, ia membuka surat tersebut dan mulai membacanya.

     

    “Kepada keluarga Videnbe yang terhormat,

     

    Dengan berat hati saya sampaikan bahwa menghilangnya Sang Vladyka memiliki banyak kejanggalan. Setelah penyelidikan lebih lanjut, Saya menemukan tanda-tanda pertempuran di lokasi terakhir mereka terlihat. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda keberadaan mereka.

     

    Saya memahami betapa beratnya kabar ini bagi Anda dan Ilta yang kini menjadi satu-satunya anggota Jedlicka yang ada. Saya akan terus mencari mereka dan memberikan pembaruan secepat mungkin.

     

    Salam hormat,

    Panglima Kerajaan Zima, Tomislav Strazi”

     

    Ivana menatap surat itu dengan wajah pucat, air mata menggenang di matanya. “Oh, Radostaw, apa yang harus kita lakukan?”

     

    “Kita harus kuat, Ivana. Kita tidak bisa kehilangan harapan. Ilta membutuhkan kita lebih dari sebelumnya sekarang,” jawab Radostaw dengan tegas.

     

    “Apa kita akan menemukan Sang Vladyka, Ayah?” tanya Sybil, suaranya gemetar saat memegang tangan ayahnya.

     

    “Kita harus percaya bahwa mereka masih hidup. Kita harus berdoa dan tetap berharap,” jawab Radostaw sambil menatap mata putrinya.

     

    “Aku akan membantu mencari mereka. Kita tidak bisa menyerah,” tambah Walter dengan tekad bulat, merasa muak atas perilaku keluarga utama.

     

    Ivana meraih tangan Walter yang dikepal, berkata lembut, “Kita masih kekurangan bukti untuk mencari siapakah pengkhianat di antara keluarga utama. Para Angeluc tidak akan diam beserta Sang Ilahi. Hukuman pasti diberikan.”

     

    Informan

    Di balik layar, salah satu anggota Keluarga Strazi yang sebenarnya adalah informan rahasia dari Keluarga Videnbe. Dia telah mengamati gerakan konspirasi tersebut dengan cermat. Diam-diam, dia memberikan petunjuk kepada Ivana dan Radostaw tentang siapa yang terlibat dalam rencana tersebut, sehingga mereka dapat mempersiapkan langkah selanjutnya untuk melindungi Ilta dan membongkar konspirasi yang lebih besar di balik serangan itu.

     

    Di malam yang gelap, Ivana dan Radostaw bertemu dengan informan di sebuah tempat rahasia. Tempat itu adalah sebuah gudang tua yang sudah lama ditinggalkan, jauh dari keramaian kota.

     

    “Ivana, Radostaw,” sapa sang informan dengan suara rendah. “Aku sudah menunggu kalian.”

     

    “Terima kasih telah datang,” jawab Ivana, suaranya bergetar karena campuran rasa cemas dan harapan.

     

    Informan itu, seorang pria yang ditutupi jaket hitam, bertubuh sedang dengan mata yang penuh kewaspadaan, menatap mereka dengan serius. “Aku tidak punya banyak waktu. Mereka mulai curiga. Tapi kalian harus tahu bahwa yang merencanakan ini bukanlah hanya keluarga utama melainkan sosok Deniluc yang bersembunyi di antara mereka.”

     

    Radostaw menyipitkan mata, mencoba membaca ekspresi sang informan. “Deniluc? Mengapa dia ingin mencelakai Ilta?” Gumamnya pelan.

     

    “Semua keluarga utama selain Videnbe terlibat dalam konspirasi ini,” lanjut sang informan. “Sovetniki, Strazi, Hraniteli, Iscelenbe, Uciteli, Issledovanbe… semuanya merasa terancam oleh potensi besar Ilta.”

     

    Ivana menutup mulutnya, terkejut. “Tapi… kenapa? Mengapa mereka begitu takut pada seorang anak kecil?”

     

    “Ilta bukan sekadar anak biasa,” jawab informan. “Dia adalah kandidat Sang Vladyka berikutnya dengan kemampuan Indigo dan kandidat utusan Sang Ilahi. Mereka takut kekuatannya akan mengubah keseimbangan kekuasaan, dan begitulah Deniluc masuk untuk memberikan solusi terburuknya yang bisa dilakukan oleh perwakilan keluarga utama yang berkonspirasi.”

     

    Radostaw mengangguk pelan, mengerti dan mengangguk pelan, mengerti betapa seriusnya situasi ini. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanyanya, suaranya penuh determinasi.

     

    Informan itu menarik napas dalam-dalam. “Pertama, kalian harus memastikan Ilta tetap aman. Jangan biarkan dia sendirian, bahkan untuk sesaat. Kedua, kalian perlu menyelidiki siapa saja yang terlibat lebih dalam. Namun, berhati-hatilah agar tidak diketahui oleh Deniluc.”

     

    Ivana memandang informan itu dengan rasa terima kasih yang mendalam. “Kami sangat berterima kasih atas bantuanmu. Tanpamu, kami mungkin tidak akan pernah tahu siapa yang berada di balik serangan ini.”

     

    Informan itu mengangguk, matanya penuh dengan tekad. “Aku melakukan ini bukan hanya untuk Ilta, tapi juga untuk menjaga keseimbangan kekuatan di kerajaan Zima yang kini tercemar oleh kegelapan.”

     

    Radostaw menggenggam tangan Ivana, memberikan dukungan. “Kami akan melakukan apa yang perlu. Terima kasih telah  memberikan kami informasi ini.”

     

    Informan itu tersenyum tipis, lalu berbalik dan menghilang ke dalam bayang-bayang malam. Ivana dan Radostaw saling berpandangan, tahu bahwa tugas mereka baru saja dimulai.

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Konspirasi Keluarga Utama

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021