KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Korban Perasaan

    Korban Perasaan

    BY 16 Des 2022 Dilihat: 157 kali

    Oleh : Gayuh Rahayu Utami 

    Masih tersisa rasa iri terhadap adik perempuanku yang telah mendahului untuk menikah walaupun sudah berjalan lima tahun yang lalu. Rasa gundah dan gelisah terkadang menghantui jiwa ini yang sudah berusia kepala tiga. Mengingat lima tahun yang lalu ketika adikku menikah mendapatkan seorang pria dari Kepulauan Bangka Belitung di mana dulu adalah teman seangkatan namun beda fakultas. Adik perempuan saya kuliah di jurusan kedokteran hewan sedangkan suaminya jurusan peternakan. 

    Pernikahan adik saya berlangsung tanggal 15 September 2017 lalu. Sedangkan aku sampai sekarang masih berikhtiar untuk menjemput belahan jiwa yang belum kelihatan batang hidungnya. Akad nikah dimulai jam tujuh pagi hingga resepsi sampai jam sembilan malam. Rasa ini seakan tidak kuat dan meneteskan air mata. Di satu sisi senang kalau adik saya mendapatkan jodohnya di sisi lain saya merasa sedih karena belum mendapatkan jodoh di tengah untuk mendapatkannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Liku-liku berposes melalui jalur ta’aruf ternyata gampang-gampang susah. Bahkan sempat stress dan putus asa. Kalau dihitung sekarang sudah dua puluh kali saya menjalani proses ta’aruf namun belum mendapatkan jodoh. 

    Ada saja ujiannya kalau belum berjodoh. Di antaranya orang tua dari pihak laki-laki kurang mantap dengan saya, kemudian pihak laki-laki memutuskan tidak lanjut untuk ta’aruf. Ada juga pihak laki-laki nya yang minder karena saya mempunyai hafalan. Berbisik kepada diri saya sendiri jika saya tidak boleh ada rasa putus asa dan merasa rendah diri walau didahului adik menikah. Menyambut tamu-tamu undangan saya enggan. Keluar hanya ketika sesi foto keluarga. Hati merasa remuk berkeping-keping dan lebih banyak berdiam diri di kamar sembari menghindari air mata yang tidak menetes terus di pipi saya alihkan untuk bungkus-bungkus cinderamata pernikahan untuk tamu undangan di dapur belakang. 

    Menahan perasaan ketika peristiwa itu adalah benar-benar menguji kesabaran saya untuk menerima ujian ini dan berupaya untuk lebih dekat dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Omongan dari tetangga sekitar maupun dari rekan-rekan kerja orang tua saya tidak bisa dihindari. Cibiran datang menghampiri karena hingga detik ini belum dikasih belahan jiwa di dunia. Akhirnya daripada saya larut dalam kesedihan, saya berusaha untuk bergabung komunitas menghafal Al-Quran dan menyibukkan diri untuk mengajar mengaji agar hati saya terhibur dengan banyaknya kesibukan yang saya tekuni hingga kini. Berikhtiar untuk tidak menyalahkan Allah sangat penting karena Allah memberikan ujian sesuai dengan kesanggupan hamba-Nya. 

    Agar tidak terlalu memikirkan soal jodoh, Allah menghiburku dengan cara yang lain. Di samping ikut komunitas menghafal Al-Quran yang setorannya tiap hari Sabtu dan Ahad sore setelah sholat ashar. Di luar akhir pekan ditambah dengan kegiatan mengajar mengaji metode ummi di mana hampir setiap hari bertemu dengan anak-anak, ibu-ibu, dan karyawati serta mengikuti program menulis.Dengan ini bisa teralihkan dan terus produktif dan berusaha untuk melakukan kegiatan yang positif dan penuh berkah di tengah pangeran berkuda belum berkunjung untuk menemui orang tua saya. Tetap menanamkan keyakinan yang kuat bahwa Allah memberi jodoh di waktu yang tepat sembari tidak berhenti berikhtiar menggapai ridho-Nya.

    Bagikan ke

    1 Komentar Pada Korban Perasaan

    • Nurkaisah Moka berkata:

      Ceritanya bagus mbak Gayuh. Kalau diperbaiki penulisan EYD nya, pasti tambah menarik. Kalau menggunakan kata “aku” tetaplah menggunakannya jangan dikalimat berikutnya jadi “saya”.
      Aku membacanya sampai habis loh.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021