KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kost di Rumah Saudara

    Kost di Rumah Saudara

    BY 22 Agu 2024 Dilihat: 412 kali
    Kost di Rumah Saudara_alineaku

    Ada dua peristiwa yang berkesan pada Sabtu, 11 Juni 1983. Pertama, pada hari itu terjadi gerhana matahari total di sebagian wilayah Indonesia, termasuk di daerahku. Kedua, setelah gerhana lewat, diumumkan hasil seleksi siswa baru sekolah negeri, dan aku tidak lolos masuk SMA negeri terbaik di kabupaten ku.

    Pengumuman penerimaan siswa baru SMA Negeri itu diumumkan sore hari, tidak pada pagi hari seperti yang selama ini. Pengumuman ditunda ke sore hari karena pada pagi hingga siang hari terjadi gerhana matahari total, dimana posisi bulan pada saat itu tengah melintas di antara Bumi dan Matahari. Sebagian muka bumi tertutup bulan, sehingga gelaplah sebagian dunia. Menurut Wikipedia, gerhana matahari total terjadi ketika diameter bulan tampak lebih besar dari matahari, menghalangi semua sinar matahari langsung, mengubah hari menjadi gelap. 

     

    Wilayah yang terkena gerhana matahari total pada 11 Juni 1983 meliputi sebagian bumi yaitu Pulau Natal, Indonesia, Papua Nugini, dan berakhir di Vanuatu. Kota-kota besar Indonesia menyaksikan totalitas, termasuk Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Makassar. 

     

    Walau mentari kembali menampakkan sinarnya, namun nasibku tidaklah bersinar. Aku tidak beruntung, karena aku gagal masuk SMA Negeri terbaik di kabupaten ku. Dengan demikian aku harus segera mencari sekolah lain. Setelah sekolah negeri mengumumkan hasil tes seleksi, berarti hanya ada kesempatan buatku untuk masuk di sekolah swasta. 

     

    Hei, nanti dulu. Setelah putar ke sana, ke sini, ternyata aku masih mendapatkan kesempatan masuk ke SMA Negeri di Kota Yogyakarta. Yaitu SMA Negeri II IKIP, sekolah laboratori yang berlokasi di dekat jantung kota atau titik nol Yogyakarta. Dan aku pun diterima di sekolah ini. Sungguh aku bersyukur masih bisa bersekolah di SMA negeri. 

     

    Untuk itu aku harus kost. Tidak mungkin aku naik sepeda dari rumahku di desa, tiap hari ke kota untuk bersekolah yang menempuh jarak sekitar 25 km. Jadilah aku ikut atau numpang di rumah saudara yang tidak jauh dari sekolah itu.  

     

    Kost di kota banyak dilakukan teman-teman di kampungku. Namun kebanyakan mereka yang telah berkuliah atau menempuh studi di perguruan tinggi. Jika masih duduk di sekolah menengah atas, ada sekolah negeri dan swasta di desa yang terletak tak jauh dari tempat tinggal. Jadi mereka tidak perlu indekost. 

     

    Aku termasuk yang beruntung, dapat bersekolah di SMA Negeri di kota Yogyakarta. Untuk itu aku harus kost. Dan lebih beruntung lagi, aku mempunyai saudara di kota. Kebetulan rumah saudaraku tak jauh dari sekolahku, hanya berjarak 1 kilometer saja. Maka jadilah aku tinggal menumpang di rumah saudara. Aku mendapat kamar tersendiri yang kebetulan kosong. Mulai hari pertama masuk sekolah aku menempati kamar itu. 

     

    Waktu aku diterima saudaraku, aku diminta untuk yang enak saja di rumah itu. “Anggap seperti di rumah sendiri,” begitu pesan Budhe dan Mbah kung dan mbah putri, pemilik rumah itu kepadaku. “Njih budhe. Mbah,” jawabku, malu-malu. 

     

    Tiap hari Minggu sore aku ke tempat kost. Kebetulan rumahku persis di pinggir jalan besar. Maka, untuk menunggu bus atau kendaraan menuju kota, cukup aku menunggu dari depan rumah, dari kejauhan tampaklah bus atau kendaraan yang lewat. Biasanya aku naik bus atau kendaraan colt terakhir yang lewat menuju kota. Bus atau kendaraan itu datang sekitar pukul 5 sore, tiba di kota hampir pukul 6. Aku turun di Wirobrajan. Dari perempatan itu aku berjalan kaki sejauh 2 km ke tempat kost, melewati satu pasar, jembatan, dan melintasi rel kereta api yang mati. 

     

    Nah, rel mati, maksudnya rel yang tidak lagi dilewati kereta api, ini masih tampak utuh di sepanjang beberapa kilometer. Namun tidak lagi tampak di ruas yang lain, karena telah tertimbun tanah dan aspal jalan. Sebagian malah telah berubah menjadi permukiman penduduk. Rel mati ini adalah jalur lama kereta api Semarang-Yogyakarta. Konon, ujung rel terletak di Bantul, daerah di selatan kota Yogya. 

     

    Wikipedia mencatat, kereta api jalur Yogya-Semarang ini dibangun oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) mulai 1898 dan selesai pada 1903–1905. Menurut Wikipedia,. Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) menutup jalur ini pada 1976 setelah jembatan di Krasak (perbatasan Kabupaten Sleman dan Magelang) putus dihantam lahar Merapi. 

     

    Bekas stasiun dan infrastruktur jalur rel Yogya-Semarang banyak yang sudah beralih fungsi. Nah, aku masih bisa melintasi sebagian ruas rel ini. Tiap Minggu sore aku melintasinya dengan berjalan kaki, melompat-lompat dari kayu ke kayu yang menjadi bantalan rel itu. Pada awal bulan aku membawa sekarung penuh yang berisi 10 kg beras, tempe, dan gula merah untuk aku berikan kepada saudaraku. Namun jika ibu tidak memberiku uang  untuk naik becak, ya aku berjalan kaki dengan memanggul karung itu, dengan sebentar-sebentar berhenti menata nafas dan menyeka peluh di leher.  Demikianlah perjuanganku dari rumah di desa sampai tempat kost di kota. 

     

    Di rumah saudara aku tidak berpangku tangan. Layaknya tinggal di rumah sendiri, aku biasa membantu orangtua melakukan pekerjaan-pekerjaan rumahan. Di tempat kost atau rumah saudara pun tidak ada yang berubah. Aku bangun pagi-pagi. Di tengah hawa dingin dan terang pagi yang masih temaram, aku menyapu halaman depan dan samping rumah. Di halaman depan banyak pepohonan seperti pohon sirsak, sirkaya, pepaya, dan tanaman perdu.  Pada pagi hari berserakan daun-daun yang berguguran dari pepohonan itu. Jika halaman berdebu, aku memercikkan air terlebih dulu. Setelah itu aku baru menyapunya. 

     

    Pekerjaan berikutnya, aku mengeluarkan sepeda milik mbah Kung. Sepeda ini biasa dipakai untuk berkeliling kampung. Mbah Kung berjualan macam-macam peralatan rumah tangga. Ada sikat dari ijuk, sapu, sulak, sapu lidi, keset dari sabut kelapa, gilasan cucian dari kayu, dan lain-lain. Usai menyiapkan sepeda di tempatnya, aku mandi. Oya, kamar mandi ada di bagian belakang rumah. Sebelum ada sumur, aku mengambil air di rumah tetangga, berjarak sekitar 50 meter. 

     

    Pukul 6 lewat sedikit aku berangkat ke sekolah. Sepagi itu aku sudah sarapan. Budhe yang menyiapkannya. Dengan berjalan kaki aku menyusuri gang-gang kampung, jalan pintas menuju sekolah. Terdapat selokan yang memisahkan dua kampung. Aku melewati sebuah jembatan di atas selokan itu, naik ke kampung sebelah. 

     

    Yang menarik, untuk sampai di sekolah, aku menyusuri suatu gang panjang yang merupakan pasar. Di sepanjang gang itu, di kiri dan kanan gang selebar dua meteran, para pedagang berjualan segala macam kebutuhan sehari-hari. Ada pedagang yang berjualan di kios permanen, ada pula yang hanya membuka lapak dimana saja masih ada ruang. Ramai sekali suasana pasar. Terutama pada pagi hari ketika aku lewat.  Saat itu aku tidak tahu apa nama pasar ini. Aku hanya melewatinya saja, dan tidak ingin tahu apa namanya. Yang aku tahu adalah pasar di sisi timur jalan besar di ujung gang itu. Pasar yang lumayan besar. Itulah pasar Pathuk. 

     

    Nah, belum lama ini aku baru tahu, pasar terpanjang di kota Yogya yang setiap pagi ku lewati menuju sekolah itu disebut Pasar Senen. Jadi, selain di Jakarta, Pasar Senen juga ada  di Yogyakarta, yang merupakan  pasar terpanjang di kota itu. Terpanjang ya (bukan terluas dan terbesar), karena area pasar itu memanjang sekiloan meter di sepanjang gang dari ujung ke ujung. Menurut sejarahnya, Pasar Senen di kota Yogya ini sudah ada sejak tahun 1950-an. Sebagian pedagangnya merupakan pindahan dari pasar Jogonegaran. Malahan, Pasar Senen ini lebih dahulu ada daripada Pasar Pathuk yang terletak di seberangnya. 

     

    Pulang sekolah aku kembali berjalan kaki melewati pasar Senen. Kecuali ada teman yang memberiku tumpangan. JIka membonceng motor teman yang searah aku melewati jalan besar yang lebih jauh. Yakni melewati sepanjang jalan Pathuk, yang terkenal dengan bakpia, camilan khas kota Yogya yang pas banget buat oleh-oleh. 

     

    Tiba di tempat kost, selalu kulihat sepeda Mbah Kung terparkir di depan rumah, bersandar di pohon sirsak. Mbah Kung berjualan keliling sepanjang pagi, dan kembali ke rumah sekitar pukul 11. Sepeda itu bersandar di tempat itu sampai sore tiba. Saat mentari meredup, aku memasukkannya ke dalam rumah. Setelah itu aku mengambil sapu, siap menyapu halaman, lanjut menyiram pepohonan dan tanaman hias di depan rumah. Tiap sore seperti itu. Dan setelah beres semuanya, aku mengambil air di sumur tetangga, mandi, dan, hem ini saat  yang paling asik, duduk di teras rumah, melahap novel yang aku pinjam dari perpustakaan sekolah. 

     

    Saat menjelang senja, tak terlewat dengan membaca. Itulah aktivitas yang tak pernah kulewatkan selama tinggal di rumah saudaraku ini. Membaca buku-buku sastra berupa roman atau novel karya para penulis besar dari berbagai angkatan dan juga penulis peraih nobel sastra yang karya-karyanya sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. 

     

    Waktuku di kos-kosan relatif longgar. Aku dapat memanjakan diriku dengan menikmati hobiku, yakni membaca. Salah satu buku yang berkesan dan bermanfaat memacuku untuk belajar menulis adalah Buku Seni Mengarang tulisan Aoh K. Hadimaja. Aku mencatat banyak kutipan-kutipan menarik dan penting yang tertera di halaman demi halaman buku itu. Misalnya, soal bagaimana membuat deskripsi yang baik dengan contoh-contoh yang dikutip dari tulisan para sastrawan dunia. Juga contoh-contoh dialog yang indah kutipan dari naskah drama dan novel karya sastrawan dunia. Salah satu yang berkesan adalah kutipan dari karya William Shakespiere dari roman percintaan paling tersohor Romeo dan Juliet. Seperti ini “sweet to the sweet, farewell” (diterjemahkan oleh WS Rendra: yang cantik dan yang molek, pergilah). 

     

    Hobiku membaca kian menggebu, seperti kecanduan. Dalam satu semester, buku perpustakaanku terisi penuh. Selesai membaca, ku kembalikan, lanjut pinjam lagi, terus seperti itu. Sepertinya hanya aku yang maniak perpustakaan. Dalam satu semester aku bisa berganti tiga kartu perpus. Koleksi buku di perpustakaan sekolahku memang lengkap. Dan, aku gemar melahapnya. Hampir semua roman karya sastrawan Indonesia dari Angkatan Balai Pustaka hingga Pujangga Baru, sudah aku baca. Juga beberapa karya sastra dunia seperti “Anna Karenina” dan “Perang dan Damai”, karya sastrawan Rusia Leo Tolstoy. Juga “Pertempuran Penghabisan” novel yang meraih hadiah Nobel Sastra, karya novelis yang mantan jurnalis, yaitu Ernest Hemingway.

     

    Kegemaranku membaca sewaktu SMA itu kelak di kemudian hari sangatlah bermanfaat. Benar kata orang-orang yang berpengalaman, membaca adalah membuka pintu dunia. Dari membaca buku-buku dan media apa saja, dunia seolah terbuka di depan mata. Kita menjadi tahu banyak hal. Benak kita terus diperkaya dengan berbagai informasi dan pengetahuan. Wawasan menjadi lebih luas. Semua itu sangatlah bermanfaat dalam kegiatan kita menulis. Kita tahu banyak hal, maka kita dapat merangkai kata-kata tentang banyak hal. 

     

    Tinggal di kost memberiku pengalaman hidup yang baik. Tiap awal pekan pergi dari rumah sendiri di desa, masuk ke rumah orang lain dan menjadi bagian dari keluarga itu, sungguh memberi pengalaman beradaptasi, menyeimbangkan diri dengan pola hidup keluarga yang lain. Keluarga saudaraku tempat aku menumpang hidup selama SMA itu sungguh menerima aku sebagai anggota keluarganya. Aku benar-benar merasa at home di rumah itu. Pengalaman yang indah itu berlanjut, tidak hanya selama aku menempuh studi di bangku SMA, juga sampai aku kuliah tingkat akhir, aku menumpang di keluarga saudaraku itu. 

     

    Kurun waktu tujuh tahun aku menjadi bagian langsung dari keluarga Mbah Kung dan Mbah Putri.  Pengalaman hidup yang mengesankan. Terukir dalam setiap inci kulit tubuhku. Mengalir dalam setiap denyut nadi darahku. Dan menyatu dalam setiap hembusan nafasku. Terima kasih atas jalinan kasih yang terus tersambung hingga saat ini. 

     

     

    Kreator : Breska

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kost di Rumah Saudara

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021