KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kota Karang Rumah Ku Berteduh

    Kota Karang Rumah Ku Berteduh

    BY 29 Mar 2025 Dilihat: 49 kali
    Kota Karang Rumah Ku Berteduh_alineaku

    Hembusan angin dengan aroma bunga sepe khas kota karang di bulan November. Keanggunan gadis berambut keriting dengan stylish USA namun, tetap bernuansa Timur menatap rumah yang berdiri teguh di depannya. Disana dua paruh baya berlari menyambut kedatangan gadis mereka. Buliran-buliran air mata membasahi pipi, sementara ungkapan rasa bangga dan selamat terucap dari bibir yang berkerut itu.

     

    Dag….Dig….Dug….Dag….Dig…Dug. 

    Maria menghela napas dalam. Jantungnya berdetak kencang. 30 menit lagi pesawat akan landing, tak sabar untuk menginjak kota kelahirannya. 

    “Maria, kau terlihat bersemangat. Ada apa denganmu?” Terdengar suara seruan disampingnya. 

    “Kau tahu, aku ingin segera turun dari pesawat dan bergegas tiba di rumahku.” jawab Maria.

     

    Dua tahun lebih Maria mengenyam pendidikan Master di negeri Paman Sam, USA. Kerinduan terhadap rumah merupakan keinginannya untuk pulang setelah berhasil mendapatkan gelar Master. Padahal dia telah ditawarkan bekerja disana. Namun, dengan pikiran matang dia memilih kembali ke kota Kupang. Kota yang memberikan kehidupan baginya dimana dia tumbuh menjadi seorang gadis yang berintelektual, kota yang disebut juga kota karang. 

     

    “Terima kasih sudah menjadi teman ngobrol selama di dalam pesawat dan ku harap kita bisa berjumpa di lain waktu.” kata Maria pada salah satu penumpang yang duduk di sebelahnya. 

    “Ahh.. aku senang berkenalan denganmu, Maria. Taksiku telah datang. Aku duluan ya!” Seru gadis itu.

    Sesaat kepergian kenalannya itu, Maria dihampiri seorang driver. Selamat siang non, alamatnya sesuai titik ya? Tanya si driver mobil maxim. “Ya om.” Hembusan angin dengan aroma bunga sepe khas kota karang di bulan November. Maria menikmati perjalanan menuju rumah dengan mata berkaca-kaca, menengok keluar jendela mobil sambil melirik jajanan kaki lima yang sudah lama tak dicicipi. 

    Dring…dring…dring…

    Telepon genggam berdering di balik tasnya, seketika senyuman lebar terpaut di wajah Maria. 

    “Halo, Ma..” 

    “Sudah dimana kamu, sayang?” tanya wanita yang sangat dicintai Maria di seberang telepon.

    Suara lembut itu menggetarkan gendang telinga, rasanya ingin dipeluk dan dicium sesegera mungkin.

    “Aku sudah di mobil, sedikit lagi tiba.” jawab Maria. 

    “Baik, hati-hati ya.. Kami sedang menantimu, sayang!” 

    “Iya, Ma.” 

    Jari jemari yang melengking, dia merogoh selembar daun merah untuk diberikan kepada driver maxim tersebut. 

    “Waduh, Non. Tak ada kembaliannya..”

    “Ambil saja om kembaliannya!”

    Kemudian wajah lelah pencari rupiah tampak bersemangat karena rejeki yang datang tak terduga. 

     

    Keanggunan gadis berambut keriting dengan stylish USA namun, tetap bernuansa Timur menatap rumah yang berdiri teguh di depannya. Disana dua paruh baya berlari menyambut kedatangan gadis mereka. Buliran-buliran air mata membasahi pipi, sementara ungkapan rasa bangga dan selamat terucap dari bibir yang berkerut itu. 

    Dengan langkah penuh kasih, mereka memasuki gubuk yang sudah ditempati lamanya tanpa merubah desain interior hanya goresan cat yang memperkaya keindahan warna tembok. Tatapan Maria beralih pada hidangan makanan lezat yang terletak rapi diatas meja makan. Wah….jagung bose, daun ubi dicampur bunga pepaya, sei babi, dan sambal matah, enak…enak…enak. Kecupan bahagia berlabuh pada Mama. 

    “Much appreciated, Mom. That is amazing.” 

    “Ria, sebaiknya kamu mandi dulu, sayang.” Ucap Mama.

    “Setelah ku habiskan semua makanan ini, barulah ku mandi, Ma.”

    “Hahahahaha….hahahaha….hahahahaha….” rumah itu tersentuh dengan gurauan lucu, tawa menemani mereka dalam menyantap makanan lokal masakan sang pemegang surga. 

    “Sungguh lidahku sangat merindukan makanan-makanan ini, dan telah terbalaskan. Aku berpikir bahwa menjalani kehidupan di Amerika tidak buruk, namun makanannya tidak sesuai dengan indera pengecapku. Aku makan untuk bertahan bukan untuk dinikmati.” 

    “Setidaknya, kau sudah mendapatkan banyak pengalaman disana, Ria.” Balas cinta pertama Maria, Bapaknya. 

    “Ceritakan momen terbaikmu selama di Amerika, sayang. kami ingin mendengar.” 

    Arah waktu semakin larut, dua paruh baya dengan setia mendengar kisah yang tersimpan rapi di memory anak gadis mereka. Kemudian, bisikan pagi membangunkan tubuh yang letih karena perjalanan panjang. Langkah kaki menuntunnya untuk melakukan aktivitas di pagi hari. Disudut ruangan, Maria terheran-heran dengan beberapa atribut yang masih terpajang manis di tembok. Gantungan mainan, pemberian teman SMA nya dan lukisan tangannya sendiri.

    “Pagi, sayang.” 

    “Pagi, Ma.”

    “Seharusnya kau melanjutkan tidurmu, tidak perlu bangun sepagi ini.” 

    “Tak apa, Ma. Aku juga mau menghirup udara pagi di halaman rumah.” 

    “Baiklah, Mama akan buatkan teh untuk kita.”

    “Tidak ada yang berubah dari rumah ini, ayunan itu masih tergantung di halaman belakang, sumur yang terlihat tua, namun tetap terisi air jernih.” Kata Maria dalam hati sambil tertegun. 

    “Apakah kau masih ingat, ketika dulu kau masih kecil, Bapak memarahimu untuk tidak bermain di dekat sumur?” terdengar suara yang mengejutkan lamunan Maria. 

    “Tentu, Ma. Masa kecil yang bagai embun pagi, hilang sebelum sempat dinikmati sepenuhnya.” 

    Setelah itu, di sisi tempat berbeda hentakan kaki berjalan perlahan menghampiri istri dan anak gadisnya yang sedang meresapi udara sejuk kota karang yang menjadi pijakan rumah ini sembari menyuguhkan teh. “ternyata kalian disini, aku pikir kalian pergi ke pasar untuk berbelanja.” Maria dan mamanya hanya membalas dengan memancarkan senyuman tipis.

     

     

    Kreator : Leny Fios

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kota Karang Rumah Ku Berteduh

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021