Pada tahun 2017, kehidupan Jesi, seorang gadis berusia 12 tahun, mengalami perubahan besar. Jesi tinggal bersama keluarga kecilnya yang terdiri dari ayah, ibu, dan nenek tercintanya. Mereka tinggal bersama sejak Jesi masih kelas 3 SD, dan neneknya telah menjadi bagian penting dalam hidupnya, memberikan kasih sayang dan perhatian yang tak tergantikan.
Jesi adalah anak yang ceria dan penuh semangat. Saat dia lulus dari sekolah dasar, dia sangat bersemangat untuk meminta hadiah kepada orang tuanya: sebuah perjalanan ke Jawa Timur, kampung halaman kedua orang tuanya. Bagi Jesi, ini adalah kesempatan untuk mengenal lebih dekat tanah kelahiran keluarganya dan menjalin ikatan lebih erat dengan tradisi keluarganya.
Namun, kebahagiaan Jesi berubah menjadi duka mendalam ketika neneknya meninggal dunia pada bulan Juni 2017. Kehilangan neneknya sangat menghancurkan Jesi. Ia merasakan kekosongan yang sangat dalam di dalam hatinya, seakan-akan sebagian dari dirinya telah pergi bersama kepergian neneknya. Jesi teringat satu kejadian yang selalu menghantui pikirannya. Pada suatu hari, neneknya meminta Jesi untuk membeli makanan. Namun, karena kelelahan setelah seharian beraktivitas di sekolah, Jesi memutuskan untuk tidur dan istirahat, sehingga neneknya pergi sendiri untuk membeli makanan tersebut. Jesi tidak menyadari bahwa itulah saat terakhir neneknya memintanya untuk melakukan sesuatu. Penyesalan itu terus menghantui Jesi, membuatnya sering menangis setelah shalat, merasa kehilangan dan kesepian tanpa kehadiran neneknya.
Minggu-minggu setelah kematian neneknya, suasana di rumah mereka dipenuhi kesedihan. Namun, kehidupan terus berjalan dan pendaftaran untuk sekolah menengah pertama dibuka. Untuk mengalihkan pikirannya dari kesedihan yang mendalam, Jesi mendaftar ke SMP. Di sana, ia berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan mencari cara untuk melupakan kenangan sedihnya.
Selama di SMP, Jesi mulai menemukan kembali semangat hidupnya. Dia aktif dalam kegiatan sekolah dan menjalin banyak pertemanan baru. Meski begitu, bayangan neneknya masih sering datang dalam mimpinya, memberikan nasihat dan dorongan yang menguatkan hatinya. Jesi mulai belajar untuk menerima kenyataan bahwa neneknya telah tiada, namun kenangan indah bersama neneknya akan selalu ada dalam hati.
Pada tahun 2020, dunia dilanda pandemi COVID-19, dan kehidupan sekolah Jesi pun mengalami perubahan besar. Pembelajaran dilakukan secara daring, dan Jesi harus menyesuaikan diri dengan metode belajar yang baru. Meskipun demikian, Jesi tetap gigih belajar dan berhasil menyelesaikan pendidikan SMP dengan baik.
Setelah lulus dari SMP, Jesi melanjutkan pendidikannya ke SMA pada masa pandemi. Di SMA, Jesi menemukan kembali gairah belajar dan semangat untuk meraih cita-cita. Dia aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan terus berusaha menjadi siswa yang berprestasi. Meski kadang kenangan tentang neneknya datang menghampiri, Jesi belajar untuk tidak larut dalam kesedihan dan terus melangkah maju.
Namun, kehidupan kembali menguji ketangguhan Jesi. Pada tahun 2023, di tahun terakhirnya di SMA, Jessi harus menghadapi kehilangan yang sangat besar. Ayah tercintanya meninggal dunia. Kepergian ayahnya meninggalkan luka yang dalam di hati Jesi. Ia kembali merasakan kesedihan yang mendalam, seperti saat kehilangan neneknya beberapa tahun sebelumnya.
Kenangan bersama ayahnya selalu terlintas di benaknya. Jesi ingat bagaimana ayahnya selalu mendukungnya dalam setiap langkah hidupnya, memberikan semangat dan kasih sayang yang tak terhingga. Kenangan terakhir bersama ayahnya adalah saat Jesi menjaga ayahnya yang sedang sakit di rumah sakit, bersama ibunya. Momen-momen itu begitu berharga bagi Jessi, namun kini hanya tinggal kenangan.
Meskipun begitu, Jesi bertekad untuk melanjutkan hidup dan mengejar impian serta cita-citanya. Ia yakin bahwa ayahnya pasti ingin melihatnya sukses dan bahagia. Dengan tekad yang kuat, Jesi mendaftar ke perguruan tinggi, meskipun hatinya masih dipenuhi kesedihan. Ia berjanji pada dirinya sendiri dan pada ayahnya yang sudah tiada, bahwa ia akan menyelesaikan studinya dengan baik dan meraih prestasi yang membanggakan.
Di awal masa perkuliahannya, Jesi menghadapi banyak tantangan. Kehilangan dua orang yang sangat berharga dalam hidupnya membuatnya sering merasa kesepian dan kehilangan arah. Namun, ia terus mengingat pesan-pesan dari nenek dan ayahnya, bahwa hidup harus terus berjalan dan ia harus menjadi kuat.
Selama masa perkuliahan, Jesi berusaha untuk fokus pada studinya. Ia aktif dalam berbagai organisasi kampus dan mencoba mencari lingkungan yang mendukung untuk membantunya menghadapi kesedihan. Jessi juga menemukan teman-teman baru yang selalu siap memberikan dukungan dan semangat. Mereka menjadi keluarga barunya, yang membantu Jessi melewati masa-masa sulit.
Setiap kali Jesi merasa terpuruk, ia selalu mengingat kenangan indah bersama nenek dan ayahnya. Kenangan-kenangan itu menjadi sumber kekuatan bagi Jesi untuk terus melangkah maju. Ia percaya bahwa nenek dan ayahnya selalu mengawasinya dari tempat yang lebih baik, dan mereka pasti bangga melihat setiap pencapaiannya.
Perjalanan hidup Jesi yang penuh dengan krisis dan rintangan telah membentuknya menjadi pribadi yang kuat dan tegar. Meskipun banyak kehilangan yang harus dihadapi, Jesi berhasil bangkit dan menemukan kembali semangat hidupnya. Ia terus berusaha untuk meraih impian dan cita-citanya, dengan keyakinan bahwa setiap langkah yang diambil adalah bentuk penghormatan dan cinta untuk nenek serta ayahnya yang telah pergi.
Pada akhirnya, Jesi menyadari bahwa hidup ini penuh dengan tantangan dan kehilangan, namun setiap krisis dan rintangan yang dihadapi telah membuatnya menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Jesi bertekad untuk terus berjuang dan menjalani hidup dengan penuh semangat, karena ia tahu bahwa nenek dan ayahnya akan selalu ada di dalam hatinya, memberikan kekuatan dan inspirasi untuk menghadapi setiap tantangan yang datang.
Kreator : JESINTA DEWI SRIKANDI
Comment Closed: Krisis dan Rintangan dalam Kehidupan
Sorry, comment are closed for this post.