KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kuantar kau ke gerbang SMP

    Kuantar kau ke gerbang SMP

    BY 09 Jun 2024 Dilihat: 227 kali
    Kuantar kau ke gerbang SMP_alineaku

    Siang itu terdengar tawa canda anak-anak di teras rumah. Wah! Begitu seru rupanya anakku sedang bermain sekolah-sekolahan bersama teman-temannya. “Aku yang jadi gurunya ya?”, kata anakku. Lalu yang lain menjawab, “aku muridnya”.  “Yaudah sekarang kalian belajar membaca ya?”, seru anakku. Lalu ia pun menunjuk teman-temannya untuk membaca buku yang sudah disiapkannya sejak tadi. Kebetulan memang di rumah banyak buku-buku bekas kakaknya yang sudah tidak dipakai. Satu persatu dari mereka mulai membaca., dan tiba giliran terakhir yaitu  Lia anak tetangga. Sambil tertawa-tawa ia hanya bersuara, “Bla-bla-bla….bla-bla-bla…”. Yang lain pun ikut tertawa.

    Dibandingkan dengan anak-anak yang lain, Lia termasuk yang paling besar postur tubuhnya. Ya, memang usianya juga lebih tua. Saat itu dia sudah duduk di bangku kelas tiga SD. Sementara teman-teman sepermainannya masih kelas satu seperti halnya anakku. Wajahnya cantik, bodinya tinggi, dengan kulit kuning langsat. Anaknya senang bercanda dan tidak pemarah. Ditambah lagi sifatnya yang suka mengalah membuat ia begitu disukai teman-temannya. Siapa sangka gadis kecil nan periang ini sejak kecil tidak tinggal bersama ibunya, melainkan ikut neneknya. 

    Konon katanya kedua orang tuanya sudah berpisah sejak ia masih kecil. Lalu ibunya pun pergi bekerja ke kota hingga bertemu dengan suaminya yang sekarang. Itu sebabnya Lia kecil dititipkan pada neneknya. Namun setelah ibunya menikah ia tetap tinggal bersama neneknya. Di rumah nenek hanya ada empat anggota keluarga, nenek, kakek, anaknya nenek, dan lia. Anaknya nenek yang biasa Lia panggil om terlihat begitu menyayangi Lia. Ya, mungkin karena sejak kecil mereka hidup bersama jadi seperti kakak dan adik saja.  Kakek dan nenek Lia juga sangat sayang pada Lia. Bagi Lia mereka sudah seperti orang tua sendiri, bahkan Lia memanggil mereka emak-bapak. Dulu saat aku baru tinggal di kampung ini ikut suami, aku mengira kalau Lia adalah anak dari nenek dan kakek Darno. 

    Waktu terus berlalu…. Tak terasa sekarang Lia sudah kelas enam SD. Seperti hari-hari sebelumnya dia sering datang ke rumah untuk bermain dengan anakku. Terkadang mereka berangkat dan pulang mengaji bersama-sama. Hari itu, sepulang sekolah anakku bercerita bahwa katanya ia mendengar bu guru menyuruh Lia membaca, tapi Lia hanya diam saja. “ Tau nggak bunda?, Lia itu belum lancar lo membacanya”. Sontak  aku pun kaget dibuatnya. “ Ah, masa sih udah kelas enam belum lancar membaca”!, tanyaku. Tak sengaja sewaktu berkumpul dengan tetangga di acara hajatan, mereka sedang asik membicarakan Lia yang katanya memang belum lancar membaca. Bahkan tulisannya pun sulit dibaca. Terdengar dari mereka berkata, “ la gimana nanti kalau mau melanjutkan ke SMP?”. Begitu menusuknya kalimat ini dihatiku. Sedih bercampur kasian rasanya. Teringat aku beberapa tahun yang lalu saat anakku menyuruhnya membaca ia hanya tertawa-tawa saja.  Kukira ia hanya bercanda saja. Ya, Tuhan….ternyata memang benar-benar belum lancar membaca. 

    Sebagai seorang guru aku merasa terpanggil untuk ikut membantu Lia. Aku ingin Lia bisa lancar membaca seperti anak-anak lainnya. Kemampuan membacanya yang sangat minim membuat ia kesulitan menerima materi pelajaran di sekolah. Suatu hari, menjelang hari raya idul fitri ibunya Lia pulang kampung. Betapa bahagianya Lia saat itu bisa bertemu dengan seseorang yang sudah dirindukannya bertahun-tahun yang lalu. Setelah hari raya berlalu, terpikir dalam benakku aku ingin membuka bimbel di rumah. Sebenarnya, sasaranku adalah Lia. Tapi supaya tidak jenuh sengaja kubuka untuk anak-anak yang lain juga.

    Hari itu, kulangkahkan kakiku menuju rumah neneknya Lia. Kebetulan nenek dan ibunya Lia tengah duduk santai di depan rumah. Segera saja kuutarakan maksud kedatanganku yang tak lain meminta izin mereka agar kiranya Lia bisa ikut belajar bersama teman-teman yang lain di rumah. Mereka tampak gembira sekali  dengan niatku itu. Sang ibu bahkan bercerita katanya ia sudah bertanya pada Lia kira-kira nanti kalau sudah lulus SD mau lanjut ke mana?. Lia pun menjawab, “ Aku ingin sekolah di tempatnya om”. Kaget bukan kepalang aku, karena sekolah yang dimaksud adalah lembaga tempatku bekerja. Dalam hati aku berkata tentu ini akan menjadi PR buat kami bila sampai nanti masuk SMP belum juga lancar membacanya. Ibunya Lia juga mengungkapkan rasa syukurnya itu, bahwa dari kemarin-kemarin dia ingin mencari guru yang mau mengajari anaknya. 

    Sejak saat itu Lia menjadi murid istimewaku di rumah. Kemauan belajarnya yang besar membuatku bersemangat mengajarinya. Sehari dua hari seminggu dan bulan pun berlalu makin terlihat kemajuan belajarnya. Kemampuan membacanya juga mulai lancar. Tak terasa Lia pun lulus SD. Benar saja,  seperti yang pernah ibunya bilang Lia mendaftar sekolah di tempatku bekerja. Setelah masa orientasi sekolah selesai, kini tiba saatnya memulai pembelajaran di kelas. Ketika jam pelajaran berlangsung tak jarang kusuruh Lia membaca teks atau materi yang sedang dipelajari. Alhamdulillah membacanya sudah lancar. Kini ia tak lagi malu membaca seperti dulu. Dulu setiap disuruh membaca oleh gurunya suaranya begitu pelan, bahkan nyaris tak terdengar. Ada haru dihatiku, bahagia bercampur lega. Terimakasih Lia, berkat dirimu kini di rumah masih terus berjalan bimbel. Silih berganti anak-anak usia pra sekolah atau SD tapi belum lancar membaca datang ke rumah untuk belajar membaca, menulis juga berhitung atau yang sering dikenal dengan metode CaLisTung. Biarkan mereka mengikuti jejakmu.

     

    Kreator : Sri Dewi Rejeki

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kuantar kau ke gerbang SMP

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021