KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Cerpen » KULIHAT CAHAYA DI WAJAHMU

    KULIHAT CAHAYA DI WAJAHMU

    BY 28 Okt 2022 Dilihat: 174 kali

    Oleh : Alang

    Bagian satu

    Awal perkenalan

     “ Kri, ada beberapa orang guru baru yang bertugas di SMA, mana tahu ada yang berjodoh denganmu nanti” kata bang Izam kepadaku di saat aku sedang menjala ikan di sungai Rokan,

    “ Iya cu, cantik? “ Tanyaku dengan sedikit penasaran

    “ Kau lihatlah nanti, “ katan Ocu Izam.

    Panggilan Ocu Izam diberikan karena dia berasal dari daerah Bangkinang, salah satu kota yang ada di Provinsi Riau,  yang biasanya oarng Bangkinag disebut “ Orang Ocu ”. dan  istrinya adalah salah satu guru yang sudah duluan mengajar di SMAN  1 RIMEL.

    Sejak mendapat informasi dari Ocu Izam, rasa penasaranku semakin bertambah, karena usiaku saat itu sudah memasuki umur 29 tahun, sementara aku belum mempunyai pendamping hidup, sementara ayahku secara tidak langsung sudah menyuruhku untuk berumah tangga. Sementara ibuku telah meninggal dunia sekitar tahun 2001 M.

    Bukannya aku tidak mau segera berumah tangga, tetapi memang aku belum punya calon. Sebenarnya aku sudah berusaha mencari calon pendamping, tapi belum ketemu, bahkan aku sudah minta tolong dengan tetanggaku untuk melamar adik iparnya yang masih ada hubungan keluarga jauh denganku, dengan batas waktu yang kuberikan selama seminggu, tapi jawaban tetanggaku membuat aku semakin hampir putus asa, tetanggaku mengatakan bahwa sebenarnya orang tua adik iparnya mau menerima lamaranku, tapi karena masih ada kakak dari calon yang ingin kulamar belum menikah, maka mereka menyuruhku untuk menunggu sampai kakak calon yang ingin kulamar itu dulu menikah duluan, sementara diriku sudah didesak oleh ayahku untuk secepatnya berumah tangga.

     

     

    Bagian dua

    Awal perkenalan

    Hari yang kutunggu untuk bertemu dengan  ibu guru yang disampaikan ocu Izam akhirnya tiba, ketika aku diberi kesempatan untuk memberi ceramah peringatan maulid nabi Muhammad saw, saat itu sambil mengisi ceramah sesekali diriku mencuri pandang ke arah  para ibu guru yang baru tersebut.

    Singkat cerita, setelah acara itu saya pun berkenalan dengan salah satu dari para ibu guru yang baru ditugaskan di SMAN 1 RIMEL itu, namanya Nurlaili, orangnya cantik. Awalnya tidak ada terlintas dalam fikiranku untuk menjadikan Nur sebagai pendamping hidupku, tujuanku hanya ingin menolongnya jika dia membutuhkan sesuatu, karena dia tinggal sendirian di kost nya, jauh dari keluarga dan orang tua, karena saya pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi anak kost, saya saja yang laki-laki merasakan  susahnya menjadi anak kost, apalagi bagi Nur yang seorang perempuan.

    Sejak perkenalan itu, akupun sering berkunjung ke rumah Nur, tapi seperti yang kukatakan di awal, tidak ada terniat dihatiku untuk menjadikannya calon istri. niatkuku hanya ingin membantunya kalau dia memerlukan bantuan transport atau minta diantarkan  ke suatu tempat, karena saat itu aku sudah mempunyai sepeda motor yang bisa dipakai kalau dia membutuhkan.

    Namun seiring dengan berjalannya waktu, dan calon yang ingin kulamar belum diizinkan  orang tuanya menikah sebelum kakaknya menikah, maka mulailah timbul benih-benih cinta di hatiku kepada Nur, tapi aku belum berani mengutarakannya karena aku takut bertepuk sebelah tangan, kuberfikir biarlah kusimpan perasaan ini dulu, menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.

     

     

    Bagian Tiga

    Awal jodoh

    “ Nur, kapan traktir ulang tahunnya?” tanyaku kepada nur.

    “ Terserah, kapan maunya” jawabnya.

    “ Nantilah kita cari waktu yang pas, ya Nur” jawabku.

    “ baiklah “ katanya, sambil tersenyum.

                Setelah beberapa lama, akhirnya aku dan Nur punya kesempatan untuk bertemu, tepatnya pada malam minggu, kubawa dia ke warung “ soto medan” yang ada di daerahku, karena malam itu dia akan mentraktirku makan soto medan hadiah ulang tahunnya.

    Pada malam itulah, ketika kami sedang makan berhadapan, secara tak sengaja, kulihat ada cahaya di wajahnya. sehingga membuat aku yakin mungkin inilah jodohku, dan alasan lain yang membuat aku memilihnya sebagai pendamping hidupku adalah adalah karena Nur dilahirkan dalam keadaan yatim. Ketika dia dalam kandungan ibunya, ayahnya sudah meninggal dunia, dan ini mengingatkanku pada junjungan nabi Muhammad SAW, yang lahir dalam keadaan yatim.

                Setelah makan soto medan akhirnya kamipun pulang, karena sudah agak malam, aku hanya mengantarkan Nur sampai di pintu kost nya, setelah itu, akupun pamit pulang, dan ntah mengapa, ada dorongan kuat dalam diriku untuk mengirimkan SMS kepadanya, akhirnya kukirimkan SMS yang isinya berbunyi :

     “ Nur, maukah engkau menjadi pendamping hidupku? Kalau mau Alhamdulillah, kalau tidak, juga nggak apa-apa, kita masih bisa menjadi teman biasa “ ini isi sms yang kukirimkan kepada Nur.

                Malam itu aku tidak mendapatkan balasan SMS dari Nur, ada rasa sedih dan gelisah di hati, mungkin Nur hanya mengganggapku sebagai teman biasa saja, tidak lebih dari itu, mungkin aku hanya bertepuk sebelah tangan, batinku.

    Esok siangnya, ketika aku sedang duduk-duduk santai, tiba-tiba ada sms masuk dari Nur, dengan hati berdebar-debar kubuka sms itu, yang isinya berbunyi :

    “ Beri aku waktu untuk berfikir dulu, dan biar kutanya dengan ibuku dulu“.

    Alhamdulillah, dalam hatiku yakin ada harapan bahwa lamaranku akan diterima, karena aku yakin ibunya tidak akan menolakku, karena ibunya sudah tahu bahwa aku seorang ustadz, he..he he. Karena ibunya dulu pernah mendengar ceramahku di acara yang sama yaitu peringatan maulid nabi di masjid yang tidak jauh dari tempat kost nya, setelah beberapa hari acara maulid di SMAN 1 RIMEL.

    Lalu kubalas sms nya “ ya, silakan,  berpikirlah dulu, jangan terlalu cepat mengambil keputusan, jangan nanti ada penyesalan di belakang hari.

    Setelah menunggu beberapa hari, akhirnya aku mendapat jawaban dari Nur, bahwa dia bersedia menjadi pendamping hidupku, tapi dia memintaku untuk langsung menghubugi ibunya yang ada di Medan. Akhirnya kuberanikan diri untuk menghubungi ibunya melalui telepon,

    “ Assalamua’alaikum buk “ sapaku melalui telepon kepada ibunya Nur.

    “ wa’alaikumussalam “ Jawab ibunya

    “ ini saya, Sukri buk “ kataku, sambil mencoba menyusun rangkaian kata-kata yang pas untuk melamar Nur.

    “ Buk, sebenarnya aku ingin melamar Nur menjadi pendamping hidupku, apakah ibu merestuinya? TanyakusSambil jantungku berdebar-debar menunggu jawaban dari ibunya Nur.

    “ saya tidak keberatan, tergantung si Nur, kalau dia mau maka aku merestuinya” jawab ibunya Nur.

                Tak bisa kubayangkan betapa bahagianya aku, hatiku berbunga-bunga mendengar jawaban ibunya Nur.

    “ Terima kasih ya buk, telah sudi menerimaku sebagai calon menantumu, assalamualaikum” ucapku. Lalu kututup telponnya.

    “ wa’alaikumussalam” jawabnya.

                Kusampaikan berita gembira ini kepada Nur, dan kulihat senyum bahagia di wajahnya, sambil kukatakan kepadanya “ Nur, terima kasih sudah mau menerimaku dan telah bersedia menjadi bidadariku, izinkan aku meminang dirimu dengan Bismillah.

     

    Selesai

    Mau jadi penulis Sebariskata dan berpeluang gajian ? Sangat terbuka untuk penulis umum

    Bagikan ke

    1 Komentar Pada KULIHAT CAHAYA DI WAJAHMU

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021