Bagian satu
Awal perkenalan
“ Kri, ada beberapa orang guru baru yang bertugas di SMA, mana tahu ada yang berjodoh denganmu nanti” kata bang Izam kepadaku di saat aku sedang menjala ikan di sungai Rokan,
“ Iya cu, cantik? “ Tanyaku dengan sedikit penasaran
“ Kau lihatlah nanti, “ katan Ocu Izam.
Panggilan Ocu Izam diberikan karena dia berasal dari daerah Bangkinang, salah satu kota yang ada di Provinsi Riau, yang biasanya oarng Bangkinag disebut “ Orang Ocu ”. dan istrinya adalah salah satu guru yang sudah duluan mengajar di SMAN 1 RIMEL.
Sejak mendapat informasi dari Ocu Izam, rasa penasaranku semakin bertambah, karena usiaku saat itu sudah memasuki umur 29 tahun, sementara aku belum mempunyai pendamping hidup, sementara ayahku secara tidak langsung sudah menyuruhku untuk berumah tangga. Sementara ibuku telah meninggal dunia sekitar tahun 2001 M.
Bukannya aku tidak mau segera berumah tangga, tetapi memang aku belum punya calon. Sebenarnya aku sudah berusaha mencari calon pendamping, tapi belum ketemu, bahkan aku sudah minta tolong dengan tetanggaku untuk melamar adik iparnya yang masih ada hubungan keluarga jauh denganku, dengan batas waktu yang kuberikan selama seminggu, tapi jawaban tetanggaku membuat aku semakin hampir putus asa, tetanggaku mengatakan bahwa sebenarnya orang tua adik iparnya mau menerima lamaranku, tapi karena masih ada kakak dari calon yang ingin kulamar belum menikah, maka mereka menyuruhku untuk menunggu sampai kakak calon yang ingin kulamar itu dulu menikah duluan, sementara diriku sudah didesak oleh ayahku untuk secepatnya berumah tangga.
Bagian dua
Awal perkenalan
Hari yang kutunggu untuk bertemu dengan ibu guru yang disampaikan ocu Izam akhirnya tiba, ketika aku diberi kesempatan untuk memberi ceramah peringatan maulid nabi Muhammad saw, saat itu sambil mengisi ceramah sesekali diriku mencuri pandang ke arah para ibu guru yang baru tersebut.
Singkat cerita, setelah acara itu saya pun berkenalan dengan salah satu dari para ibu guru yang baru ditugaskan di SMAN 1 RIMEL itu, namanya Nurlaili, orangnya cantik. Awalnya tidak ada terlintas dalam fikiranku untuk menjadikan Nur sebagai pendamping hidupku, tujuanku hanya ingin menolongnya jika dia membutuhkan sesuatu, karena dia tinggal sendirian di kost nya, jauh dari keluarga dan orang tua, karena saya pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi anak kost, saya saja yang laki-laki merasakan susahnya menjadi anak kost, apalagi bagi Nur yang seorang perempuan.
Sejak perkenalan itu, akupun sering berkunjung ke rumah Nur, tapi seperti yang kukatakan di awal, tidak ada terniat dihatiku untuk menjadikannya calon istri. niatkuku hanya ingin membantunya kalau dia memerlukan bantuan transport atau minta diantarkan ke suatu tempat, karena saat itu aku sudah mempunyai sepeda motor yang bisa dipakai kalau dia membutuhkan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, dan calon yang ingin kulamar belum diizinkan orang tuanya menikah sebelum kakaknya menikah, maka mulailah timbul benih-benih cinta di hatiku kepada Nur, tapi aku belum berani mengutarakannya karena aku takut bertepuk sebelah tangan, kuberfikir biarlah kusimpan perasaan ini dulu, menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.
Bagian Tiga
Awal jodoh
“ Nur, kapan traktir ulang tahunnya?” tanyaku kepada nur.
“ Terserah, kapan maunya” jawabnya.
“ Nantilah kita cari waktu yang pas, ya Nur” jawabku.
“ baiklah “ katanya, sambil tersenyum.
Setelah beberapa lama, akhirnya aku dan Nur punya kesempatan untuk bertemu, tepatnya pada malam minggu, kubawa dia ke warung “ soto medan” yang ada di daerahku, karena malam itu dia akan mentraktirku makan soto medan hadiah ulang tahunnya.
Pada malam itulah, ketika kami sedang makan berhadapan, secara tak sengaja, kulihat ada cahaya di wajahnya. sehingga membuat aku yakin mungkin inilah jodohku, dan alasan lain yang membuat aku memilihnya sebagai pendamping hidupku adalah adalah karena Nur dilahirkan dalam keadaan yatim. Ketika dia dalam kandungan ibunya, ayahnya sudah meninggal dunia, dan ini mengingatkanku pada junjungan nabi Muhammad SAW, yang lahir dalam keadaan yatim.
Setelah makan soto medan akhirnya kamipun pulang, karena sudah agak malam, aku hanya mengantarkan Nur sampai di pintu kost nya, setelah itu, akupun pamit pulang, dan ntah mengapa, ada dorongan kuat dalam diriku untuk mengirimkan SMS kepadanya, akhirnya kukirimkan SMS yang isinya berbunyi :
“ Nur, maukah engkau menjadi pendamping hidupku? Kalau mau Alhamdulillah, kalau tidak, juga nggak apa-apa, kita masih bisa menjadi teman biasa “ ini isi sms yang kukirimkan kepada Nur.
Malam itu aku tidak mendapatkan balasan SMS dari Nur, ada rasa sedih dan gelisah di hati, mungkin Nur hanya mengganggapku sebagai teman biasa saja, tidak lebih dari itu, mungkin aku hanya bertepuk sebelah tangan, batinku.
Esok siangnya, ketika aku sedang duduk-duduk santai, tiba-tiba ada sms masuk dari Nur, dengan hati berdebar-debar kubuka sms itu, yang isinya berbunyi :
“ Beri aku waktu untuk berfikir dulu, dan biar kutanya dengan ibuku dulu“.
Alhamdulillah, dalam hatiku yakin ada harapan bahwa lamaranku akan diterima, karena aku yakin ibunya tidak akan menolakku, karena ibunya sudah tahu bahwa aku seorang ustadz, he..he he. Karena ibunya dulu pernah mendengar ceramahku di acara yang sama yaitu peringatan maulid nabi di masjid yang tidak jauh dari tempat kost nya, setelah beberapa hari acara maulid di SMAN 1 RIMEL.
Lalu kubalas sms nya “ ya, silakan, berpikirlah dulu, jangan terlalu cepat mengambil keputusan, jangan nanti ada penyesalan di belakang hari.
Setelah menunggu beberapa hari, akhirnya aku mendapat jawaban dari Nur, bahwa dia bersedia menjadi pendamping hidupku, tapi dia memintaku untuk langsung menghubugi ibunya yang ada di Medan. Akhirnya kuberanikan diri untuk menghubungi ibunya melalui telepon,
“ Assalamua’alaikum buk “ sapaku melalui telepon kepada ibunya Nur.
“ wa’alaikumussalam “ Jawab ibunya
“ ini saya, Sukri buk “ kataku, sambil mencoba menyusun rangkaian kata-kata yang pas untuk melamar Nur.
“ Buk, sebenarnya aku ingin melamar Nur menjadi pendamping hidupku, apakah ibu merestuinya? TanyakusSambil jantungku berdebar-debar menunggu jawaban dari ibunya Nur.
“ saya tidak keberatan, tergantung si Nur, kalau dia mau maka aku merestuinya” jawab ibunya Nur.
Tak bisa kubayangkan betapa bahagianya aku, hatiku berbunga-bunga mendengar jawaban ibunya Nur.
“ Terima kasih ya buk, telah sudi menerimaku sebagai calon menantumu, assalamualaikum” ucapku. Lalu kututup telponnya.
“ wa’alaikumussalam” jawabnya.
Kusampaikan berita gembira ini kepada Nur, dan kulihat senyum bahagia di wajahnya, sambil kukatakan kepadanya “ Nur, terima kasih sudah mau menerimaku dan telah bersedia menjadi bidadariku, izinkan aku meminang dirimu dengan Bismillah.
Selesai
1 Komentar Pada KULIHAT CAHAYA DI WAJAHMU
Ku terima pinangannya dengan Alhamdulillah 😊