Foto memetik buah ceplukan
Kegiatan Belajar Mengajar di luar kelas dilaksanakan oleh kelas Kelompok Bermain ‘Aisyiyah Bambe, Rabu (10/09/2024). Lembaga pendidikan yang berada di Perumahan Bukit Bambe, Driyorejo, Gresik ini memiliki murid berjumlah 11 anak. Terdiri dari 2 anak perempuan dan 9 anak laki-laki.
Kepala Kelompok Bermain Aisyiyah Bambe, Rahma Yulia Isnaini, S.Pd. mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran di luar kelas yang menyenangkan sangat dianjurkan, karena selain suasana yang berbeda, ketika di luar kelas para murid bisa bebas bergerak dan leluasa berekspresi untuk meningkatkan kemampuan motoriknya.
“Selain bebas bergerak, para murid juga memperoleh kesempatan untuk melepas pandangan matanya mengamati alam luas yang akan menumbuhkan rasa takjub terhadap keindahan alam sehingga mampu mengenali dan mengagumi pencipta-Nya,” Imbuh wanita yang lahir di Kediri itu.
Rahma Yulia Isnaini juga menjelaskan bahwa kegiatan di luar kelas ini identik dengan sekolah alam. Sehingga, “Walaupun pembelajaran beratapkan langit ketujuh aspek pembelajaran yaitu nilai agama dan moral, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, kognitif, dan seni, tetap bisa terlaksana secara menyeluruh, bahkan termasuk sains anak usia dini.” Ungkapnya.
Dhanik Novitasari, seorang guru pendamping, juga mengatakan bahwa ketika para murid diajak berjalan dan bermain di luar kelas, mereka tampak lebih ceria dan lebih bergembira serta lebih leluasa dalam berekspresi.
“Anak-anak tampak lebih ceria dan lebih semangat ketika duduk melingkar di bawah pohon dan berdoa tadi.” Jelasnya dalam wawancara siang itu.
“Pembelajaran minggu ini adalah mengenal macam-macam buah. Jadi, kegiatan di luar kelas hari ini sesuai dengan tema dan sub tema dalam kurikulum kami.” Imbuhnya.
“Materi pembelajaran pekan ini tema Kebutuhanku dan sub tema Makanan Kesukaanku dengan sub-sub tema macam-macam buah. Maka dari itu, pada hari ini murid diajak pergi keliling lingkungan sekolah untuk mencari dan mengenal buah yang bisa dimakan. Karena ada jenis buah yang bisa dimakan dan ada yang tidak bisa dimakan.” Jelas Dhanik Novitasari yang akrab dipanggil dengan panggilan Opik ini.
Ketika pembelajaran di dalam kelas, guru mengenalkan macam-macam buah yang biasa dikonsumsi oleh murid PAUD seperti pisang, semangka, jeruk, klengkeng, dan lain sebagainya. Guru juga mengenalkan jenis buah-buahan yang bisa dimakan tetapi tidak lazim dijual di toko buah.
Dalam petualangannya, para murid yang masih berusia 3-4 tahun ini memperoleh beberapa macam buah yang asing bagi mereka. Terdapat beberapa macam buah yang ditemukan, diamati, dan dirasakan. Diantaranya ada buah bidara, buah santiet, buah ranti, buah widoro dan buah ceplukan. Buah-buahan ini banyak terdapat di daerah hutan dan tumbuh liar di tanah lapang.
Bersama Ibu Guru yang masa kecilnya suka mbolang juga, kesebelas murid ini antusias mencari dan memetik beberapa buah yang ditemuinya. Mereka menemukan pohon ceplukan yang sedang berbuah. Ada yang sudah matang dan ada pula yang masih mentah. Mereka penasaran dan antusias memetik serta mencicipi buah tersebut. Buah ceplukan dalam nama latin Physalis angulata ini ada pula yang menyebutnya Morel Berry. Hasil dari beberapa sumber menjelaskan bahwa mengkonsumsi buah ceplukan secara rutin dapat membantu mengobati penyakit stroke.
Setiap kali para murid menemukan buah, mereka akan menunjukkan kepada Ibu Guru. Dikomunikasikan namanya buah apa dan bagaimana rasanya. Bentuk buah, isi buah, dan banyaknya buah yang sudah matang pun dikomunikasikan dan dihitung jumlahnya. Bahkan, seorang murid bernama Naren suka mencicipi buah yang baru dikenalnya itu. Ketika memakan buah ceplukan yang sudah masak, terasa manis dan dia minta tambah lagi untuk memakan lebih banyak.
Khusni pun tak kalah tertariknya. Dia memetik beberapa buah dan digenggam erat-erat. Ketika diminta temannya untuk dimakan tidak diperbolehkan dan tetap digenggam di tangannya yang mungil itu. Setelah ditanya oleh Ibu Guru, ternyata buah tersebut akan dibawa pulang untuk diberikan kepada Mama.
Setelah dirasa cukup dalam mengenal buah ceplukan tersebut, guru kelas mengajakpara murid untuk melanjutkan perjalanan mencari buah yang lain lagi. Tak jauh dari tempat ditemukannya buah ceplukan, mereka menemukan lagi buah santiet. Buah yang pohonnya merambat ini memiliki rasa yang khas. Pohonnya menjalar dan merambat. Kulit luar buahnya berambut melindungi buah yang kulitnya halus dan renyah. Buah santiet ini berukuran kecil sekecil kemiri yang sudah dikupas. Kulit buahnya renyah, rasanya manis, dan isinya mirip dengan buah markisa.
Bersama guru kelasnya murid KB Aisyiyah Bambe memetik buah Santiet.
Buah santiet ini dikenal dengan nama buah rambusa. Buah yang mengandung vitamin C ini memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Melihat Ibu Guru yang juga memakan buah tersebut, beberapa murid pun ikut penasaran dan ikut makan pula. Namun, ada beberapa yang merasa asing dan tidak mau mencicipinya. Meski demikian Ibu Guru tidak memaksa murid untuk mau memakan atau mencicipinya. “Targetnya adalah mengenalkan kepada anak-anak beberapa buah yang memiliki manfaat tapi jarang diketahui oleh orang-orang secara umum.” Ucap guru kelas menjelaskan mengapa anak seusia ini dikenalkan buah yang tidak lazim dikonsumsi masyarakat.
Si Enthol, adalah seorang anak yang lahir di sebuah desa terpencil di daerah pegunungan. Semasa kecil dia tinggal bersama keluarga besarnya di lingkungan yang masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Mereka pada umumnya bercocok tanam dan memanen tanamannya ketika musim panen tiba. Dalam memperjualbelikan hasil panen warga masyarakat tidak pernah pergi ke kota. Tetapi ada seorang bandar besar yang mendatangi warga desa tersebut yang akan membeli hasil panennya.
Keadaan yang demikian membuat mobilisasi dari desa ke kota dan dari kota ke desa sangat minim. Sehingga berdampak pada lambatnya perkembangan dan kemajuan masyarakat. Keadaan yang demikian didukung pula dengan belum adanya listrik masuk desa, sehingga masyarakat menggunakan lampu petromak dan lampu dimmer sebagai alat penerangan. Bahkan, pada masa itu, belum ada kendaraan bermotor masuk ke desa mereka. Hanya truk milik saudagar pembeli hasil panen saja yang masuk desa, itu pun hanya pada masa-masa tertentu saja. Sehingga, mobilisasi masyarakat ke sana kemari hanya ditempuh dengan jalan kaki.
Tidak adanya kendaraan bermotor di desa itu juga karena akses jalannya pun tidak mendukung untuk dilalui kendaraan. Baru setelah masa Si Enthol beranjak masuk sekolah jenjang SMP dibangun jalan raya yang merupakan program pemerintah sehingga jalan semakin luas dan semakin bagus keadaannya.
Keadaan lingkungan alam dan lingkungan masyarakat yang demikian membuat Si Enthol tidak pernah pergi melihat ramainya suasana di kota. Setiap harinya berkutat dengan kegiatan pertanian dan tidak mengenal yang namanya piknik, rekreasi, maupun healing.
Suatu hari Si Enthol diajak pergi ke desa lain untuk mencari tempat menumpang untuk tinggal selama sekolah SMP, karena jarak sekolah SMP dengan rumah tidak memungkinkan untuk ditempuh setiap hari pulang pergi ke sekolah dan ke rumah. Sehingga, jika akan melanjutkan sekolah SMP harus pergi meninggalkan desa dan tinggal di desa tetangga yang dekat dengan sekolah.
Begitulah upaya keluarga Si Enthol yang mendukung keinginannya yang kuat untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Dalam perjalannya tersebut, diajak lah Si Enthol oleh kakaknya mampir ke sebuah warung makan di tepi pertigaan jalan yang berada di tengah hutan.
Dipesannya es dawet yang menjadi ikon warung itu. Semua orang yang mampir ke warung rata-rata membeli es dawet. Begitu pula Si Enthol dan kakaknya. Setelah es dawet disajikan oleh mbok warung, diminumnya perlahan-lahan. Dia terlihat sangat senang dan lahap sekali. Sembari minum es dawet, Si Enthol terus berpikir dan bertanya-tanya dalam hati.
Dalam hati, dia berkata, “Ini minuman apa ya kok uwenak sekali. Rasanya manis dan segar, dingin dan enak banget pokoknya. Seumur hidup aku baru kali ini makan makanan seperti ini.” lanjutnya dalam hati masih tetap penasaran. Namun, segudang pertanyaan yang masih menumpuk belum menemukan jawaban. Dan dia pun tidak berani bertanya kepada kakaknya. Diaduk-aduknya mangkok dawetnya. Dipandanginya es batu yang masih menggumpal. Sesekali dipegang, dirasakan terasa dingin. Dan sesekali pula dijilat es batunya untuk mencicipi rasanya bagaimana.
Dia semakin penasaran. Beberapa pertanyaan terus bermunculan. Sambil memandangi es batu yang tersisa di dalam mangkok dia bertanya dalam hati, “Ini benda apa barang kok bisa dingin sekali? Ini barang kok tidak ada rasanya, hambar dan hanya dingin saja. Tapi kenapa ya benda ini kok dingin? Kenapa berbeda dari benda-benda yang lain. Benda ini apa namanya, dibuat dari bahan apa, dan bagaimana cara membuatnya? kenapa bisa dingin seperti ini? kenapa benda ini semakin meleleh menjadi semakin kecil?”
Ditahannya segudang pertanyaan memenuhi dada. Sampai beberapa hari dia baru berani bertanya kepada kakaknya perihal benda dingin tersebut. Kemudian kakaknya memberi penjelasan secara detail bahwa benda tersebut adalah Es Batu.
Kreator : Endah Suryani, S. Pd AUD
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Kumpulan Cerita Unik Part 13
Sorry, comment are closed for this post.