III. UWIK LIMA RIBU
“Nduk tolong Bapak ambilkan air minum.” Pinta Bapak kepada seorang anaknya yang baru saja menyelesaikan makannya. “lho tadi kan sudah aku ambilkan, masih kurang Pak?” jawab anaknya sambil bergegas bediri menuju dapur. Sembari mencuci piringnya si anak yang memiliki panggilan kesayangan Padma 45 ini mengambil air di botol minum kesukaan Bapaknya. Segera botol minum itu diberikan kepada Bapaknya yang sudah lama menunggu.
“Terimakasih Nduk.” bilangnya sambil menerima dan langsung meneguknya. Dengan centilnya si Padma 45 membalas :”Sama-sama Pak, tapi besuk uwik lima ribu ya.” Sambil senyum melempar rayuan minta uang.
“Orang mengambilkan air sekali aja kok minta ganti lima ribu. Ntar kalau tiga kali mengambilkan air jadi uwik lima belas ribu dong.” Sahut Bapaknya untuk mulai memberi nasehat. “Sudah menjadi kewajiban yang namanya anak itu berbakti kepada orang tua. Janganlah mengharapkan imbalan dari apa yanng kamu lakukan. Lakukan aja apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabmu dengan rela dengan ikhlas. Soal nanti kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan itu adalah kehenadak Allah dan maha pemurah serta maha penyayangnya Allah kepadamu. Jika kamu iklhas melakukan sesuatu itu Allah tahu, kalaupun kamu tidak iklhas melakukan sesuatu, itupun Allah maha tahu. Maka ketahuilah bahwa apa yang kamu terima itu adalah pemberian Allah yang pemurah bukan semata-mata imbalan atas jasamu.”
###################################
IV. HITAM PERMANEN
“Maaakk…aku dapat kepiting Mak. Buanyak nich. Tapi kecil-kecil Mak…ayo digoreng Mak. Aku suka. Kita bikin Baby Crab dibumbu balado Maak” Si Ubad teriak sambil lari-lari menjumpai Emaknya yang sedang menjemur baju di samping rumah. Dengan hati yang lega Emaknya segera menoleh mencari arah sumber suara anak gantengnya.
“Ya Allah Naakk ke mana aja kamu sampek sesiang ini baru pulang. Emak cari di rumah Badrun gak ada. Emak cari di rumah Alif gak ada. Emak khawatir kalau kamu main jauh-jauh. Besuk lagi kalau mau main ke mana saja pamitan sama Emak ya Nak. Bilang mau ke mana, bermain sama siapa, kasih tahu Emak biar Emak itu tidak was-was. Lagi pula kalau main jangan terlalu lama. Sebelum adzan berkumandang harus sudah pulang. Ingat nasehat Emak.” Tanpa menanggapi cerita anaknya si Emak langsung mengungkapkan kekhawtirannya. Lega sudah rasanya setelah melihat anaknya pulang.
“Maaf Mak, aku tadi awalnya main ke rumah Badrun. Terus sama Badrun di ajak ke Tambak Mak. Waahh di tambak banyak kepiting Mak. Nich aku dapat buanyak Mak.” Si Ubad masih tetap mengungkapkan kegembiraannya walaupun telah mengetahui Emaknya mengkhawatirkan dirinya.
“Ya udah, taruh di timba sana kepitingnya. Kamu segera mandi yang bersih dan jangan lupa gosok gigi. Bajunya yang habis dipakai main ke tambak langsung dicuci ya sekalian mandi.” Pinta Emaknya yang memaklumi keadaan anaknya.
Tanpa banyak kata si Ubad bergegas menuju kamar mandi dan mandi sekalian nyuci baju yang dipakainya. Usai mandi si Ubad kembali mendekati Emaknya seolah masih akan menceritakan kebahagiaannya main di Tambak.
“Loh Nak, kamu belum jadi mandi kah?” tanya Emaknya untuk meyakinkan dirinya. “Sudah Mak, aku sudah mandi sudah bersih.
‘Ow iya pinter. Tapi kakimu kok masih hitam kayak gitu Nak, gak pakai sabun kah tadi mandinya?
“Ya pakek dong Mak, ntar kalau gak pakai sabun gak bersih dong. Kalau hitamnya ini memang sudah hitam permanen Mak.” “Hahahahaha pinternya dirimu Nak, dapat istilah hitam permanen dari mana kamu?”… emaknya tertawa lebar mendengar celoteh anaknya yang mengatakan kakinya memang hitam permanen.
########################################
V. HITAM KAYAK KA’BAH
Sore itu Padma45 meluapkan kegembiraannya dengan melompat-lompat girang menyambut ayahnya yang pulang kerja. Dipeluknya kaki ayahnya sembari merayu minta gendong.
“Hay hay hay, hay Tayoo, apaan nich Padma45 kok ngggandulin kaki. Ayah gak bisa melangkah nich. Enak sekali minta gendong, ayah capek. Ayo bikinkan teh ya, gulanya sedikit aja” respon ayahnya ketika si Padma45 sedang memeluk kakinya minta gendong.
“Ayo lepaskan ayah mau minum, ayah haus. Padma45 gak haus kah” sapa ayahnya melanjutkan bicaranya yang belum dijawab oleh anaknya. “Gendong Yah, aku mau gendong. Aku juga capek nich habis main di lapangan sama teman-teman.” Rengek anaknya yang tak kunjung melepaskan pelukan di kaki ayahnya.
“waahhhh seru ya main di lapangan. Main apa di sana?” sahut ayahnya mengalihkan perhatian Padma45 sembari melepaskan kakinya. “Aku main kejar-kejaran Yah, ada yang jadi maling dikejar-kejar dan ada yang jadi polisi yang mengejar-ngejar malingnya. Sampek ketangkap si malingnya.” “Terus kamu jadi apa” sahut ayahnya singkat. Si Padma45 pun langsung melanjutkan ceritanya. “Ya kadang jadi maling kadang jadi polisi, semua gantian Yah, habis jadi maling kalau udah ketangkep terus permainan dimulai lagi, ganti jadi polisi.”
‘Waah, pasti seneng ya lari-lari dengan leluasa. Bisa seru nich permainan macam itu. Tapi lihat tuh dirimu jadi makin hitam.” Cetus ayahnya. Tak perlu tunggu lama si Padma45 langsung menjawab ucapan ayahnya. “Ya gak apa-apalah hitam, malah kayak ka’bah.” Hahahahahaha… iya, pinter, pinter dirimu.” Spontan ayah dan ibunya yang dari awal memperhatikan mereka tertawa mendengar jawaban anaknya. Tak disangka dia akan melontarkan jawaban seperti itu.
##############################
Kreator : Endah Suryani, S.Pd AUD
Comment Closed: Kumpulan Cerita Unik Part 2
Sorry, comment are closed for this post.