VI. Rambut Versi Orang Kaya
“Nhah, gitu dong Naakk… mandi yang bersih, ganti baju yang bagus, sisiran yang rapi, pakai bedak, dan jangan lupa kukunya juga dipotongin ya, mumpung habis mandi kukunya masih basah lebih mudah dipotong.” Komentar Bu Enda kepada anak bungsunya yang sedang sisiran sambil berkaca di depan cermin. Kalimat pujian yang mengandung nasehat ini didengarkan oleh si Dewi dengan dijawab seperlunya. Tampak dia sedang serius dan fokus menyisir rambutnya yang kriwul.
Ibunya hanya menoleh dan melihatnya lewat bayangan di cermin. Bergegas ibunya melanjutkan pekerjaannya. Mereka sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Keduanya fokus menyelesaikan pekerjaanya tanpa saling bicara.
Tiba-tiba si Dewi menghampiri ibunya yang ada di dapur. Dengan penuh percaya diri dia menunjukkan hasil berhiasnya. Sambil memegang kepalanya dia berkata: “Buibu… lihat nich bagus ya, rambutku versi orang kaya.” Terperanjat ibunya mendengar kalimat anaknya. Tersenyum dan beranjak mendekati anaknya seraya mengusap rambut cantik versi orang kaya-nya. Tidak menyangka bahwa anaknya punya perbendaharaan istilah rambut versi orang kaya. Memang ada rambut versi orang miskin, begitu maksudmu?
#############################################
VII. BELI SUSU BERUANG
Siang itu duduk bersama keluarga pak Dadung. Mereka santai menghabiskan waktunya sehabis pulang kerja dari sawah. Bu Dadung yang sudah selesai masak makanan kesukaan anak dan suaminya merasa lega dan puas dengan hasil kerjanya. Selesai makan siang bersama mereka ngobrol menceritakan kabar yang diterima hari ini. Ada beberapa kabar yang diterima pak Dadung sepulang dari sawah.
Sebelum pak Dadung menceritakan berita tersebut kepada istri dan anak-anaknya, dia minta anak sulungnya untuk membelikan susu beruang. Dengan penuh harap pak Dadung bicara kepada anaknya: “Le, tolong belikan Bapak susu beruang ya Le. Di toko Surya situ lo dekat. Ini uangnya.” “Iya Pak.” Jawab anaknya seraya bergegas keluar menuju toko.
Tak lama kemudian si sulung kembali pulang dan segera mendekati Bapaknya. “Pak, ini uangnya Pak. Gak ada susu beruang di toko Surya Pak.” Jelasnya sambil menyodorkan uang satu lembar dua puluh ribuan yang dipegangnya sepanjang jalan.
“Ada Le, di sana ada. Bapak tahu di sana ada karena Bapak kemarin beli di sana masih banyak stoknya.” Bapaknya membantah penjelasan anaknya seolah tidak percaya dengan apa yang disampaikan anaknya. “Beneran gak ada lo pak. Aku sudah bilang beli susu beruang. Tapi Cuma dikasih kaleng kecil. Tidak ada beruangnya. Aku ya gak mau. Kan bapak tadi bilang susu beruang.”
Bapaknya geleng-geleng kepala. “Waduh Le, bisa-bisanya kamu ndagel. Memang kalau susu beruang harus ada beruangnya. Kalau kamu mau makan mie ayam harus ada ayamnya. Kalau kamu mau makan buah naga harus ada naga nya, begitu maksudmu.”
##########################################
VIII. MAKAN MOLEN
Pak Rian dan Bu Rian yang asli kelahiran Ponorogo ini merantau pergi meninggalkan kampung halaman. Sejak menikah sampai anak-anaknya sudah beranjak dewasa tetap tinggal di luar daerah kelahirannya. Mereka berdomisili di daerah Gresik.
Di wilayah Gresik banyak pabrik-pabrik. Beda dengan di wilayah Ponorogo. Sehingga Gresik dikenal dengan kota beribu Pabrik. Tidak hanya pabrik-pabrik besar yang terkenal di Gresik. Pembangunan infrastruktur pun terus berkembang pesat. Di mana-mana dibuka lahan baru untuk pabrik maupun dibuka untuk Perumahan. Sehingga setiap saat mata masyarakat disuguhi dengan berbagai macam alat berat. Alat-alat berat untuk menggempur lahan dan alat-alat berat untuk operasional pabrik serta truk-truk besar setiap hari memenuhi jalan raya dan lokasi proyek.
Adanya alat-alat canggih dan modern menarik perhatian anak-anak maupun orang tua untuk melihat dan mengetahui cara pengoperasiannya. Tak heran jika anak-anak suka mendekat ke lokasi proyek hanya untuk mencari jawaban dari rasa ingin tahunya yang tinggi. Tak kenal panas tak kenal hujan, sepulang sekolah anak-anak banyak yang bermain ke lokasi proyek.
Tak sungkan pula anak-anak tanya kepada para operator alat berat yang tampak mahir mengoperasikan albernya. Sampai mereka hafal, ini namanya Bego, ini namanya Eskavator, ini namanya Buldozer, ini namanya Scrapers, ini namanya Rotari Drill, ini namanya Dump truk, ini namanya Truk Molen, ini Truk Tangki, dan lain sebagainya.
Suatu hari keluarga pak Rian mudik ke Ponorogo. Sesampai di Ponorogo berhentilah mereka di aloon aloon. Mereka mencari makanan khas Ponorogo yang telah lama dirindukannya.
“Buk, tolong belikan molen, aku ingin makan molen, udah kangen dengan rasanya molen.” Perintah pak Rian kepada istrinya yang hendak mencari makanan. Tanpa banyak tanya bu Rian langsung beranjak meninggalkan keluarganya yang duduk-duduk istirahat sembari menikmati indahnya kota Ponorogo.
Dengan rasa penasaran si Sukrok, anak kedua pak Rian berbisik lirih kepada kakaknya yang sama-sama sejak kecil jarang ke Ponorogo. “Mbak Acah-mbak Acah, Bapak sakti ya, masak mau makan molen. Gimana makannya molen segede itu?” Spontan kakaknya menjawab dengan suara lantang. “Huss, ngawur…itu molen makanan coy! Bukan molen truk yaa..emang ada manusia makan truk, gitu!”.
mereka semua yang ada tertawa lepas. Tak Terlewatkan pak Rian juga ikut tertawa walaupun tak mendengar pertanyaan si Sukrok, karena telah bisa menebak pertanyaannya setelah mendengar jawabannya. #################################################
IX. CARI PAKAI MATA DONG JANGAN PAKAI MULUT
“Lee, tolong emak belikan garam ya, ini emak lagi masak kehabisan garam. Ayo cepetan gak pake lama!” pinta emak Darmi kepada laki-lakinya yang sedang asik Mabar(Main Bareng) sama teman-temannya secara online. Si Konang, anak laki-lakinya yang disuruh asal menjawab “Ya Makk” dengan tetap fokus mabar.
“Ampun Maakkk… lama sekali kamu Naakkk. Disuruh Emak beli garam sebentar aja kok gak segera berangkat. Ngapain sich kamu dari tadi main hape aja gak selesai-selesai. Ini emak mau keluar sendiri udah kadung keringetan dan kompor di dapur mulai nyala. Udah jawab iya tapi gak baranjak. Ini uangnya di meja.” Suara Emak meninggi ketika dilihatnya anak laki-lakinya belum beranjak dari tempat duduk. Mendengar Emaknya mulai emosi, si Konang langsung berdiri dan menjawab omelan Emaknya. “Iya Mak aku berangkat. Tadi itu aku mabar hampir menang Mak.“ dengan nada datar dia menjawab dan memberi alasan kepada Emaknya yang sedang menahan emosi.
“Naik motor aja biar cepet. Jangan naik onthel ganteng.” Emaknya tambah meninggi ketika si Konang mengambil sepeda onthel. “Iya Mak, iya naik motor aja. Makk dimana kuncinya Mak?” si Konang mencari kunci padahal kunci ditaruh sendiri di dekatnya dia bermain hp.“Waduuhh masih tanya Emak lagi kuncinya. Lha itu di dekatmu itu apa? Cari itu pakai mata, jangan pakai mulut!” emaknya ngomeli si Konang dengan nada masih terbawa emosi.
“Yeee….Emak habis dengerin ceramahnya Dokter Aisyah Dahlan yaaa, itu barusan meminjam istilah kerennya. xixixixixixi” si Konang godain Emaknya yang emosi dari tadi.
Melihat anaknya menanggapi dirinya dengan santai, akhirnya luluh juga emosinya. Dengan senyum-senyum malu diakuinya komentar anaknya yang mengetahui dia menirukan kalimat dalam ceramah dr Aisyah Dahlan.
#########################################
Kreator : Endah Suryani
Comment Closed: Kumpulan Cerita Unik Part 4
Sorry, comment are closed for this post.