Selamat dan Sukses, adalah umumnya ucapan pujian yang kita persembahkan kepada anak-anak kita generasi penerus bangsa yang telah berhasil menyelesaikan program studinya di perguruan tinggi. Bagi mereka yang telah lulus dan melewati segala persyaratan administrasi sampailah pada puncaknya yaitu wisuda sarjana. Mereka yang dulu kita anggap anak-anak kecil seolah tak terasa ternyata mereka sudah dewasa dan sudah berhasil melewati berbagai jenjang studinya sampai mereka mendapatkan gelar sarjananya.
Karena kita berada di posisi sebagai orang tua maka kita biasa menyebut mereka para sarjana muda. Yang di pundak mereka kita gantungkan harapan masa depan. Dengan bangga dan penuh harap kita tumpukan cita-cita bangsa kepada para sarjana muda yang setiap tahun diproduksi oleh seluruh perguruan tinggi.
Kalau pada umumnya sudah booming istilah sarjana muda, lalu adakah istilah sarjana tua? Apakah kita menggantungkan harapan juga kepada mereka para sarjana tua?
Istilah sarjana tua hanyalah muncul karena adanya antonim dari istilah sarjana muda. Di mana antara tua dan muda terletak pada perbedaan usia mereka.
Namun demikian yang namanya harapan dan cita-cita bangsa berada di pundak seluruh rakyat Indonesia. Baik tua atau muda, baik laki-laki atau perempuan, baik bergelar sarjana maupun tidak.
Kembali lagi berbicara tentang sarjana tua, ternyata aku mengalaminya. Di mana aku menyelesaikan pendidikan terakhirku dan aku memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ketika aku sudah berusia setengah baya.
Aku yang terlahir di sebuah desa terpencil di pegunungan tinggi, tumbuh dengan penuh kasih sayang dan penuh kebebasan dalam mbolang melanglang buana menjelajah alam semesta raya. Hutan rimba, hutan belantara, sawah-sawah, bukit-bukit, sungai-sungai, dan kebun-kebun ku jelajahi semua dengan kaki kecilku yang kuat bersama teman-teman sesama anak desa di pegunungan.
Keadaan regional dan perekonomian yang terbatas menjadi sebab terbatasnya akses pendidikan. Pendidikan di sana pada umumnya sampai pada jenjang Sekolah Dasar. Untuk menempuh jenjang pendidikan selanjutnya anak-anak desa pegunungan seperti aku musti hijrah meninggalkan kampung halaman.
Maka tak heran ketika tahun 1999 aku harus puas dengan menerima kenyataan selesai pendidikan di jenjang SMA saja. Keinginanku untuk kuliah dan meraih gelar tinggi seperti teman-temanku terasa begitu jauh sejauh bintang yang tinggi yang tak mungkin aku gapai. Namun, tekad yang kuat dan harapan yang tinggi tetap aku miliki. Tak luntur oleh usia tak lekang oleh masa walaupun aku harus menjadi seorang ibu rumah tangga.
Di mana ketika aku sudah berkeluarga dan sudah memiliki dua orang anak, aku mendapatkan kesempatan dan peluang untuk kuliah. Atas ridho dan bimbingan Allah serta berkat ijin dan support dari suamiku, aku menjalani takdirku untuk mewujudkan impianku.
Takdir membawaku ke Universitas Muhammadiyah Surabaya, yang lokasinya lumayan jauh dari rumahku. Jauhnya jarak yang musti aku tempuh sekitar satu jam perjalanan tidak menjadi halangan. Statusku sebagai ibu rumah tangga yang baru menempuh kuliah tidak membuatku berkecil hati. Rasa malu musti aku perangi, demi mencapai cita-cita yang lama aku impikan.
Alhamdulillah aku kuliah dibiayai dan didukung sepenuhnya oleh suamiku. Meski demikian kewajibanku yang utama sebagai ibu dari anak-anakku tidak boleh terabaikan. Maka masih ingat betul beberapa persyaratan dari suamiku yang harus aku penuhi. Diantaranya yang pertama adalah aku boleh kuliah tapi anak-anak tidak boleh terlantar dan tetap aku sendiri yang ngurusi. Yang kedua pekerjaan rumah tidak boleh terabaikan, rumah dan sekitarnya tetap bersih dan rapi. Yang ketiga tidak boleh menolak suatu perintah atau ajakan dengan alasan capek.
Ndilalah kersaningalah semua persyaratan aku penuhi dan aku laksanakan dengan baik. Aku diberi oleh Allah kekuatan dan kemudahan serta hati gembira dalam menjalani semuanya. Walaupun pagi aku antar jemput anak-anak sekolah di sela-sela mengajar di Taman Kanak-Kanak, siangnya aku berangkat kuliah sampai sore dan kadang-kadang sampai malam, tapi semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku beres dan tuntas aku kerjakan.
Aku yang waktu itu masih belum berani mengendarai sepeda motor sendiri, berkat menempuh kuliah selama 4 tahun aku jadi berani dan lancar mengendarai sepeda motor. Motor Titan yang aku pakai telah berjasa mengantarkan aku untuk memudahkan semua urusanku.
Ketika aku mulai masuk kuliah waktu itu anakku yang pertama (Hafsah) kelas 4 SD dan yang kedua (Asrok) masih TK B. Ketika sore hari si Hafsah ada kegiatan ekstra di sekolah dia tidak bisa menjaga adiknya. Sehingga Asrok aku ajak kuliah. Karena melewati jalan raya yang penuh dengan kendaraan besar seperti truk-truk dan kontainer-kontainer dari pabrik-pabrik maka si Asrok aku ikat badannya menggunakan jarik dan aku bonceng di belakang.
Bahkan pernah suatu ketika, saat aku mengajak Asrok tiba-tiba hujan turun dengan derasnya disertai angin kencang dan petir. Sehingga memaksaku untuk berhenti di sebuah warung di pinggir jalan. rasa takut dan was-was terhilangkan oleh rasa senang dan bahagia. Sehingga keadaan yang demikianpun tidak menjadi kendala. Aku istirahat menunggu hujannya reda kemudian melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah aman slamet.
Dan sering juga aku alami ketika berangkat kuliah tidak membawa jas hujan, tiba-tiba di tengah perjalanan hujan deras, tetapi aku tetap melanjutkan perjalanan menerobos derasnya air turun dari langit. Sesampai di kampus cuaca cerah dan tidak hujan. Dan akupun langsung masuk kelas mengikuti pembelajaran dalam keadaan basah kuyup, sampai baju di badan kering sendiri. Ndilalah kersaningalah aku tetap sehat kuat dan tidak masuk angin.
Pernah terjadi pengalaman takterlupakan, ketika aku pulang kuliah, waktu itu keluar dari kelas sesudah isya, malam-malam kendaraan besar-besar banyak memenuhi jalan. sehingga aku melewati sepanjang jalan trotoar. Sesampai di pertigaan jalan plain atau jarak trotoar ke jalan aspal sangat tinggi sehingga sepeda motorku tidak bisa naik. Dan alhamdulillah dibantu oleh beberapa orang bapak-bapak yang sedang duduk di warung untuk mengangkat sepeda motorku ke jalan raya. Alhamdulillah.
Dan yang unik lagi, ketika aku masih semester 4 aku hamil anak ketiga. Tapi hal itu bukanlah penghalang bagiku. Walaupun aku dalam keadaan hamil aku tetap kuliah dan melakukan aktivitas-aktivitas rutin lainnya. Tetap aku tempuh seperti biasa baik siang atau malam, baik hujan deras atau panas terik menyengat. Semua aku lalui dengan senang hati tanpa mengeluh sedikitpun. Ndilalah sampai rumah masih bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dan ngramut anak-anak, maa sya Allah, alhamdulillah Allah memberiku kekuatan kesehatan dan hati gembira.
Yang lucu lagi ketika bimbingan skripsi harus terpusat di kampus induk di Sutorejo-Surabaya aku harus menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi. Saat itu aku sudah melahirkan anak ketiga, Padma namanya. Padma yang masih bayi aku susui, setelah kenyang tidur bersama kedua kakaknya. Saat itu si Hafsah sudah kelas 6 SD. Sudah bisa momong kedua adiknya. Begitu ketiga anak sudah tidur siang, segera aku berangkat ke kampus. Perjalanan yang cukup jauh memakan waktu yang lebih lama. Tapi aku ngebut naik motornya. Sesampai di kampus, baru menemui dosen pembimbing skripsi. Tiba-tiba aku ditelpon oleh suami. Ditanya bagaimana anak-anak, kamu di mana, dan seterusnya. Ketika aku bilang bahwa aku di kampus Sutorejo-Surabaya, bimbingan skripsi, langsung aku dimarahi. Walakhir aku langsung pamit pulang dan nge but lagi agar segera sampai di rumah. Sepanjang jalan hati ini takut dan deg deg gan karena habis dimarahin suami. Alhamdulillah lancar slamet, sesampai di rumah ketiga anakku masih tertidur pulas dengan posisi tetap seperti aku berangkat tadi. Subhanallah..
Itulah sekelumit kisah seru, lucu, unik, dan haru yang menghantarkan tercapainya aku meraih gelar Sarjanaku. Walaupun Sarjana Tua memperolehnya penuh lika liku, penuh perjuangan, dan penuh semangat yang luar biasa. Subhnallah
Ketika menoleh ke belakang banyak kisah dan perjuangan yang telah aku tempuh. Dan membuatku harus banyak bersyukur bahwa aku diberi kemampuan oleh Allah untuk bisa melewati semua itu. Inilah sebagian kisah perjalananku yang membahagiakan tahun 2013 sampai 2017 yang aku abadikan di event menulis cerita unik ini. Semoga bermanfaat bagiku khususnya dan para pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanya milik Allah. Kritik dan saran yang membangun aku terima untuk perbaikan di event berikutnya. Salam Literasi dari Sarjana Tua.###########
Sore itu seperti sore biasanya. Pampam bersama ibu dan ayahnya makan bersama setelah ayahnya pulang kerja. Mereka makan dan bercakap-cakap seperlunya. Dalam obrolan bersama ayahnya selalu menyelipkan kata nasehat sebagai sarana pembelajaran hidup mengenalkan etika dan norma-norma sosial.
Ayahnya mengenalkan bagaimana etika makan. “Nduk, biasakan makan dan minum itu menggunakan tangan kanan dan dalam posisi duduk. Dimanapun kamu berada. Di pasar, di sekolah, di warung, di mall, di pinggir jalan, maupun di rumah. Baik ada kursi maupun tidak ada kursi, makan dan minum dengan tangan kanan dan duduk. Itu bukan sekedar amalan sepele yang gak penting. Tapi itu amalan yang diperintahkan oleh Allah dan Nabi Muhammad saw. Beliau setiap makan dan minum selalu duduk dengan menggunakan tangan kanan, itu memberi contoh kepada kita sebagai umatnya.”
Pampam diam mendengarkan ayahnya berbicara memberi nasehatnya. Melihat anaknya tampak mendengarkan, ayahnya melanjutkan ceritanya. “Ayah bisa bilang seperti ini karena dulu juga dibilangi oleh almarhum Embah. Bahkan Embah dulu ngajari Ayah kalau duduk itu kaki harus rapat. Lutut tidak boleh terbuka. Dan Embah juga selalu makan dan minum dengan tangan kanan dengan posisi duduk.” Ayahnya berhenti bicara dan mengakhiri nasehatnya.
Spontan si Pampam berkomentar: “Terimakasih ya Embah di langit, sudah ngajari Ayah.” Serentak ayah dan ibunya tertawa sambil keheranan. Tak disangka si Pampam akan mengucapkan kata terimakasih kepada embahnya yang sudah meninggal dunia, dengan sebutan Embah di Langit. Maa sya Allah, subhanallah.
Kreator : Endah Suryani
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Kumpulan Cerita Unik Part 5
Sorry, comment are closed for this post.