Bagi yang bekerja pada shift malam dapat meningkatkan risiko bahaya keselamatan kerja, karena tenaga kerja harus beradaptasi dengan pola kerja tersebut. Pola kerja berbeda memiliki dan dapat mengatasi tantangan kerja yang tidak dihadapi oleh pekerja di shift siang. Faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti kelelahan, gangguan tidur, serta paparan lingkungan yang mungkin kurang aman dapat meningkatkan risiko kecelakaan atau gangguan kesehatan. Berikut adalah beberapa bahaya keselamatan kerja bagi pekerja shift malam diantaranya:
1. Kelelahan dan Gangguan Tidur
Tenaga kerja di malam hari, terganggu ritme sirkadian alami tubuhnya, yang menyebabkan kelelahan kronis dan gangguan tidur. Kelelahan ini akan mengurangi kemampuan konsentrasi, gaya refleks, termasuk terhadap kewaspadaan, sehingga meningkatkan potensi bahaya risiko kecelakaan kerja, terutama pada pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi atau yang melibatkan peralatan otomatisasi atau mesin berat.
2. Kesehatan Mental dan Stres
Tenaga kerja shift malam dapat memicu stres dan menurunkan kesehatan mental akibat pola hidup yang berbeda dari orang pada umumnya. Isolasi sosial, berkurangnya waktu dengan keluarga, dan perubahan ritme biologis dapat menimbulkan kecemasan, depresi, atau bahkan gangguan mental lainnya. Stres jika tidak dikelola dengan baik, dapat mempengaruhi performa dan meningkatkan risiko kecelakaan.
3. Paparan Bahaya Fisik dan Lingkungan yang Lebih Tinggi
Pada shift malam, jumlah staf dan dukungan keselamatan sering kali lebih sedikit. Kondisi ini dapat mempersulit akses terhadap pertolongan darurat atau bantuan teknis saat terjadi masalah. Selain itu, penerangan yang mungkin kurang optimal pada malam hari juga dapat menimbulkan risiko cedera fisik, misalnya saat bekerja di area konstruksi atau lokasi yang berisiko.
4. Risiko Terpapar Zat Berbahaya
Pekerjaan di beberapa industri, seperti manufaktur, kesehatan, atau pertambangan, melibatkan paparan bahan kimia atau zat berbahaya. Pada shift malam, pengawasan mungkin lebih terbatas, sehingga risiko terpapar zat berbahaya dapat meningkat, terutama jika pekerja mengabaikan prosedur keselamatan karena kelelahan atau kurangnya supervisi.
5. Risiko Kecelakaan Lalu Lintas
Waktu perjalanan pulang atau pergi kerja pada malam hari menghadapi risiko lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan lalu lintas akibat kondisi jalan yang gelap atau saat berkendara dalam kondisi mengantuk. Ini terutama berisiko bagi tenaga kerja yang harus menempuh jarak jauh menuju atau dari tempat kerja pada waktu larut malam.
6. Gangguan Metabolisme dan Penyakit Kronis
Pola kerja shift malam dapat mengganggu metabolisme tubuh, meningkatkan risiko penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Ketika tubuh tidak bisa mengikuti pola kerja yang tidak sesuai dengan ritme biologis alami, gangguan metabolisme dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan kebugaran fisik, yang berisiko memperburuk keselamatan kerja.
Untuk mengurangi bahaya ini, perusahaan dapat melakukan beberapa upaya, seperti menyediakan fasilitas istirahat yang memadai, penerangan yang cukup, jadwal shift yang bergilir untuk mengurangi dampak jangka panjang, serta memastikan bahwa pekerja mendapatkan pelatihan manajemen kelelahan dan kesehatan.
Upaya yang dilakukan untuk melindungi pekerja dari potensi bahaya yang berisiko atau cedera selama bekerja memerlukan perhatian terhadap keselamatan kerja, mencakup penerapan prosedur, peraturan, serta budaya kerja yang berfokus pada keselamatan agar tenaga kerja dapat bekerja dalam lingkungan yang aman, sehat, dan terhindar dari potensi kecelakaan. Keselamatan kerja tidak hanya menguntungkan bagi tenaga kerja. Tetapi juga perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi absensi, serta dapat menghindari biaya yang terkait dengan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Diperlukan perhatian yang lebih fokus terhadap keselamatan kerja mencakup:
1. Identifikasi Potensi Bahaya dengan risikonya.
Pengurus perlu mengidentifikasi berbagai potensi bahaya di tempat kerja, baik dari segi fisik, kimia, mekanis, hingga faktor psikososial. Langkah ini penting untuk menilai risiko yang mungkin dihadapi pekerja dan menentukan tindakan pencegahan yang tepat.
2. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri, seperti helm, masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung, sangat penting untuk mengurangi risiko cedera atau paparan zat berbahaya. Pengurus harus memastikan bahwa APD tersedia dan digunakan dengan benar oleh setiap tenaga kerja yang memerlukannya.
3. Pelatihan Keselamatan Kerja.
Pelatihan sangat penting agar tenaga kerja memahami prosedur keselamatan, cara mengoperasikan peralatan dengan benar, dan tindakan yang harus diambil dalam situasi darurat. Pelatihan ini harus dilakukan secara berkala untuk mengingatkan dan meningkatkan kesadaran keselamatan.
4. Penerapan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Penerapan prosedur K3 yang sesuai standar memungkinkan perusahaan memiliki protokol yang jelas tentang cara menangani situasi berisiko atau berbahaya. Ini termasuk rencana evakuasi, pengelolaan limbah berbahaya, dan penanganan darurat.
5. Pemantauan dan Penilaian Berkala
Proses pemantauan keselamatan di tempat kerja harus dilakukan secara berkala untuk memastikan semua langkah pencegahan tetap berjalan dengan baik. Evaluasi terhadap prosedur keselamatan yang diterapkan juga perlu dilakukan untuk memperbaiki kekurangan atau menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.
6. Budaya Keselamatan di Tempat Kerja
Budaya keselamatan adalah komitmen dari semua tingkatan dalam perusahaan, baik manajemen maupun karyawan, untuk menjadikan keselamatan sebagai prioritas utama dalam setiap aktivitas kerja. Ketika keselamatan menjadi budaya, karyawan akan lebih proaktif dalam menjaga keselamatan diri dan rekan kerja.
Perhatian terhadap keselamatan kerja ini juga diatur oleh peraturan, seperti Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), yang menegaskan pentingnya perusahaan dalam menjamin keamanan dan kesehatan pekerjanya.
Bagaimana menyelesaikan kurangnya perhatian terhadap keselamatan kerja pada shift malam agar tujuan dan sasaran K3 dapat tercapai.
Masalah kurangnya perhatian terhadap keselamatan kerja pada shift malam bagaimana menyelesaikannya agar tujuan dan sasaran K3 tercapai, perusahaan dan pengurus harus melakukan pendekatan yang terencana dan sistematis. Berikut adalah langkah-langkah untuk menyelesaikannya:
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat meningkatkan perhatian terhadap keselamatan kerja pada shift malam, mengurangi risiko, dan memastikan bahwa tujuan dan sasaran K3 tercapai dengan efektif.
Kreator : Refdi Madefri
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Kurang Perhatian Terhadap Keselamatan Pada Shift Malam (Bagian 16)
Sorry, comment are closed for this post.