KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kusimpan namamu di ujung duka

    Kusimpan namamu di ujung duka

    BY 01 Okt 2024 Dilihat: 109 kali
    Kusimpan namamu di ujung doa_alineaku

    Berjuang sendiri itu lelah apalagi harus hidup bersama orang dengan kecenderungan menderita narsistik disorder. Dia penyebab semua kepahitan ini, namun ku yakin ini hanyalah perantara atas takdirku semata. Meskipun di awal kutaruh harapan besar atas hubungan ini, namun pada akhirnya harus kuterima takdir bahwa kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapanku.

    Setelah beberapa bulan kepergianku meninggalkannya, ada yang menghubungi melalui gawaiku. Lagi-lagi seorang wanita yang mengaku akan dinikahinya. Aku pun refleks menjawab,

    “Apakah kamu mau bertanggung jawab atas hutang-hutangnya?”

    Wanita itu menjelaskan bukan untuk bertanggung jawab atas kebingungan dia dan rasa penasaran dia. Setelah panjang lebar ku jelaskan siapa dia sebenarnya dan saranku untuk wanita itu agar segera pulang ke rumahnya. Namun, saran itu ditepisnya sampai wanita itu melihat sendiri kenyataannya bahwa dia lelaki yang dicintai tidak seindah ucapannya di awal perkenalan.

    Sedihku kurasakan sendiri. Sakit kunikmati sendiri. Mati-matian aku menyembuhkan luka dan tanggungan hutang karena ulah lelaki itu. Entah bagaimana sampai wanita itu bisa mendapatkan nomorku. Berharap ada sedikit empati dari lelaki itu yang kudapat, malah memberikan sayatan baru. Sebegitu mudahnya berpaling untuk sekedar bisa bersandar hidup setelah tidak bisa lagi menyadarkan hidupnya padaku.

    Sayatan-sayatan luka baru terus saja kuterima. Entah pakai bahasa apalagi untuk menjelaskan ke orang yang dengan kecenderungan mempunyai gangguan mental ini. Ingin kuteriakan di telinganya jika aku masih terseok-seok untuk bangkit. Membalut luka-lukaku sendiri. 

    “Please!!! Jauhi aku!” teriakku dalam hati. 

    Tak habis pikir ia masih bisa menyalahkanku atas kepergianku. Padahal aku sudah mati-matian bertahan dan berjuang sebelum akhirnya aku memutuskan untuk pergi. Sudah kuperingatkan jangan membuatku untuk sampai di titik yang aku sudah tidak bisa bertahan lagi. Namun, peringatanku seakan angin lalu, seakan suara nyamuk yang mengganggu tidurnya saja. 

    Ucapan maaf, ucapan kangen dan ucapan kesiapan untung memancing komunikasi terbuka kembali. Namun sayangnya, hanya kamuflase saja yang pada akhirnya hanya minta uang untuk menyambung hidup. Dalih kesehatan, harus dirawat, kekurangan darah dan menahan sakit untuk minta pertolongan. Padahal, beberapa waktu sebelumnya dia mengajakku untuk bertemu dan memberikan sedikit bantuan untuk meringankan bebanku, menyelesaikan hutang-hutangku akibat ulahnya itu.

    Aku sudah pergi dan menjauh. Tak akan ku tengok kembali bayangan tubuhku. Apa yang sudah dijauhkan Tuhan tak akan aku dekati. Tidak ada rasa kasihanku lagi untuknya. Dia yang menyakitiku, dia yang harus merasakan sakitnya sendiri bukan tanggung jawabku untuk menjadi peri penolongnya lagi. Cukup sakit hati dan rasa kecewa ini yang termat sangat.

    Sudah sesakit itu aku atas ulahnya. Andaikan takdir Tuhan membawa dia menjadi pribadi yang baik dan sukses, tak akan tergiur aku untuk kembali padanya. Sudah sejijik itu pandanganku padanya. Orang yang dulu saat bersama memandangku lebih rendah dan menganggap dirinya yang paling berkelas nyatanya dialah sampah yang sesungguhnya.

    Sudah tidak pernah lagi aku berdoa untuknya agar Tuhan masih memberikan takdir yang baik. Semakin aku berdoa semakin dia memberikan sayatan-sayatan luka baru. Aku pun bingung, entah hanya sekedar tidak ingin mendoakan seseorang yang sudah menyakitiku ataukah masih ada sisa cinta sebenarnya di dalam hatiku ini. Yang pasti aku sudah di titik sudah tidak peduli dan ingin terus fokus dengan kesehatan mental dan melawan ketidakstabilan ekonomi yang aku alami akibat ulahnya.

    Cukuplah sudah baktiku untukmu dulu. Menikmati masa-masa indah walau hanya sesaat yang akhirnya menjadi pengalaman terkelam hidup dengan seseorang. Jaga diri baik-baik di luar sana. Jadilah hambaNya yang baik. Semoga ada jalan untukmu untuk bangkit sendiri. Seperti aku yang harus bangkit sendiri. Biarlah semua kenangan kusimpan di ruang hati yang dalam. Tidak pernah kusesali pernikahan ini namun yang aku sesali menikah dengan orang yang salah. Orang yang kuharap menjadi pelindungku malah menjadi orang yang sangat tega menghancurkanku.

    Kusimpan setiap bagian yang pernah kita lalui dulu. Tidak ada yang bisa menghapus apa yang sudah terjadi. Biarlah kita menjalani sisa cerita takdir kita masing-masing yang entah bagaimana, kapan dan dimana semua akan berakhir. Akan kusimpan namamu selalu di ujung dukaku. Selamat tinggal masa lalu akan ku songsong masa depanku. Kamu tak perlu lagi mencariku. Tak perlu lagi menjadi pahlawan kesiangan dan tak perlu lagi berusaha untuk bertanggung jawab cukup berdirilah sendiri dengan kakimu sendiri. Aku sudah mengikhlaskan semuanya. Semuanya sudah berakhir.

     

     

    Kreator : Utari Ningsih

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kusimpan namamu di ujung duka

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021