KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Lelah Terhapus Kasih

    Lelah Terhapus Kasih

    BY 23 Jun 2024 Dilihat: 185 kali
    Lelah Terhapus Kasih_alineaku

    “ Kenapa Win ? Pulang sekolah kok mukanya kusut begitu ? ” tiba-tiba suara lembut ibu mengejutkanku dari balik pintu kamar. Aku tak berani membalikkan badanku takut ibu akan melihat air mata yang sudah mulai tergenang di mataku.

    “   Ya   sudah,   cepat   ganti   baju   dan   segera makan. Hari ini ibu masak sayur bayam dan tempe mendol kesukaanmu. Jangan biarkan mendolmu menunggu terlalu lama. ” ucap ibuku sambil berlalu dari kamar. Jelas ku dengar senyum ibu di balik lembut suaranya. Rasa bersalah dan berdosa pada ibu semakin besar ku rasakan ketika aku tak mampu membalas pertanyaan sederhana ibu hanya demi untuk menyembunyikan kesedihanku.

    “  Maafkan  Wiwin  bu  ”  banjir  bandang  dari

    pelupuk mata pun tak lagi mampu ditahan.

    “ Satu jam mencoba berdamai dengan situasi batin ternyata lumayan membuat lapar. Akhirnya ku putuskan untuk segera beranjak dari kamar dan segera mencari pengganjal perut di dapur.

    Melintasi ruang tamu yang tidak terlalu besar, kulihat kedua adikku Titin dan  Bambang sedang asik tertawa saling menceritakan kejadian menarik di kelasnya.

    Rasa bersalah kembali mengusik batinku. Teringat betapa jengkelnya Titin karena harus menungguku terlalu lama. Aku tak bisa menyalahkan adikku yang terus meluapkan kemarahannya di sepanjang perjalanan menumpang angkot pulang sekolah tadi. Dengan bekal uang saku  yang  tak  bisa dibilang  cukup,  kedua  adikku  sudah  tentu  tak bisa membeli jajan ketika pulang sekolah.

     

    Tapi situasi tak diharapkan harus  mereka hadapi.   Aku dipanggil ibu Helen, mantan wali kelasku di kelas lima. Beliau berpesan untuk menghadap sepulang sekolah karena ada beberapa revisi atas tulisan ku  yang  ku setor tadi pagi. Aku tak berdaya menolak pesan ibu Helen  sebagai  pembimbing,  meski  aku  tahu untuk itu adikku harus berkorban menunggu.

    Aku tak punya pilihan. Jarak rumah kami cukup jauh dari sekolah. Melepaskan kedua adikku untuk menumpang angkot sendiri agar tidak terlalu lama menunggu aku rasa bukan pilihan yang tepat dan bertanggungjawab. Akhirnya dengan terpaksa aku memberikan pengertian pada    mereka    untuk    bersabar    sebentar, meskipun aku harus menerima protes dari keduanya.

     

    “ Kok bengong Win ? “ suara lembut ibu membuyarkan lamunanku. Aku terkejut dan merasa  kebinggungan,  mencoba  mencari  tahu dari mana datangnya ibuku. Ibu tersenyum melihat ekspresiku.

    “ Piringmu sudah ibu siapkan di meja. Ayo ! ” ucap ibu sambil membimbingku. Dalam kesadaran  yang  belum  sepenuhnya  sempurna, aku menurut. Aku menyendok nasi secukupnya dan mengambil tempe mendol kesukaanku. Masih fresh. Batin dan pikiran yang terus berkecamuk perlahan membimbing langkah kakiku menuju bangku kecil di bawah jemuran di samping rumah. Tempat paling nyaman  di saat aku harus bergulat dengan gelisah dan Baru saja aku menyendok nasi dan membuka mulut, tiba-tiba…

     

    ” Tambah lagi mendolnya. ” ucap ibu sambil meletakkan satu tempe mendol di piringku.

    “  Kok  cuma  satu,  biasanya  kamu  yang  makan tempe mendol paling banyak. ” ibu tertawa.

    Aku  tertunduk,  tak  ingin  ibu  melihat  mataku yang mulai berkaca-kaca, menyadari ternyata ibu  belum  makan  demi  menungguku.  Kami  pun menikmati makan siang dalam kesunyian.

    Aku terperanjat. Jam mungil di meja belajar ku menunjukkan pukul 12 malam. Titin yang tadi sibuk    menghafal    materinya,    kulihat    sudah tertidur pulas di sampingku. Perlahan aku turun dari ranjang agar tidak membangunkan Adikku

    Kuraih lembaran folio bergaris yang tadi siang mendapatkan  coretan  dan  beberapa   revisi dari ibu Helen. Sambil tersenyum kupandangi lembaran tulisan tangan yang kini sudah bertambah 1 lembar  hasil  pengembangan selama 2 hari.

     

    ” Hmmm…lumayan. Padahal bisa juga ya aku menulis. ” gumamku dalam hati. Tak lama kemudian penaku  sudah  berlenggak  lenggok lagi di atas lembaran folio dengan hasil bimbingan dan arahan dari ibu Helen. Makin malam, makin sunyi, makin mengalir  seluruh ide gilaku yang tertuang dalam lembaran folio.

    “ Sambil belajar, jangan lupa sambil minum air anget,   Win   ”   ibu   muncul   tiba-tiba   dengan secangkir teh panas di tangannya.

    ” Ibu, berapa kali saya bilang, nanti saya buat sendiri. ” protesku pada kebiasaan ibu yang selalu terjaga dan membuatkan teh setiap kali aku belajar tengah malam.

    ” Hanya teh aja kok, Nduk. Cuma ini yang ibu bisa bantu. Ibu tahu kamu lelah sekali. Mana yang  persiapkan  ujian  akhir,  mana  yang  mau siap  diri  lomba  pelajar  teladan,  mana  yang harus   siap   untuk   lomba   mengarang,   masih tambah tugas lagi harus urus adik-adik dari berangkat sampai kembali pulang ke rumah. Ibu  mengerti,  untuk  anak  seusia  kamu,  pasti semua beban tugas itu berat dan melelahkan.

     

    Tapi   percayalah   nak,   segala   tugas   yang dipercayakan kepada kamu suatu hari nanti pasti akan memberi kebaikan buat masa depanmu.

    Ibu nggak sekolah. Ibu hanya bisa menemani kamu belajar. ” ucap ibu bijak penuh kelembutan,   seolah   tahu   segala   hal   yang ku ceritakan dalam kebisuan. Ku peluk  ibu dengan rasa haru mendalam.

    “ Terima kasih bu, maafkan saya “

     

    Kreator : UC Wind

    Bagikan ke

    Comment Closed: Lelah Terhapus Kasih

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021