Sejak kecil, Sharad dibesarkan dalam lingkungan yang menjunjung tinggi budaya hustle culture dan workaholism. Orang tuanya, workaholic sukses yang selalu menekankan betapa pentingnya kerja keras disertai dedikasi demi mencapai kesuksesan.
Sharad pun terpapar memiliki pola pikir serupa. Di sekolah, ia selalu ingin menjadi yang terbaik. Ia tak pernah puas dengan pencapaiannya selama ini. Demikian pula setelah lulus kuliah, dia langsung mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan ternama, walau dengan sedikit bantuan koneksi kolega orang tuanya.
Dia bekerja penuh semangat. Bekerja lembur hampir setiap hari, justru membuatnya merasa semakin bangga terhadap diri sendiri. Ia rela mengorbankan waktu istirahatnya demi menyelesaikan seluruh tugas.
Awalnya memang Sharad merasa puas dan bahagia akan pencapaiannya kini. Dia mendapatkan pujian dari atasan dan rekan kerjanya. Gajinya pun terus meningkat.
Lama kelamaan, dia mulai terdampak oleh budaya hustle culture-nya itu. Dia merasakan kelelahan fisik dan mental hingga tidak memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan teman dan keluarga. Ia semakin mengabaikan kesehatannya hingga pada suatu hari, Sharad jatuh sakit dan dinyatakan harus dirawat secara intensif untuk waktu yang cukup lama.
Selama menjalani masa perawatan hingga pemulihan, dia merenungkan gaya hidupnya. Dia menyadari telah tergerus lumat dalam siklus workaholism yang tidak sehat.
Singkat cerita, setelah sembuh, Sharad memutuskan untuk mengubah gaya hidupnya. Dia mulai membatasi jam kerjanya, mau meluangkan waktu untuk bersosialisasi dan berolahraga. Ia menjadi lebih perhatian akan kesehatan mentalnya juga.
Perubahan tersebut tidaklah mudah bagi Sharad sebab ia harus melawan kebiasaan lama sekaligus menghadapi tekanan dari lingkungan sekitarnya. Namun dengan tekad hidup seimbang dan sehat, lambat laun Sharad merasakan manfaat dari perubahan gaya hidupnya.
Dia merasa lebih bahagia, lebih energik, dan lebih fokus dalam pekerjaannya. Dia juga membangun hubungan yang lebih kuat dengan teman dan keluarganya. Dia telah menyadari bahwa kesuksesan yang sesungguhnya bukan hanya tentang pencapaian materi, melainkan juga tentang kebahagiaan dan kesejahteraan diri sendiri.
Pesan Moral:
Budaya hustle culture dan workaholism tidak selalu membawa dampak positif. Bekerja keras dan berusaha memang diperlukan demi mencapai tujuan, namun penting juga untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Kesehatan fisik dan mental, serta kebahagiaan, sama pentingnya dengan kesuksesan dalam karir.
Definisikan kesuksesan dengan cara kita sendiri, bukan berdasarkan standar orang lain. Dengarkan dan cermati bahasa serta respon tubuh dan pikiran kita. Jangan memaksakan diri melebihi batas kemampuan.
Hidup bukan hanya tentang bekerja, tetapi juga tentang menikmati waktu secara berkualitas bersama orang-orang terkasih.
Galilah hobi dan minatmu. Prioritaskan upaya berkontribusi pada hal-hal yang jauh lebih besar dari diri kita sendiri.
Kreator : Adwanthi
Comment Closed: LEMBUR SAMPAI LEBUR
Sorry, comment are closed for this post.