1. Bertutur untuk Berliterasi
Pagi yang cerah, aku memasuki kelas. Hari itu hari pertama aku menerapkan teknik literasi Cerita Inspirasi Pagi (CIP). Di jam pertama, aku memasuki kelas 8-D. Aku menatap seisi kelas lalu mengucapkan salam permulaan pembelajaran. Setelah itu aku mengajak mereka untuk berdo’a bersama.
“Anak-anak, hari ini Ibu akan mulai mempraktikkan program CIP. Sebuah teknik pemahaman dalam berliterasi,” Aku menyampaikan informasi dengan suara lantang.
“Pada pertemuan sebelumnya kita sudah memahami bahwa berliterasi adalah melakukan kegiatan membaca, menulis, menceritakan kembali isi buku yang dibaca, dan melaksanakan pesan positif berdasarkan informasi yang didapatkan.”
“Tingkat literasi dalam tahap membaca sudah kalian praktekkan. Tingkat literasi dalam hal menyimak informasi juga sudah kalian lakukan. Saatnya kini kalian bisa menyampaikan sesuatu di depan umum. Sesuatu tersebut bisa berupa informasi, peristiwa yang kalian alami, atau isi buku yang sudah kalian baca.” aku melanjutkan memberi penjelasan.
“Sebagaimana kesepakatan awal, mari kita mulai pembelajaran dengan menyimak cerita inspirasi pagi yang akan disampaikan satu per satu dari kalian sehingga semua peserta didik berkesempatan untuk bercerita. Cerita yang disampaikan boleh apa saja. Boleh peristiwa yang telah dialami atau cerita sinopsis dari sebuah buku.” Aku menyampaikan penjelasan dengan maksimal.
“Anak-anak, Ibu akan menjelaskan dalam alur penyampaian cerita inspirasi pagi. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan adalah mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menyebutkan topik cerita, menyampaikan isi cerita, merefleksi peristiwa atau informasi yang sudah disampaikan, kemudian menutup dengan salam.”
Usai menjelaskan materi aku bertanya kepada mereka, “Anak-anak, apakah kalian sudah paham dengan penjelasan Ibu?”
“Paham, Bu.” Mereka menjawab dengan serentak. Aku pun tersenyum puas.
Refleksi cerita:
Menjadi guru itu pilihan. Jika sudah memilih menjadi guru, segala hal yang bisa diberikan kepada peserta didik harus diberikan dengan tepat dan bermakna agar menjadi ilmu yang bermanfaat.
2. Kaget Mendengar Umpatan
Setelah penjelasan mengenai langkah bertutur untuk berliterasi sudah dipahami peserta didik, aku pun melanjutkan langkah pembelajaran.
“Anak-anak, selanjutnya Ibu mempersilakan Alvino untuk menyampaikan cerita inspirasi pagi-nya.”
“Alvino, ayo segera maju.”
Aku menyuruh salah satu peserta didik untuk menyampaikan cerita inspirasi. Dia pun berjalan ke depan kelas. Alvino langsung mendekatiku. Aku mengingatkan agar Alvino menyampaikan ceritanya secara runtut sesuai tahap-tahap yang telah aku sampaikan. Dia pun mulai bercerita.
“Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. Nama saya Alvino kelas 8-D. Saya akan menceritakan pengalaman saya saat saya perjalanan berangkat sekolah tadi pagi. Saat saya akan berangkat ke sekolah, saya memikirkan tentang onderdil motor saya yang rusak. Saya ingin membelinya tapi uang saya kurang. Pikiran itu sangat mengganggu saya hingga saya berangkat sekolah. Saya mengendarai motor sambil memikirkan hal itu. Tiba-tiba aku mendengar suara sopir truk berteriak keras,”
“Hooiii!” Dasar Tuli, minggir hoi!”
“Saya sangat kaget. Karena saking kagetnya, motor saya sempat bergoyang. Syukurlah saya bisa mempertahankan keeimbangan. Saya pun bisa bertahan . saya pun melanjutkan perjalanan ke madrasah untuk belajar. Sesampai di lokasi dekat madrasah, saya menitipkan motor, lalu berjalan kaki menuju madrasah. Saat berjalan saya mengingat peristiwa yang saya alami. Ya Allah, Alhamdulillah, tidak terjadi apa-apa pada diri saya. Saya tersenyum dan masuk kelas dengan lega untuk meletakkan tas saya.”
Menyimak cerita inspirasi Alvino, aku merasa puas karena sudah ada peserta didik yang mampu berliterasi dengan menceritakan pengalaman yang dirasakannya.
Refleksi cerita:
Kadang kala manusia ingin meraih sesuatu dengan ambisi hingga melebihi kemampuan. Dampaknya adalah bahwa ia akan merasa tak nyaman dalam menjalani kehidupan. Karena itu rasa syukur wajib dipupuk agar tumbuh rasa nyaman dan karakter menerima apa adanya dalam diri kita masing-masing.
3. Dihadang Guru
Cerita inspirasi pagi yang kedua disampaikan oleh Fajar kelas 8-D. Dia memulai dengan salam, perkenalan diri, serta menyampaikan topik yang akan diceritakan. Dia pun mulai bercerita.
“Pada hari itu, saya akan berangkat ke sekolah. Saya sudah berseragam rapi. Namun tiba-tiba perut saya merasa sakit. Saya pun segera ke kamar mandi. Saat keluar kamar mandi saya melihat jam yang menunjukkan pukul tujuh pagi lebih sepuluh menit. Saya pun sangat tergesa-gesa. Setelah pamit dengan Ibu, saya segera pergi ke sekolah.”
“Saya pasti terlambat, demikian pikiran saya. Benar saja. Saat saya akan masuk gerbang, Saya dihadang Pak Puji, salah satu guru saya. Saya pun tidak diizinkan masuk. Sebagai sanksinya, saya disuruh Pak Puji untuk menyapu musala. Saya pun melakukannya. Setelah itu, saya melapor ke beliau dan barulah saya diizinkan masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Saya menyesal mengapa tadi saya berangkat terlambat. Akan tetapi saya kembali berpikir. Saya harus bersyukur kepada Allah SWT karena masih bisa buang air besar dengan rutin. Saya teringat betapa sengsaranya seseorang jika tak bisa BAB (Bang Air Bahasa). Bisa jadi dia akan masuk rumah sakit.” ucap Fajar mengakhiri cerita.
Refleksi Cerita:
Manusia harus berusaha dan Tuhanlah yang menentukan atas segala hal. Sebagai manusia hanya bisa menjalani kehidupan sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan Allah SWT. Dengan menerima takdir, manusia akan hidup lebih nyaman.
Kreator : Anik Zuroidah
Comment Closed: LENTERA GAWAI
Sorry, comment are closed for this post.