KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » LIBUR SETAHUN

    LIBUR SETAHUN

    BY 07 Agu 2025 Dilihat: 6 kali
    LIBUR SETAHUN_alineaku

    “Nhah, gitu dong mas Rama tambah rajin belajarnya. Emak seneng lo, mas Rama semakin hebat. Tulisannya makin bagus, membacanya juga sudah lancar. In sya Allah nanti di SD (Sekolah Dasar) bisa mengikuti pelajaran SD tanpa kesulitan.” Sapa mama Rama saat melihat anaknya sedang fokus menulis di buku halus.  

    Mendengar sapaan mamanya Rama berhenti menulis dan menoleh ke arah mamanya yang berdiri di belakangnya. Tampaknya mama Rama sudah cukup lama berdiri mengamatinya tanpa dia sadari kedatangannya. 

    “Iya Mak, di kelas tadi bu Guru bilang kalau sebentar lagi kelas TK B akan menjadi murid SD. Teman-teman yang membacanya belum lancar disuruh rajin belajar membaca di rumah.” jawab Rama menimpali sapaan mamanya. Sambil mendengarkan jawaban anak bungsunya itu mama Rama yang biasa dipanggil Emak, duduk perlahan di kursi depan meja belajarnya. 

    Hari semakin malam. Suasana bertambah sepi. Sesekali terdengar suara jangkrik bernyanyi memecah kesunyian. Walaupun sudah waktunya tidur, namun mama Rama tertarik melanjutkan pembicaraannya senyampang Rama menyinggung  pada pembahasan masalah sekolah SD. 

    “Iya Mas, betul kata gurumu. Kurang lebih dua bulan lagi kamu sudah lulus dari TK dan saatnya masuk sekolah SD. Besuk pagi kita daftar sekolah SD ya, ke MI (Madrasah Ibtidaiyah) tempat sekolahnya kakak Alif.” Ajak mamanya dengan pelan.

    Spontan si Rama menjawab ajakan mamanya dengan suara lantang. Dengan bahasa campuran Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa sebagai bahasa kesehariannya. Dia menolak ajakan mamanya dengan mengungkapkan alasannya: “Emoh aku Mak sekolah ning sekolahane kakak. Kakehan PR (Pekerjaan Rumah). Mbendino enek PR. PR-e akeh-akeh pisan. Kakak Alif sampek gak gelem melu aku ngulukne layangan, mergo nggarap PR.”   (Red=Tidak mau Mak saya sekolah di sekolahnya kakak. Kebanyakan PR (Pekerjaan Rumah). setiap hari ada PR. PR-nya banyak-banyak pula. Kakak Alif sampai tidak mau ikut saya menerbangkan layang-layang, karena mengerjakan PR.” 

    Memperhatikan respon Rama demikian, mamanya tetap berusaha untuk tenang dan tidak serta merta membantah alasan Rama. Pun tidak memaksakan keinginannya untuk ditaatinya. Sebagai ibu, dia memahami karakter dan kemampuan anak-anaknya. Dengan lirih dia bicara kepadanya. “Ya sudah kalau begitu, kita besuk keliling ya cari sekolahan SD. Kamu mau sekolah di mana. Kebetulan besuk hari libur, jadi kita bisa survey melihat-lihat sekolah mana yang kamu suka. Ndilalah kersaningalah =(kebetulan atas kehendak Allah) rumah kita dekat dengan beberapa sekolah SD. Semua jaraknya terjangkau jika mama antar jemput kamu. Sekarang sudah malam, ayo kita tidur. Biar besuk subuhnya kita ke masjid tidak terlambat. Emak juga sudah ngantuk nih.” Ajak emaknya dengan lembut. 

    Tanpa membalas ajakan mamanya, Rama langsung menutup bukunya dan bergegas menuju kamar untuk segera tidur. Emaknya pun segera mematikan lampu dan menuju kamarnya untuk segera tidur pula. 

    Malam semakin larut. Suasana semakin hening. Kegelapan malam menyelimuti alam sekitarnya. Mereka sudah terlelap dalam mimpi indahnya. 

    Dalam nyenyaknya tidur mereka tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara tarhim menggema dari masjid. Suara  tarhim sahut sahutan dari masjid satu dengan masjid yang lainnya membuat mereka terjaga. Tanpa dipanggil mamanya Rama bangun sendiri kemudian menumpuk gulingnya di atas bantal. Kemudian bergegas menuju kamar mandi. Didapatinya ternyata mamanya sudah di dapur membuat susu dan kopi.

    Usai dari kamar mandi Rama mendekati kakak Alif dan ayahnya yang sedang minum kopi. Tanpa banyak bicara mereka berangkat ke masjid. Seperti biasanya, tak ada obrolan sepanjang perjalanan. Sepulang dari masjid ayah dan mamanya mengaji Al Qur’an. Diikuti oleh Alif dan Rama meskipun hanya sebentar. 

    Pagi itu suasana tampak cerah. Matahari perlahan meninggalkan peraduannya. Dari ufuk timur perlahan muncul sang surya menyinari semesta menghangatkan dunia. Disambut dengan aktivitas rutin semua manusia dengan kesibukannya masing-masing. Tak luput dengan Rama dan emaknya yang sudah  merencana untuk survey mencari sekolah SD. 

    Dengan mengendarai sepeda motor scoopynya Rama dan mamanya berangkat menuju sekolah SD yang jaraknya paling dekat dengan rumah. Sesampai di sana mamanya berhenti dan mengajak Rama berjalan melihat-lihat bangunan yang megah dengan berbagai macam banner terpampang di sekelilingnya. Ada banner PPDB, ada banner visi misi, dan beberapa banner informasi-informasi lainnya tentang sekolah itu. Rama tampak serius mengamati semua yang terlihat tampak baru baginya.  

    Mereka terus berjalan mengelilingi sudut-sudut sekolah. Bahkan sampai di belakang sekolah. Dilihatnya di sana ada tumpukan kursi yang sudah tak terpakai. Beberapa diantaranya sudah rusak dan ada juga yang sudah lapuk. Mereka segera kembali ke halaman depan di mana mereka memarkir sepeda motornya.

    “Sekolah ning kene yo Dik, engko enek mas Rio ning kene. Engko pas kamu kelas siji mas Rio munggah kelas loro.” (Red=Sekolah di sini ya Dik, nanti ada mas Rio di sini. Nanti saat kamu kelas satu mas Rio naik kelas kelas dua). Ucap mamanya setelah puas mengelilingi sekolah tersebut. 

    “Emoh Mak. Aku emoh sekolah ning kene. Kursine rusak-rusak, kamar mandine kotor, jorok, engko lek aku arep pipis piye. Mburi sekolahan kali gede Mak, ngko lek banjir piye.” (Red=Tidak mau Mak. Saya tidak mau sekolah di sini. Kursinya rusak-rusak, kamar mandinya kotor, jorok, nanti  kalau saya mau kencing gimana. Belakang sekolah sungai besar Mak, nanti kalau banjir gimana). Jawab Rama dengan polosnya.

    Mendengar jawaban Rama yang demikian, mamanya tetap tenang. Dan tidak berkomentar  menanggapinya. Namun dalam hati dia berkata: “Benar juga apa yang dikatakannya. Memang benar kamar mandinya sangat kotor. Kebersihannya tidak terjaga. Dan memang benar juga di belakang sekolah ada sungai besar yang tidak ada pagarnya. Hanya terdapat lahan kosonng tak terurus dengan beberapa tanaman kayu sebagai pembatas. Alhamdulillah pinter juga dia ternyata. Dia bisa  mengamati, menilai, menyimpulkan, dan mengambil keputusan sesuai dengan jalan pemikiran saya. Ya sudahlah saya ikuti dulu aja apa maunya dia. Dia memang berbeda dengan kakaknya, walaupun masih kecil sudah bisa diajak musyawarah. Coba saya ajak melihat sekolah Nurul Ulum, barangkali dia tertarik. Tapi sekolah ini masih baru dua tahun berdiri. Ya sudah, gakpapa lah. Tidak ada salahnya lihat ke sana.” Ujarnya dalam hati sambil perlahan menarik sepeda motornya.

    “Kalau gitu, coba yuk kita lihat sekolah lain di sana, dekatnya lapangan yang kita pernah ke sana ketika ada bazar dulu itu lo.” Ajak mamanya sambil menyalakan mesin motornya. Tak berlama-lama si Rama langsung naik motor bersama mamanya. 

    Perlahan mereka meninggalkan sekolah itu berangkat ke sekolah yang akan dituju. Tak lama mereka berkendara sampailah mereka di sekolah yang dimaksud. Seperti halnya tadi survey di sekolah sebelumnya, mereka memarkir motornya di halaman. Kebetulan pagar sekolah itu tidak dikunci sebagaimana sekolah yang didatangi sebelumnya. Sehingga mereka bisa masuk halaman dan survey melihat-lihat suasana sekolah. Tanpa menunggu mamanya mengajak berjalan, si Rama langsung berjalan mendahului mamanya menuju arena mainan yang ada.

    Tampak dia senang menikmati ayunan dan bola dunia yang terpasang di halaman. Mamanya membiarkan dia sementara waktu. Setelah cukup bermain, Rama kembali ke tempat parkir sepeda motor yang diikuti oleh mamanya. Sebelum melanjutkan perjalanan mama bertanya kepadanya. 

    “Gimana Dik, kamu suka sekolah di sini? Ada mainannya juga.” Tanya mamanya sambil berdiri di samping motornya. Rama terdiam sejenak. Tampak seperti ada sesuatu yang dipikirkan. Mamanya pun diam, sabar menunggu jawaban Rama. Sesaat kemudian si Rama memandang ke arah mamanya dan berkata: “ Emoh Mak aku sekolah ning kene. Sekolahane elek, sekolahane kecil, sekolahane gandeng karo TK. Iku mau seng tembok e enek gambare sekolahan TK iku.” (Red=Tidak mau Mak saya sekolah di sini. Sekolahnya jelek, sekolahnya kecil, sekolahnya gandeng dengan sekolah TK. Itu tadi yang tembok ada gambarnya sekolah TK). Jawab Rama dengan yakin.

    Memperhatikan jawaban anaknya yang memang benar adanya, mama Rama diam tanpa membalas komentarnya. Perlahan dia menggeser sepeda motornya mengarah jalan keluar. Sebelum menyalakan mesin dia berkata kepada Rama yang sudah duduk di atas jok. 

    “Ya udah dech kalo gitu kita cari yang lain. Agak jauh gakpapa.” Ucap mama  Rama sambil menarik gas motornya. Hari semakin siang. Panas matahari semakin menyengat. Badan mulai terasa lelah. Namun mereka masih belum puas sebelum upayanya membuahkan hasil. 

    Mereka segera pergi menuju sekolah SD yang berikutnya. Jaraknya lumayan jauh dari rumah. Jalan yang dilewatipun bervariasi. Ada kalanya sudah teraspal halus dan di lain tempat masih berupa paving. Meski demikian pengguna jalan lainnya kencang-kencang dalam mengendarai kendaraannya. Mama Rama yang cukup pelan dalam berkendara sering dilewati oleh pengendara lainnya yang melaju lebih kencang. 

    Sepanjang perjalanan mereka berdua diam seribu bahasa. Setelah beberapa lama mereka menempuh perjalanan dibawah terik matahari yang semakin panas, sampailah mereka di sekolah yang dituju.

    Kali ini berbeda dengan sekolah sebelumnya. Walaupun hari libur sekolahnya tetap dijaga oleh satpam yang mempersilahkan mereka masuk dan mengarahkan parkirnya. Mama Rama berbincang sejenak dengan pak satpam yang kemudian mengantarnya ke ruang piket guru. 

    Ternyata di sekolah ini ada guru piketnya. Rama dan mamanya diterima dan dilayani dengan baik dan ramah. Bahkan mereka didampingi dan diajak keliling melihat-lihat kelas sampai ke sudut-sudut sekolah. Ditunjukkan pula mushola, perpustakaan, kantin, dan ruang dapur. 

    Dari jendela lantai dua mereka bisa melihat keluar. Dari atas tampak  di halaman terdapat lapangan basket, ada lapangan volley, dan ada lapangan upacara yang terpisah.  

    Sambil berjalan turun menuju kantor guru mama Rama diberi penjelasan-penjelasan oleh bu guru piket yang mendampinginya.

    Sesampai di kantor guru Rama dan Mama disilahkan duduk dan diberi air minum yang telah disediakan untuk para tamu. Rama tampak fokus mengamati semua pemandangan yang serba asing baginya. Tanpa banyak bertanya atau berkata-kata lain. Sementara mamanya banyak bercakap-cakap dengan bu guru. Dia menanyakan model pembelajaran, macam-macam kegiatan, lama jam pelajaran, dan bahkan biaya-biayanya pun ditanyakan. Bu guru pun memberi penjelasan secara jelas dan detail. Rama diam mendengarkan penjelasan guru. Mama Rama merasa senang dan puas atas pelayanan pihak sekolah serta informasi yang didapatkan sangat lengkap. Dia berharap Rama akan senang sekolah di sini. 

    Setelah cukup mereka bertamu kemudian mama Rama pamit pulang kepada bu guru. Hari semakin siang. Terdengar tarhim di masjid tanda hampir masuk waktu sholat dhuhur. Dalam perjalanan pulang mereka  singgah di warung bakso. Sambil menunggu bakso disajikan, mama  bertanya kepada Rama. “Mau ya Dik sekolah di situ tadi?”

    “Bagus sich Mak sekolahnya. Tapi pulangnya kok sampek sore. Ngko aku kan gak iso layangan. Mak boleh gak ya sekolah SD-nya libur setahun? Nanti aku mau tetap sekolah  di TK saja.” jawaban Rama tak terduga. Pertanyaannya pun hanya dibalas dengan  senyum oleh mamanya. Pak tukang bakso pun ikut tertawa mendengarnya.

     

     

    Kreator : endah suryani

    Bagikan ke

    Comment Closed: LIBUR SETAHUN

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021