Beni, seorang anak berusia 15 tahun. Ia baru duduk kelas IX SMP. Ibu bapaknya bekerja di suatu perusahaan. Sehari-hari dia ditemani neneknya.
Beni anak yang cerdas, tapi sayang dia sering bolos. Hampir setiap minggu ada bolosnya. Setiap bolos ibu wali kelasnya mengajak bicara. “Kenapa kemarin tidak sekolah, Nak?” tanyanya. “Maaf Bu. Saya kesiangan, ” jawabnya. Dia memberi alasan susah ojek. Kebetulan tidak ada angkutan umum jalur kampungnya. Waktu itu belum ada kendaraan online.
Pada suatu hari dia bolos lagi. Ibu wali kelasnya berkunjung ke rumahnya. Takut dari rumah berangkat, ke sekolah tidak sampai. Ternyata dia ada di rumah sedang tidur. Dia ditemani neneknya. Ibu bapaknya bekerja. Mereka berangkat lebih pagi, sebelum anaknya berangkat sekolah.
Kata neneknya, saat orang tuanya berangkat kerja, dia sudah berseragam dan sarapan. Dia sudah siap ke sekolah. Namun, balik lagi katanya tidak ada ojek dan takut kesiangan. Dia menunduk saja. Ibu wali kelasnya berkeyakinan bukan itu alasannya.
“Nak, bisa berangkat lebih pagi supaya tidak kesiangan,” katanya. Dia hanya mengangguk-ngangguk saja.
“Sebenarnya ada apa, Nak?”tanya nya lagi. Dia hanya menjawab tidak ada apa-apa. Dari kampung ini, bukan dia sendiri yang bersekolah di tempat tugasnya. Banyak anak yang berangkat jalan kaki, karena jaraknya sekitar 2-3 km ke sekolah.
Neneknya mengatakan bahwa dia merengek-rengek kepada orang tuanya ingin dibelikan motor. Dia hanya mengangguk saja, saat ibu wali kelasnya menanyakan kebenaran perkataan neneknya. Jadi benar, bukan alasan kesiangan. Ada keinginan yang tidak terpenuhi.
Ibu wali kelasnya menyampaikan pengalaman saat sekolah dulu. Jarak rumah ke SMP sekitar 2 km. Beliau selalu berjalan kaki berangkat dan pergi ke sekolah. Berjalan kaki itu sehat. Secara tidak langsung sudah melaksanakan olahraga. Apalagi di bawah sinar mentari pagi dan udara yang segar akan menambah imun. Berjalan kaki juga belajar hemat. Uang untuk transport bisa disimpan atau ditabung. Selain itu, bisa menjalin persahabatan dan persaudaraan dengan teman-teman. Setiap waktu bersama akan terpupuk rasa peduli, menyayangi, dan kekeluargaan.
Biasanya selama di perjalanan ada saja yang dibicarakan. Ada topik pelajaran, guru-guru yang disenangi dan dikagumi, teman sekelas, bahkan masalah pribadi. Mereka bisa berbagi cerita dan melihat keberadaan di sekitarnya.
Lihatlah di sekeliling. Ada anak perlengkapan sekolahnya terbatas. Tas dan sepatu hanya 1. Bahkan tidak dikasih uang jajan. Namun mereka rajin dan semangat belajar dan sekolah, bahkan mendapatkan prestasi yang bagus. Ada juga anak yang cukup banyak uang jajan, segala keinginannya dipenuhi orang tua. Bahkan dia diberi fasilitas motor, walaupun itu melanggar tata tertib sekolah dan lalu lintas. Namun sayang, menyia-nyiakan waktu belajar.
Ibu wali kelasnya mengatakan bahwa Beni harus bersyukur karena orang tua memberi uang jajan dan transport yang cukup. Beni harus bisa menggunakan dan menjalankan amanah orang tuanya. Beni harus rajin sekolah, supaya bisa membanggakan orang tuanya.
Beni semakin menunduk, terlihat ada kristal bening di pelupuk matanya. Beni meresapi nasehat wali kelasnya. Dia menyesali dan berjanji tidak akan bolos lagi. Dia akan belajar yang rajin. Dia sangat menyayangi kedua orang tua dan neneknya.
Pagi yang cerah, mengantarkan langkah kecil Beni ke sekolah. Dia berangkat bersama teman-temannya. Mereka bersenda gurau, tak terasa sudah sampai pintu gerbang sekolah. Ternyata indah dan senang sekali perjalanan pertama Beni ini.
Tak lama terdengar bel memanggil para siswa masuk kelas. Mereka berbaris dengan rapi di depan kelas. Mereka disambut hangat oleh ibu wali kelasnya. Karena beliau mengajar jam pertama.
Mereka berdoa khusus kepada Sang Khalik, memohon kelancaran dan kesuksesan dalam pembelajaran. Tampak senang ibu wali kelas, karena peserta didiknya hadir semua. Sebelum pembelajaran dimulai beliau menyampaikan wejangan dulu.
Anak-anak boleh punya keinginan, tetapi lihat kemampuan dan keadaan. Janganlah memaksakan kehendak kepada orang tua! Lihatlah kemampuan dan keadaannya yang di bawah. Mereka susah payah untuk memenuhi keinginan serta kebutuhannya. Janganlah selalu melihat ke atas. Karena akan capek dan kecewa untuk mencapai keinginan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keberadaan. Mereka harus bersyukur atas segala yang dianugrahkan Sang Khalik. Orang yang pandai bersyukur akan ditambah anugrah dan rizkinya.
Dalam mengarungi kehidupan ini, banyak keinginan, harapan, dan asa. Harus bisa menyikapinya disesuaikan dengan kemampuan dan kekuatan yang ada pada orang tua dan diri masing-masing. Beni dan teman-temannya merenungi dan memahami yang disampaikan ibu wali kelasnya.
Lihatlah ke bawah, jangan melihat ke atas. Jalani hidup sesuai dengan kemampuan dan keadaan. Hidup ini indah dan bermakna, jika dijalani dengan ikhlas, sabar, dan syukur.
Kreator : N. Ai Kusumawati
Comment Closed: Lihatlah ke Bawah, Jangan Lihat ke Atas
Sorry, comment are closed for this post.