KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Lihatlah ke Bawah, Jangan Lihat ke Atas

    Lihatlah ke Bawah, Jangan Lihat ke Atas

    BY 23 Jun 2024 Dilihat: 168 kali
    Lihatlah ke Bawah, Jangan Lihat ke Atas_alineaku

    Beni, seorang anak berusia 15 tahun. Ia baru duduk kelas IX SMP. Ibu bapaknya bekerja di suatu perusahaan. Sehari-hari dia ditemani neneknya.

    Beni anak yang cerdas, tapi sayang dia sering  bolos. Hampir setiap minggu ada bolosnya.  Setiap bolos ibu wali kelasnya mengajak bicara.  “Kenapa kemarin tidak sekolah,  Nak?” tanyanya.  “Maaf Bu.  Saya kesiangan,  ” jawabnya.  Dia memberi alasan susah  ojek.  Kebetulan tidak ada  angkutan umum jalur kampungnya. Waktu itu belum ada kendaraan online.

    Pada suatu hari dia bolos lagi.  Ibu wali kelasnya berkunjung ke rumahnya.  Takut dari rumah berangkat,  ke sekolah tidak sampai. Ternyata dia ada di rumah sedang tidur. Dia ditemani neneknya. Ibu bapaknya bekerja. Mereka berangkat lebih pagi, sebelum anaknya berangkat sekolah. 

    Kata neneknya, saat orang tuanya berangkat kerja, dia sudah  berseragam dan sarapan. Dia sudah siap ke sekolah. Namun, balik lagi katanya tidak ada ojek dan takut kesiangan. Dia menunduk saja. Ibu wali kelasnya berkeyakinan bukan itu alasannya. 

    “Nak, bisa berangkat lebih pagi supaya tidak kesiangan,” katanya.  Dia hanya mengangguk-ngangguk saja. 

    “Sebenarnya ada apa, Nak?”tanya nya lagi. Dia hanya menjawab tidak ada apa-apa. Dari kampung ini, bukan dia sendiri yang bersekolah di tempat tugasnya. Banyak anak yang berangkat jalan kaki, karena jaraknya sekitar 2-3 km ke sekolah. 

    Neneknya mengatakan bahwa dia merengek-rengek kepada orang tuanya ingin dibelikan motor. Dia hanya mengangguk saja, saat ibu wali kelasnya menanyakan  kebenaran perkataan neneknya. Jadi benar, bukan alasan kesiangan. Ada keinginan yang tidak terpenuhi.

    Ibu wali kelasnya menyampaikan pengalaman saat sekolah dulu. Jarak rumah ke SMP sekitar 2 km. Beliau selalu berjalan kaki berangkat dan pergi ke sekolah. Berjalan kaki itu sehat. Secara tidak langsung sudah melaksanakan olahraga. Apalagi di bawah sinar mentari pagi dan udara yang segar akan  menambah imun. Berjalan kaki juga belajar hemat. Uang untuk transport bisa disimpan atau ditabung.  Selain itu,  bisa menjalin persahabatan dan persaudaraan dengan teman-teman.  Setiap waktu bersama akan terpupuk rasa peduli, menyayangi, dan kekeluargaan. 

    Biasanya selama di perjalanan ada saja yang dibicarakan. Ada topik pelajaran, guru-guru yang disenangi dan dikagumi, teman sekelas, bahkan masalah pribadi. Mereka bisa berbagi cerita dan melihat keberadaan di sekitarnya.

    Lihatlah di sekeliling. Ada anak perlengkapan sekolahnya terbatas. Tas dan sepatu hanya 1. Bahkan tidak dikasih uang jajan. Namun mereka rajin dan semangat  belajar dan sekolah, bahkan mendapatkan prestasi yang bagus. Ada juga anak yang cukup banyak uang jajan, segala keinginannya dipenuhi orang tua. Bahkan dia diberi fasilitas motor, walaupun itu melanggar tata tertib sekolah dan lalu lintas. Namun sayang, menyia-nyiakan waktu belajar.

    Ibu wali kelasnya mengatakan bahwa Beni harus bersyukur karena orang tua memberi uang jajan dan transport yang cukup. Beni harus bisa menggunakan  dan menjalankan amanah orang tuanya. Beni harus rajin sekolah, supaya bisa membanggakan orang tuanya. 

    Beni semakin menunduk, terlihat ada kristal bening di pelupuk matanya. Beni meresapi nasehat wali kelasnya. Dia menyesali dan berjanji tidak akan bolos lagi. Dia akan belajar yang rajin. Dia sangat menyayangi kedua orang tua dan neneknya. 

    Pagi yang cerah, mengantarkan langkah kecil Beni ke sekolah. Dia berangkat bersama teman-temannya. Mereka bersenda gurau, tak terasa sudah sampai pintu gerbang sekolah. Ternyata indah dan  senang sekali perjalanan pertama Beni ini.

    Tak lama terdengar bel memanggil para siswa masuk kelas. Mereka berbaris dengan rapi di depan kelas. Mereka disambut hangat oleh ibu wali kelasnya. Karena beliau mengajar jam pertama. 

    Mereka berdoa khusus kepada Sang Khalik, memohon kelancaran dan kesuksesan dalam pembelajaran. Tampak senang ibu wali kelas, karena peserta didiknya hadir semua. Sebelum pembelajaran dimulai beliau menyampaikan  wejangan dulu. 

    Anak-anak boleh punya keinginan, tetapi lihat kemampuan dan keadaan. Janganlah memaksakan kehendak kepada orang tua! Lihatlah   kemampuan dan keadaannya yang  di bawah. Mereka susah payah untuk memenuhi keinginan serta kebutuhannya. Janganlah selalu  melihat ke atas. Karena akan capek dan kecewa  untuk mencapai keinginan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keberadaan. Mereka harus bersyukur atas segala yang dianugrahkan Sang Khalik. Orang yang pandai  bersyukur akan ditambah anugrah dan rizkinya. 

    Dalam mengarungi kehidupan ini,  banyak keinginan,  harapan,  dan asa.  Harus bisa menyikapinya disesuaikan dengan kemampuan dan kekuatan yang ada pada orang tua dan diri masing-masing.  Beni dan teman-temannya merenungi  dan memahami yang disampaikan ibu wali kelasnya.

    Lihatlah ke bawah, jangan melihat ke atas. Jalani  hidup sesuai dengan kemampuan dan keadaan. Hidup ini indah dan bermakna, jika dijalani dengan ikhlas, sabar,  dan syukur.

     

    Kreator : N. Ai Kusumawati

    Bagikan ke

    Comment Closed: Lihatlah ke Bawah, Jangan Lihat ke Atas

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021