Berjalan ke barat tetapi sambil yakin akan sampai di utara. Kalimat ini mungkin terdengar lucu, tapi bisa jadi cerminan tentang bagaimana sebagian dari kita menjalani hidup. Kita percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin, namun di balik optimisme itu, sering kali tersembunyi cara berpikir yang logis, tetapi sayangnya, tidak rasional. Apa maksudnya?
Pernah nggak, kamu ketemu orang yang kalau ngomong kelihatan pinter banget, semua argumennya masuk akal, tapi kok rasanya ada yang janggal? Misalnya, ada yang bilang begini, “Kalau nggak ada polisi, kenapa harus takut nerobos lampu merah?” Secara logika, masuk akal. Tapi apakah itu rasional? Nah, di sinilah perbedaan penting bagaimana cara kerja otak kita. Banyak orang Indonesia jago berpikir logis, tapi lemah dalam berpikir rasional.
Lalu, apa bedanya logis dan rasional?
Logis berarti cara berpikir yang nyambung secara sebab-akibat, masuk akal secara hitungan di kepala.
Rasional bukan cuma masuk akal, tapi juga mempertimbangkan dampaknya ke orang lain, memikirkan jangka panjang, dan mempertimbangkan nilai moral serta etika.
Gampangnya, kalau berpikir logis, kamu cuma mikir: “Yang penting untung buat gue.”
Tapi kalau berpikir rasional, kamu mikir: “Untung buat gue, tapi jangan sampai merugikan orang lain.”
Biar lebih kebayang, yuk lihat contoh-contoh sederhana yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari.
Contoh nyelak antrian. Logis banget kalau kamu nyelak, kamu lebih cepat dilayani. Tapi apakah rasional? Kalau semua orang punya pemikiran yang sama, antrean jadi kacau, orang-orang jadi emosi, dan ketertiban hilang. Rasionalitas menuntun kita untuk ikut antre dengan tertib, demi kenyamanan bersama.
Soal menerobos lampu merah juga sama. Secara logis, nggak ada polisi, jalanan sepi, ya kenapa nggak diterobos saja? Tapi kalau semua orang punya pola pikir begitu, lama-lama aturan lalu lintas hilang makna. Yang rugi bukan cuma orang lain, tapi kamu juga. Itulah kenapa di Jepang, meski jalan kosong, orang tetap patuh pada lampu merah. Mereka sudah terbiasa berpikir rasional sejak kecil, bahwa aturan bukan cuma soal diawasi atau nggak, tapi demi keteraturan hidup bersama.
Di level kampung, logisnya orang berpikir, “Rumah gue bersih kok, ngapain ikut kerja bakti?” Tapi apakah itu rasional? Kalau semua warga berpikir seperti itu, kampung nggak akan pernah bersih. Ketika banjir datang, siapa yang kena? Ya semua warga, termasuk dia yang rumahnya bersih tadi. Rasionalitas mengajarkan kita bahwa menjaga lingkungan itu tanggung jawab bersama, bukan cuma urusan pribadi.
Berpikir rasional itu bagian dari kematangan otak kita, terutama bagian prefrontal cortex yaitu otak budi luhur manusia. Semakin sering kita berpikir rasional, semakin terlatih otak bagian depan ini. Di sinilah pusat pengendalian moral, etika, dan kemampuan kita mempertimbangkan masa depan. Kalau kita cuma terbiasa berpikir logis, kita cuma cerdas buat kepentingan diri sendiri. Tapi kalau kita naik level ke rasional, kita jadi cerdas buat diri sendiri sekaligus peduli dengan kepentingan orang lain.
Lucunya, di Indonesia, sering kali kita menertawakan hal-hal tidak rasional sambil bilang “Ya begitulah Indonesia.” Misalnya, parkir mobil di trotoar. Logis, karena trotoarnya kosong. Tapi apakah rasional? Trotoar kan buat pejalan kaki, kalau semua mobil parkir di situ, pejalan kaki disuruh jalan di mana? Atau main HP sambil naik motor. Logis, karena informasi yang mau dibaca penting. Tapi rasionalnya? Kalau gara-gara kita, orang lain celaka, apa kita masih bisa bilang itu cuma urusan pribadi?
Kesimpulannya, logis itu gampang. Rasional itu butuh latihan dan kesadaran.
Logis cuma mikir untung rugi buat diri sendiri, sementara rasional mikir untung rugi buat diri sendiri dan buat sekitar. Kalau kita mau negara ini jadi tempat yang nyaman buat semua, ya dimulai dari latihan mikir rasional. Karena kalau semua orang berpikir panjang, hidup kita juga jadi lebih nyaman.
Ingat ya:
Logis itu mikir biar enak hari ini.
Rasional itu mikir biar enak hari ini, besok, dan buat semua orang.
Jadi, kamu udah siap naik level dari logis ke rasional?
@kadek
Kreator : Kadek Suprapto
Comment Closed: Logis VS Rasional. Cara Pikir Kamu yang Mana?
Sorry, comment are closed for this post.