Tahun 2003 masa SMA telah usai. Aku bersekolah di Kota Mamuju, jaraknya kurang lebih 300 kilometer dari desaku. Kembali ke Kampung halaman sangatlah menyenangkan. Bertepatan pula dengan terbentuknya kabupaten Mamuju Utara yang wilayahnya mencakup tempat tinggalku hingga ke perbatasan Sulawesi tengah. Provinsi Sulawesi Selatan, kabupaten Mamuju Utara, lain dari Mamuju induk tempat dimana aku bersekolah. Mengapa diberi nama Mamuju Utara sebab sejarah dari wilayah ini dulunya memang merupakan satu kesatuan dari kabupaten Mamuju, jadi untuk membedakannya maka diberi kata “utara” yang berarti Mamuju bagian Utara. Ada juga sisi negatif dari nama kabupaten baru ini, antara lain tatkala pemerintah pusat hendak memberikan bantuan sering terjadi kekeliruan yang larinya ke kabupaten Mamuju bukan Mamuju Utara. Tak dapat disalahkan juga sebab nama kabupatennya hampir sama. Olehnya itu pemerintah pusat perlu teliti apabila hendak menurunkan bantuan ke kedua kabupaten ini. Hiruk pikuk pelamar kerja maupun pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) meramaikan kabupaten baru.
Kamu tidak mau coba-coba ikut melamar CPNS ? Tanya bapak.
Memang sudah bisa ? tanyaku
Iya bisa, persyaratan untuk kualifikasi pendidikannya bisa SMA dan sederajat. Kata bapak.
Boleh kalau begitu.. Jawabku
Carilah teman dari sini yang juga mau daftar, supaya bisa mengurus berkas bersama. Lanjut bapak.
Asyraf menjadi teman selama proses pendaftaran CPNS berlangsung. Mengurus dan mengumpulkan berbagai berkas yang dibutuhkan. Kartu kuning alias kartu pencari kerja dibuat di kantor dinas tenaga kerja. Untuk memperoleh Surat keterangan berbadan sehat kami perlu memeriksakan diri ke dokter yang bertugas di Rumah Sakit. Kami juga membutuhkan surat keterangan bebas narkoba dan Surat keterangan catatan lainnya dari kepolisian. Dalam moment kebersamaan ini menciptakan kedekatan emosional antara satu sama lain, seperti itulah sehingga orang menyebutnya dengan istilah pacaran. Kami masih termasuk keluarga. Secara tidak langsung hubungan kami mendapat restu dari seluruh keluarga. Rumah kami berdekatan, masing-masing memiliki alat komunikasi berupa Talky Walky. Strawberry adalah nama udaraku, sedangkan Asyraf memilih Virus menjadi nama samarannya. Terdengar keramaian pada speaker genggam yang saya pegang tatkala frekuensi Hand Talking menemukan channel perbincangan warga udara.. join,, dicopy,, rojer,, ganti.. istilah dalam percakapan udara. Tak jarang beberapa wargaNet mengajak bergeser ke frekuensi lain saat mendengar strawberry sedang mengudara, istilah kerennya online, agar percakapan lebih privasi. scrol pencarian pun diputar untuk menemukan frekuensi yang direncanakan. Warganet yang sempat mendengar tujuan frekuensi kami biasanya diam-diam mengikuti lalu mencuri dengar percakapan tanpa seorang pun yang mengetahuinya. Alfa, Bravo, Carli, Delta, Tenggo dan lain sebagainya adalah penegasan dari huruf yang biasa digunakan oleh anak breaker.
Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI) kerap mengadakan pertemuan dan mengundang semua anak breaker. Tua, muda berkumpul dalam acara itu sembari copy Delta dan memperkenalkan nama asli masing-masing. Begitu riuh canda tawa saat salah seorang dari anak breaker bersuara merdu dengan nama samaran yang indah memperkenalkan diri dan ternyata adalah seorang wanita paruh baya, sungguh sangat mengecoh para pendengar.
Beberapa saat kemudian tibalah masa pengumuman kelulusan CPNS. Terdengar orang-orang yang sudah mendaftar berbondong-bondong menuju ibukota kabupaten untuk melihat daftar nama-nama yang lulus di Kantor pemerintahan. Maklum, media komunikasi yang ada hanya HT (Hand Talking) yang tidak dapat digunakan untuk mengirim daftar nama-nama peserta yang lulus CPNS. Mahendra teman kami punya keluarga yang bekerja di Kantor Badan Kepegawaian Daerah.
Mahendra coba tanya sepupumu siapa tau dia bisa meminjamkan kita salinan daftar nama-nama yang lulus ini ! Pinta Asyraf kepada Mahendra.
Kita kesulitan mencari nama dalam daftar yang tertempel itu ! Lanjut Asyraf sembari menunjuk pada papan pengumuman.
Baiklah, saya coba mencari orangnya terlebih dahulu.. Jawab Mahendra sambil berlalu.
Desiran ombak memecah di belakang tempat kami duduk menunggu Mahendra yang sedang berusaha mendapatkan salinan daftar nama-nama peserta CPNS yang lulus. Dari tanggul kami memandangi para pelamar CPNS berebutan bergantian melihat pengumuman yang tertempel. Berbagai ekspresi wajah terlihat disana. Ada yang tersenyum bahagia, sumringah karena namanya terdapat dalam daftar nama-nama CPNS yang lulus. Ada juga yang bersedih, kecewa sebab ia tak menemukan namanya disana.
Mahendra pun datang dengan membawa lembaran-lembaran di tangannya. Diantara ratusan nama CPNS yang lulus terdapat nama Asyraf dan dirinya. Betapa bahagia kedua sahabat itu. Sukacita terbersit pada wajah mereka. Penerimaan pegawai negeri saat ini termasuk yang terbanyak karena asumsinya kabupaten baru akan sangat membutuhkan banyak karyawan yang akan mengisi dan bekerja di Kantor-kantor pemerintahan, meskipun sebagian besar yang dijadikan kantor hanyalah bangunan darurat bahkan rumah-rumah penduduk yang tidak dihuni itu yang disewakan kepada pemerintah untuk dijadikan kantor sementara.
Strawberry siapa lagi nama lengkap ta ? Tanya Mahendra padaku
Arrifa,, Arrifa Mursyid.. jawabku.
Sepertinya tidak ada.. Kata mereka
Mungkin belum rezeki saya untuk lulus.. Jawabku tersenyum
Dalam benakku, Tuhan pasti punya rencana lain kepadaku, sebab akupun masih mempunyai keinginan besar untuk melanjutkan pendidikan. Ada cita-cita yang ingin kugapai. Dan belum ada kemauan untuk menetap di kampung.
Sabar saja, insya Allah akan indah pada waktunya nanti. Kataku sambil menyemangati mereka yang terlihat kecewa.
Ya sudah. Kalau begitu kami pulang dulu. Kata Asyraf berpamitan
Kami berjalan menuju tempat motor kami diparkir.
Tidak apa-apa ya dek kamu belum lulus.. Asyraf terus berusaha menyemangati
Iyyalah,, yang penting kitanya sudah lulus. Laki-laki itu lebih penting mendapatkan pekerjaan karena laki-laki tanggung jawabnya jauh lebih besar kalau sudah berkeluarga nanti. Kataku
Tatapanku fokus pada jalanan beraspal yang kami lewati. Namun konsentrasiku buyar saat mendengar perkataan Asyraf di tanjakan gunung Ako :
De’ sekarang saya sudah punya pekerjaan, bagaimana kalau kita menikah ?
Rasanya pertanyaan itu sangat gamang bagiku. Aneh bercampur geli.
Mau menikah sama saya ? Asyraf menegaskan pertanyaannya
Aiiis… maaf saya belum berpikir kesana.. Bathinku berkecamuk. Berat rasanya mengatakan ini tapi memang itulah kenyataannya.
Mendengar itu Asyraf terdiam dan melanjutkan perjalanan. Sejenak kami sama-sama terdiam diatas kendaraan yang sedang melaju.
Vocal virus jarang lagi terdengar mengudara, begitu juga dengan strawberry. Entah mengapa kami begitu merasa malas join bersama warga Net pada hand talking. Hari-hari berlalu, kami menjalankan kesibukan masing-masing. Setelah dikukuhkan menjadi Pegawai Negeri Sipil, Asyraf ditugaskan di Perbatasan. Cukup lama tak berkomunikasi, hingga keluarga datang menyampaikan informasi bahwa Asyraf akan menikah dengan wanita yang tinggal di Perbatasan. Terkejut sih tapi memang benar-benar belum ada niat sama sekali untuk menjalani ikatan pernikahan, sehingga ketika ada keluarga lain menyindir saya hanya akan menjawabnya dengan senyuman.
Sebagai keluarga dekat saya berkewajiban membantu menyiapkan berbagai kebutuhan pernikahan. Biasanya kalau kita dari pihak pengantin laki-laki tidak sesibuk dan semeriah di rumah pengantin wanita. Kami cukup menyiapkan seserahan apa saja yang ingin diantarkan ke Rumah pengantin wanita. Atau sibuk membantu memasak banyak masakan untuk disantap bersama keluarga besar.
Acara akad nikah Asyraf beberapa jam lagi dilaksanakan. Keluarga sibuk berdandan, make up dan mencari kostum yang cocok. Masing-masing memegang seserahan yang akan diantar bersama pengantin pria. Tak henti-hentinya keluarga bercanda dalam kendaraan yang melaju menuju rumah pengantin wanitanya.
Mahendra menyapaku “Bagaimana kabar strawberry ?”
Alhamdulillah baik.. sebagaimana yang kau lihat. Kataku sambil tersenyum
waktu tidak akan terhenti saat Asyraf mengucapkan ijab kabul. Sebaliknya, kehidupan akan tetap berjalan dan menemukan akhirnya sendiri.
Tahun 2004 adik lulus SMA. Kata orang anak sulung tipikalnya berjiwa pemimpin, cenderung penyabar dan suka mengalah. Yup,, memang seharusnya begitu. Tatkala adik mengutarakan niat ingin kuliah di Makassar, aku sangat mengapresiasi, soalnya ini pintu bagi adik-adikku yang lainnya untuk berani menuntut ilmu ditempat yang jauh. Seperti kata pepatah Arab “Utlubul Ilmi Walaubissin” tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina. Aku belum sempat memikirkan pendidikan untuk diriku sendiri sebab tidak ingin memberatkan orang tua bila harus mendaftar kuliah secara bersamaan, tentu akan memakan biaya yang sangat besar. Aku bersedia tinggal di rumah membantu orangtua menjalankan usaha dagang agar adik-adik bisa kuliah dimana saja yang diinginkan. Aku mencintai pendidikan.
Mengatur dan mencatat barang dagangan, mengeringkan kakao dan cengkeh bila musim cengkeh tiba, membuat es lilin adalah aktivitas rutinku mengisi masa pengangguran selama di kampung. Selain usaha dagang barang sembako grosir maupun eceran, orangtua juga menjalankan usaha jual beli kakao dan cengkeh . Pasangkayu terkenal dengan hasil buminya berupa kakao, kopra (daging buah kelapa dalam yang dikeringkan), padi, cengkeh dan sapi yang merupakan ternak unggulan warga. Pohon buah kakao sangat pendek sehingga mudah dipetik. saat cangkangnya dibelah kami berebutan bijinya lalu memasukkannya kedalam mulut, diemut-emut hingga getah dan rasanya hilang. biji yang sudah bersih kami keringkan sampai warnanya menjadi coklat. Untuk mengetahui kadar keringnya biji kakao ditandai dengan perubahan warna dan bijinya lebih mudah dipatahkan. Bila itu sudah terjadi maka biji kakao siap untuk dijual ataupun dibeli dari petani lain.
Buah kelapa tua jatuh dengan sendirinya menunjukkan bahwa kelapa sudah siap dipanen. Beberapa orang yang ahli dalam memanjat disewa untuk menjatuhkan kelapa-kelapa tersebut. Para pemanjat biasanya mengaitkan tali atau kain pada kedua ibu jari kakinya agar gerakan kaki senantiasa simetris dan mencegah ketidakseimbangan ketika sedang memanjat. Untuk pohon kelapa yang lebih tinggi kami sediakan tangga yang terbuat dari bambu agar lebih memudahkan proses memanjat. Buah kelapa yang jatuh berserakan kami kumpulkan hingga menggunung. Kendaraan pengangkut disebut “Karoba/Gerobak” terbuat dari papan tebal, dinding teralinya terbuat dari kayu bulat yang ringan disebut “Lewa-lewa”, mempunyai dua buah roda yang besar dan ditarik oleh dua ekor sapi. Kelapa dipindahkan ketempat pengupas sekaligus pengeringan. Tradisi mengupas kelapa disebut “Massungkeng”. Terjadi perubahan cara mengeringkan kelapa, pada mulanya hanya mengandalkan sinar matahari, kemudian dibuatkan sebuah bangunan perapian dimana kelapa diasapi hingga panas dan mengering menjadi kopra (daging buah kelapa kering) yang siap dijual ke Kota.
Pohon kelapa tumbuh berbaris dengan rapi. semak belukar yang tumbuh dibawahnya menjadi tempat sapi-sapi beristirahat dan mencari makan. Sapi-sapi ini hidup berdampingan dengan pemiliknya tanpa dibuatkan kandang. Lalu Lalang di jalan-jalan umum, didepan rumah, di samping rumah, dibelakang rumah, sambil menghamburkan kotorannya yang sangat bau hingga aromanya sampai ke pelosok desa. Pemilik sapi santuy tanpa harus mengawasi sapi-sapinya, cukup memberi simbol pada tubuh sapinya berupa huruf atau lambang lainnya. Betapa sakitnya yang dirasakan sapi itu tatkala besi yang sengaja di panaskan agar dapat menembus kulit, dibentuk sesuai request pemiliknya ditempelkan pada tubuh si sapi. Sungguh suatu cara yang simpel namun menyakitkan. Anak-anak tak perlu khawatir saat bermain akan diseruduk sapi sebab keberadaan sapi-sapi itu sudah dapat diketahui dari jarak jauh dengan adanya suara katto’-katto’. Benda yang terbuat dari bambu dan diberi bandul lalu diikatkan ke leher sapi, sehingga ketika sapi bergerak, berjalan atau berlari bandul itu mengetuk bambu dan menghasilkan bunyi. Pemasangan katto’-katto’ pada setiap sapi adalah hal yang diwajibkan agar tidak mencelakai orang. Namun kotorannya yang berserakan di tengah jalan bukan merupakan hal yang perlu diwaspadai, cukup dihindari dan apabila sampai terinjak itu berarti nasibmu sedang apes.
Aduh saya kena injak tai sapi, bagaimana ini ? Terdengar keluh seorang gadis
Rupanya sekelompok mahasiswa yang sedang berjalan-jalan. Mereka tinggal di Rumah warga yang berada di depan Masjid, tidak jauh dari rumahku. Kampung terasa ramai dengan kehadiran mereka. Berbagai kegiatan mereka lakukan sesuai target penyelesaian studinya masing-masing. Mereka terdiri dari beberapa laki-laki dan perempuan. Pemuda desa turut membantu dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan. Kehadiran para mahasiswa seakan memberikan tempat baru bagi pemuda desa untuk nongkrong, bersenda gurau, mencari pengalaman baru, bertukar pikiran hingga bertukar perasaan. Sudah agak lama juga para mahasiswa itu disini, pikirku. Berulang kali mereka berbelanja di Toko kami, senang rasanya dapat pelanggan baru, jualan lebih cepat laku.
Istri kepala dusun ingin menemui orang tuaku namun yang ada pada saat itu hanyalah ibuku. Ternyata ibu itu adalah seorang utusan yang kemudian mengutarakan tujuannya :
Saya kesini ini diminta oleh Abdullah untuk menyampaikan bahwa dia sangat menyukai anak ta dan apabila berkenan maka Abdullah akan melamarnya. Kata sang utusan
Abdullah adalah salah seorang mahasiswa yang bersama kelompoknya tinggal di Dusun sebelah, agak jauh dari rumah namun bila ingin berbelanja mereka ke Toko kami.
Yang mana itu Abdullah ? Tanya ibuku penuh rasa ingin tahu
Ada itu orangnya kecil-kecil, kulitnya putih, wajahnya tampan, sering belanja disini. Kata istri pak dusun
Orang mana katanya dia ? Lanjut ibuku penasaran
Katanya orang Ampana. Istri pak dusun meyakinkan
Ooooh.. sejenak ibuku tertegun. Tapi saya belum bisa memberi jawaban, biar Arrifa sendiri yang menentukan. Nanti saya sampaikan hal ini padanya. Kata ibu
Lalu aku muncul dan menghampiri mereka. Ada apa ? tanyaku setelah melihat mereka berdua, yang dari tatapannya ada yang janggal, ada yang aneh dan terasa agak lain begitu. Istri kepala dusun lalu menjelaskan kembali semuanya padaku.
Hah….. Aku sangat terkejut.. Dag Dig Dug Der.. begitu kira-kira rasa hatiku.
Apakah Aku harus menerima orang ini ? Apakah sudah waktunya Aku untuk menikah ? Terus kalau aku menikah dengannya, tentu aku akan diboyong ke kampungnya.. Oh my God.. Aku bukan tipe wanita yang bisa tinggal diam dirumah. Aku masih ingin meraih cita-cita dulu, lalu berkarir dan punya pekerjaan baru menikah. Pemuda ini sungguh membuatku galau.
Pagi hari yang cerah, terdengar suara seorang pemuda berbicara kepada bapak yang sedang jaga toko.
Mohon maaf Om, saya mau mengajak Arrifa. Kata pemuda itu
Kemana ? Tanya bapak
Ke Pantai Om, ada acara bakar-bakar ikan bersama teman-teman mahasiswa. Jelas si pemuda
Aku penasaran dan menghampiri mereka. Dihadapanku berdiri seorang pemuda berambut gondrong dengan senyuman yang khas. Namanya Radun. Ya, saya mengetahuinya, sebuah nama yang unik, seunik rupanya. Dia sangat populer dikalangan pemuda, baik sesama mahasiswa maupun pemuda desa. Postur tubuhnya tinggi dan tidak gemuk, kulitnya tidak putih tapi juga tidak gelap. Dia adalah leader pada civitas akademika ini. Tipikal pria idaman. “Ayo ke Pantai, ada acara bakar-bakar ikan disana”. Pikiranku seketika pecah mendengar suaranya. Aku menoleh ke bapak, tatapannya seolah memberi isyarat memperbolehkan. Dalam hati berkata “tumben bapak mengizinkan” padahal bapakku itu orangnya perfeksionis, protectif, tegas plus serem hingga dijuluki Tuan Takur oleh pemuda-pemuda di desaku. Kali ini mungkin karena pemuda yang mengajakku seorang mahasiswa yang tentunya berpendidikan tinggi sehingga bapak mengizinkanku ikut dengannya.
Aku mencoba tetap tenang dan meminta kepada Radun agar bersedia menunggu sejenak, aku ingin mengganti pakaian terlebih dahulu. Dari luar fisik terlihat tetap tenang, tapi perasaan bergejolak tak menentu. Sumringah, berbunga-bunga, meledak-ledak saking bahagianya. Bagaimana tidak, pemuda impian kaum wanita ini sedang berada didepanku. Dari tutur katanya kita bisa menemukan jiwa kepemimpinan, intelek, religius, sopan, dan tak kalah penting good looking nya. Meskipun rambut panjang bagi laki-laki senantiasa diidentikkan dengan kenakalan, namun bagiku rambut panjang milik Radun hanyalah sebuah ekspresi kebebasan menentukan jati diri. Be Himself.
Di Pantai kami memilih lokasi yang terdapat tempat duduknya. Sembari menunggu mahasiswa lainnya kami bercerita tentang cita-cita dan masa depan.
Andaikan kayu ini (sambil menunjuk ke arah sepotong kayu yang ada dihadapan kami) adalah kursi kepemimpinan maka saya akan berusaha untuk dapat mendudukinya, kata Radun penuh percaya diri.
Nampak jelas bayangan impian seorang leader, aktivis kampus yang penuh kharismatik dan wibawa. Aku mendengar ucapan itu dan mengangguk meyakinkan. Ucapan yang sangat meresap kedalam kalbuku. Kakak mahasiswa ini telah membuat aku berpikir untuk segera mendaftar kuliah agar bisa seperti mereka.
Rasa selalu ingin berada didekatnya, mendengar ceritanya, mendengar harapan dan impiannya, mendengar canda tawanya, melihat wajah dan senyumannya. Perasaan berbunga-bunga sepanjang hari. Pikiran senantiasa tertuju padanya membuat tubuh terasa fresh seperti bunyi slogan “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”, Aku tidak ingat bahasa latinnya. Pagi tadi Dewi fortuna dan Dewa cupid sedang berkolaborasi menciptakan rasa cinta yang membumbung tinggi ke awan hingga hati ini berharap setiap saat Radun datang menemuiku.
Abdullah tau bahwa Radun mengikutsertakan aku ke Pantai. Sudah pasti dia kecewa. Pada acara mahasiswa selanjutnya Abdullah mengajakku lebih dulu. Dalam tradisi kami pantang mengecewakan orang yang punya niat baik kepada kita, takut kualat. Akupun duduk dibelakang Abdullah menuju tempat berkumpul teman-temannya. Perasaan jauh berbeda saat jalan bersama Abdullah, rasanya gamang. Memang rasa tak perna bohong. Untungnya acara tak berlangsung lama, sehingga bisa pulang lebih awal.
Radun sedang apa ya ? Selalu ingin mengetahui dia sedang apa, dia ada dimana, apakah dia memikirkan aku juga sebagaimana aku memikirkannya ? Rasa yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Jiwa dan ragaku seakan terpaut hanya pada sebuah nama yakni Radun.
Selepas sholat dan dzikir subuh, nenek mengajak aku jalan-jalan pagi, walking around the village. Nenek tidak mengenakan sandal agar kakinya dapat tersentuh jalanan secara langsung, katanya obat penawar penyakit Rematik. Sengaja Aku memperlambat langkah saat berada di depan Posko Mahasiswa KKN, dengan harapan Radun dapat melihatku kemudian bisa ikut jalan pagi bersama. Aktingku sia-sia, tidak ada Radun disana, mungkin dia masih tidur, hanya seorang mahasiswi yang terlihat sedang menyapu halaman. Rasa hati senantiasa berbunga-bunga pasca ajakan Radun yang pertama ke Pantai waktu itu. Melakukan aktivitas apa saja, jaga toko, semakin bersemangat, berharap Radun dating berbelanja. Namun sepertinya Radun ini orangnya jaga Image nya tinggi, kalau hanya sekedar ingin menggoda wanita itu terkesan cara rendahan baginya. Mendatangi rumah gadis yang ditarget, lalu meminta persetujuan langsung kepada orangtuanya, nah itu baru Radun. Jadi jangan berharap Radun akan kesini berbelanja, khayalanmu tingkat tinggi Arrifa.
Rumah depan Masjid itu bagaikan memiliki magnet, kutub-kutubnya mengarah dan menarik jiwa ini untuk berlabuh disana. Namun sejauh ini Aku belum pernah masuk atau melihat kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan Radun dan teman-temannya di dalam. Sore hari yang indah, cuaca sangat bersahabat, segala kewajiban di rumah sudah ditunaikan, saatnya menikmati SunSet di Pantai, pikirku. Apalagi pantai ini berada dibelakang tempat tinggal Radun, kali-kali aja dapat bertemu dengannya disana. Harapanku dalam hati. Berharap lagi berharap lagi berharap terus.. bathinku berbisik. Tidak apa-apa namanya juga usaha, berusaha dulu baru bertawakal, logikaku mengimbangi. Antara logika dan perasaan membawaku seolah berada di sebuah negeri dongeng dimana Cinderella sedang jatuh cinta pada pangeran pujaan hatinya. Di Pantai sedang ramai rupanya. Sepupuku berbisik
“Banyak orang disini. Ayo kita pulang.. Maklum sepupuku ini Phobia keramaian.
“Tidak apa-apa, kita duduk disini saja. Cegahku
Para mahasiswa itu berkumpul disana, semoga saja Radun melihatku, Aku juga ingin berkumpul bersama mereka. Harapku
Arrifa… terdengar seseorang memanggil namaku.. seperti suara Aco (temanku pemuda desa). Iya benar Aco memanggilku.
Arrifa.. Ayo kesana, Radun suruh panggil. Kata Aco
Aku memiringkan kepala melongok ke belakang Aco, dan benar terlihat Radun melambaikan tangan memberi isyarat tanda memanggilku. Aduh senangnya hatiku.. tapi sepupuku malah kabur, saya pulang duluan, teriaknya.. Oke, balasku.
Cepatlah besar matahariku…
Menangis yang keras janganlah ragu..
Tinjulah congkaknya dunia, buah hatiku..
Doa kami di nadimu…
Radun bernyanyi sambil memainkan gitarnya. Sesekali menatapku sambil tersenyum. Rasanya dunia bagaikan di Surga. Bersama dengannya seperti ini sangatlah membahagiakan. Aku belum pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Belum pernah merasa secinta ini kepada seseorang. Belum pernah merasa serindu ini. Belum pernah merasa setertarik ini. Meskipun beberapa pemuda telah silih berganti mengutarakan perasaan cintanya padaku namun tak ada yang mampu menyamai perasaanku terhadap Radun. Tak terasa Tarhim di Masjid telah berbunyi, time is over bersama Radun sore ini. Berharap besok-besok dapat lagi perkumpul dengannya. Aku berpamitan kepada semuanya dan aku pulang lebih dulu.
Nafsu makan serasa bertambah diiringi peningkatan berat badan, mungkin dipengaruhi oleh rasa hati yang terus berbunga-bunga dengan keberadaan Radun. Salah seorang pemuda desa mengajak para mahasiswa ke Kebun kelapa ayahnya, sebab kelapa orangtuanya sedang dipanen. Salah satu tradisi juga apabila ada warga yang panen kelapa, biasanya warga yang lain dipersilahkan menikmati buah kelapa mudanya.
Beli… teriak seseorang ingin berbelanja
Hai… mau beli apa ? tanyaku
Sirup ABC rasa jeruk ada ?
Ada.. mau berapa ?
Dua botol… Arrifa tidak mau ikut ?
Kemana ? tanyaku
Di Kebunnya Aco, acara makan kelapa muda.. Jawab mahasiswi itu menjelaskan.
Wah enak tuh.. tapi Radun tidak mengajakku.. Rasanya tidak etis ikut tanpa persetujuan dari leadernya. Pikirku
Baiklah, saya pergi dulu..
Ya.. terima kasih.. balasku
Huh,, seandainya Radun mengajakku,, ya Allah Aku ingin sekali ikut.. Assalamu alaikum,, aku menoleh,, waalaikumsalam.. oh my God,, teriakku dalam hati.. Radun.. Ayo ikut makan kelapa muda.. ajak Radun.. Secepat kilat saya menerima ajakan itu, “Baik saya pamit dulu sama orang tua didalam sambil mengganti baju”. Beberapa menit kemudian aku keluar dan kami menuju kebun bapak Aco dengan mengendarai motor. Entah motor siapa lagi yang Radun pinjam hari ini. Pikirku lucu. Dari bawah pohon kelapa terlihat kepala orang-orang yang sedang mencari tempat bernaung, tempat yang nyaman untuk mengupas kelapa muda.
Hai.. Kami disini.. Teriak mereka kepada kami seperti Tarzan di Tengah hutan.
Iya.. Kami sudah lihat.. Jawab aku dan Radun bersamaan, sambil tertawa kencang.
Berjalan diatas akar-akar pohon kelapa yang tersembul keluar dari dalam tanah, perlu berhati-hati sebab kaki seringkali tersangkut disana dan membuat kita terjatuh apalagi saat selesai hujan menjadikan akar-akar itu licin. Melewati pohon-pohon kelapa yang berbaris rapi ibarat pasukan perang yang sedang apel pagi, alangkah indahnya dunia ini. Radun menggenggam tanganku dengan erat memastikan bahwa aku tidak akan tergelincir, memastikan bahwa aku akan terlindungi saat bersamanya.
Es sirup kelapa muda sudah siap disantap saat kami tiba dalam rombongan. Masing-masing mengambil cangkang buah kelapa yang isinya telah dikeluarkan untuk kembali digunakan sebagai mangkuk dan sendoknya terbuat dari tempurung kelapa yang sama. Air kelapa mengandung anti oksidan dan ion yang tinggi, melepaskan dahaga, melepaskan segala gundah gulana dalam hati. Air kelapa bagi kami di desa seperti air minum sehari-hari, namun air kelapa yang aku minum kali ini terasa sangat istimewah dan eksklusif, cara menikmatinya pun ibarat aku berada di Pulau Hawaii nan indah. Sungguh ekspektasi yang sangat diluar nalar.
Arrifa mau tambah ? suara pujaan hatiku telah menyadarkanku dari ekspektasi ini.
Oh tidak, aku rasa sudah cukup. Jawabku
Kalau begitu ayo kita siap-siap untuk pulang. Kata Radun
Kami sudah disini selama beberapa jam namun mengapa yang aku rasakan hanya sejenak ? Aduh ternyata sedari tadi aku berekspektasi terlalu tinggi sehingga tidak menyadari bahwa aku berada dibawah pohon kelapa ini, ataukah karena aku merasa selalu ingin bersama Radun sehingga setiap ada waktu bersamanya rasanya hanya sejenak saja. Waktu terlalu cepat berlalu, pikirku saat Radun mengantarku pulang.
Terima kasih banyak ya.. ucapku saat turun dari kendaraan.
Sama-sama.. Saya balik dulu.. kata Radun sembari memutar motornya.
Dengar-dengar anak KKN sebentar lagi penarikan.
Iya, saya dengar juga begitu.
Katanya acara perpisahannya nanti diadakan di depan sekolah SD
Tentu mereka harus membuat sarapo.
Iya, kayaknya mereka juga akan menyewa hiburan
asyik kalau begitu kita bisa nonton live musik
Perbincangan tetangga seketika membuat dadaku sesak.
Penarikan.. itu artinya sebentar lagi mereka akan meninggalkan desaku, Radun akan meninggalkan aku juga. Baru saja benih bunga cinta itu bersemi, namun sekarang bunga itu menjadi layu dan berguguran diterjang badai topan kehidupan. Hancur lebur rasa hatiku. Astagfirullah, sadar Arrifa, kamu ini bukan siapa-siapanya Radun. Bisa jadi saat dia mengajakmu, dia hanya iseng-iseng atau dia sedang bertaruh gengsi dengan temannya, siapa yang bisa mengajak Arrifa dia hebat. Ataukah dia memang punya kebiasaan memberi harapan palsu dan mempermainkan perasaan wanita. Mungkin saja. Tapi aku tidak melihat itu sama sekali pada diri Radun. Kuakui perasaanku sangat berlebihan kepadanya. Terbesit tanya di benakku, apakah Radun merasa berat saat meninggalkanku nanti ? Jawabannya tentu tidak.. Dia hanya pendatang di desamu bahkan di hatimu, dia akan pergi kapan saja dia mau. Jadi aku harus bagaimana ? Tak sanggup rasanya menjalani hari tanpa memikirkan dirinya. Menunggu saat perpisahan bagaikan bom waktu yang siap untuk meledak.
Maukah kamu ke acara perpisahan mahasiswa sebentar malam ? Tanya sepupuku
Aku tidak bergeming, hatiku gamang, perasaanku hampa, jiwaku gundah gulana. Entahlah.. jawabku
Kalau kamu tidak mau pergi, saya juga tidak pergi.. Lanjut sepupuku
Ingin rasanya berteriak sekencang-kencangnya memanggil semua hewan yang ada di Hutan dan membagikan kepingan-kepingan hati yang hancur ini. Namun apa daya Aku hanya bisa menahan dinginnya perasaan yang sedang beku.
Nanti saya panggil kalau mau kesana.. Jawabku malas
Berbondong-bondong warga berjalan depan rumah menuju gedung sekolah SD tempat dilaksanakannya acara perpisahan mahasiswa KKN. Muda mudi berjalan sambil bersenda gurau. Bersandar di teras rumah sambil melamun dengan pakaian yang sebenarnya sudah rapi dan siap untuk mengikuti acara perpisahan namun perasaan kurang mood, hingga beberapa saat terdengar suara,
“Ayo kesana tunggu apalagi !”
Sekali lagi kau mengajakku Radun, membuat hatiku hancur luluh, namun apakah ini merupakan ajakan yang terakhir Radun padaku.
Eh.. Em.. Aku jadi salah tingkah.. Tanpa berpikir panjang Aku langsung berpamitan kepada bapak, lalu kami berjalan menuju lokasi acara perpisahan.
Dalam perjalanan bibirku terasa keluh, sesungguhnya banyak hal yang ingin kutanyakan. Mengapa Dia mengajakku ? Apakah Dia menyukaiku ? Apakah Dia mencintaiku ? Apakah perasaannya sama yang Aku rasakan ? Apa sih sebenarnya tujuan Dia setiap kali mengajakku ? Aku sangat mencintainya. He is my first love. Dia begitu menawan, begitu sempurna dimataku, Aku tidak memiliki energi untuk mengutarakan seluruh isi hatiku padanya.
Radun menarik tanganku melewati kerumunan orang-orang yang sedang asyik memperhatikan pertunjukan di panggung. Setelah menemukan kursi di teras perumahan SD yang ramai Radun memintaku duduk kemudian Dia pamit sejenak ke panggung untuk memberi sepatah kata sebagai ucapan terima kasih sekaligus ucapan perpisahan kepada seluruh warga desa Bambalamotu dimana mereka melaksanakan KKN dan telah diterima dengan baik disana. Katanya “Dimana ada pertemuan disitu ada perpisahan”, kenyataannya tidak sesederhana yang dikatakan. Betapa berat rasa hatiku mendengar kata perpisahan.
Suatu hari dikala kita duduk di tepi pantai
Dan memandang ombak dilautan yang kian menepi
Burung camar terbang bermain diderunya air
Suara alam ini hangatkan jiwa ini
Sementara sinar surya perlahan mulai tenggelam
suara gitarmu mengalunkan melodi tentang cinta
Ada hati membara erat bersatu
Getar seluruh jiwa tercurah saat itu
Kemesraan ini janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini ingin kukenang selalu
Hatiku damai, jiwaku tentram disampingmu
Hatiku damai, jiwaku tentram bersamamu
Mereka menyanyikan lagu ini secara bersama-sama dan Radun yang mengiringi dengan gitarnya. Rasanya sangat memilukan. Aku hanya bisa memandangi mereka dengan tatapan kosong. Malam ini adalah malam terakhir mahasiswa itu berada di desaku. Pikiran yang menyiksaku datang lagi. Aku merasa sunyi ditengah keramaian ini. Waktu menunjukkan sudah hampir jam sepuluh. Aku memberi isyarat kepada Radun bahwa Aku ingin pulang. Radun menghampiri dan memintaku untuk menunggu hingga acara berakhir. Namun aku merasa tidak mood untuk tetap bertahan disana, jadi aku beralasan takut kepada bapak bila pulang lewat dari jam sepuluh. Dengan berat hati Radun melepaskanku pulang. Dia sangat meminta maaf karena tidak dapat mengantarku sebab acara masih sementara sedang berlangsung dan dia adalah pemeran utama dalam acara tersebut. Berusaha memejamkan mata dan mengosongkan pikiran, kemudian memanjatkan doa sebelum tidur.
Suara Adzan subuh membangunkan. Dingin sekali pagi ini mungkin dipengaruhi oleh dinginnya rasa hatiku. Air wudhu yang menyentuh kulit terasa menyayat-nyayat hingga ke kalbu. Sholat lah Arrifa, tenangkan hatimu, berpikirlah positif, La Tahzan innallaha ma’an, jangan bersedih sesungguhnya Allah bersamamu. Sholat, dzikir, mendekatkan diri kepada Tuhan adalah obat bagi jiwa yang sedang galau. Sepertinya mukenaku sudah dekil, warnanya juga sudah pudar, maklum mukena pemakaian sehari-hari. Kebiasaan kaum hawa, mukena sehari-hari dibiarkan dekil, pudar, sobek bahkan bau amis sementara mukena baru persiapan buat Tarawih dan Shalat ied. Akulah salah satunya. Sebentar sudah harus dicuci mukena ini , pikirku.
Beli… Terdengar seseorang ingin berbelanja.
Rupanya seorang mahasiswi yang berbelanja di pagi-pagi buta buat prepare barang-barangnya untuk pulang.
Beli apa ? Jawabku
Kresek plastik besar ada ?
ada, mau berapa ?
Dua saja… Sambil menerima plastik dia bertanya “Arrifa tidak mau kesana liat Radun berangkat ?
Jam berapa berangkat ? Tanyaku
Mungkin jam-jam sembilan begitu.. jelas mahasiswi itu
iya, insya Allah.. jawabku tersenyum
Nyapu lantai sudah, nyapu halaman sudah, nyuci pakaian sudah, masih ada waktu menyaksikan mahasiswa berangkat. Aku berjalan menuju Posko mereka, dari kejauhan terlihat para mahasiswa menaikkan barang-barang mereka ke atas mobil pick-up yang akan mereka tumpangi. Suatu pemandangan yang sangat memilukan. Aku melihat Radun tersenyum padaku, akupun balas tersenyum. Bersama pemuda desa lainnya aku berkumpul di depan posko menunggu keberangkatan mereka. Tiba-tiba Radun menghampiri.
Ini untuk Arrifa, sembari memberikan sebuah buku kecil di tanganku.
Terima kasih.. Ucapku terbata-bata. Aku tak mampu menatap wajahnya.
Beberapa mahasiswi menangis meresapi perpisahan bersama pemilik rumah, teman-teman pemuda dan pemudi desa sambil bersalam-salaman. Aku terpaksa meninggalkan mereka dan berjalan disamping Masjid.. Tak terasa air mata berlinang memandangi buku kecil yang ada ditanganku. Perlahan-lahan terdengar Suara mesin mobil pick-up itu dinyalakan. Mereka melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. Mereka berlalu membawa kenangan setelah hadir membawa cinta dan duka bagiku.
Anggur Cinta karya Khalil Gibran, buku kecil hadiah perpisahan.
“Halo sahabat Dumai..Tolong Infonya donk..Makanan apa yang bisa bikin kenyang ? Tulis seorang netizen di beranda Facebooknya.
“Makan angin bu, bisa bikin kembung.. Jawab netizen lainnya
“Makan hati bu, bisa bikin kurus.. Komentar netizen selanjutnya
Ada-ada saja perbincangan wargaNet. Tapi lucu juga, dan Aku paling suka perbincangan yang bernuansa komedi atau lelucon. Hidup ini butuh hiburan, butuh bacaan ataupun tontonan yang renyah serta menghibur. Hari gini, kebutuhan akan HP melebihi kebutuhan akan makanan. HP sudah menjadi kebutuhan primer. Seseorang akan kehilangan selera makan bila HPnya bermasalah. Sebagian besar orang tetap focus memandangi HPnya pada saat-saat genting sekalipun, misalnya saat sedang mengemudi, saat berada di Toilet, saat sedang makan, saat waktunya untuk tidur. Dampak negatif dari penggunaan HP secara berlebihan tentu banyak juga antara lain, terlalu banyak begadang muka pucat karena darah berkurang, eh kok malah jadi lagunya Bang Rhoma Irama ini, tapi ada benarnya juga kan. Selain itu penggunaan HP secara berlebihan dapat pula mengancam kesehatan kedua mata, yaitu bola mata dan mata pencaharian.
Aku baru mengenal social media tatkala dunia ini dilanda pandemic. Dimana seluruh aktivitas diluar rumah dibatasi. Stay at home, work at home, learning at home, rapat online, belajar online, apalagi belanja, mau pandemic, musim paceklik, atau tanggal tua tetap saja belanjanya online, sekalipun paylater. Semua serba online, sementara HP yang kumiliki nada deringnya saja masih poliponik bahkan monoponik sudah tentu bukan HP pintar alias smartphone, aplikasinya terbatas, sedangkan kurikulum darurat memberlakukan sistem belajar Daring (dalam jaringan). Guru diwajibkan membuat video yang berisi penjelasan tentang materi pelajaran yang kemudian dikirim kepada siswa. Kemudian siswa melaporkan kegiatan dan hasil belajarnya kepada guru dengan cara yang sama. Otomatis guru dan siswa wajib memiliki smartphone untuk hal tersebut.
Ini HPnya sudah siap bu.. mau dibantu isi aplikasi apa ? Tanya pelayan toko
Isikan apa saja de’ yang sedang viral saat ini .. jawabku
Beberapa jenis social media sudah saya downloadkan. Facebook, Twitter, Telegram, Instagram, WhatSapp dan Tik Tok.. Ibu bisa langsung buka sendiri nanti.. Kata pelayan toko.
Baik, terima kasih banyak de’.. Ucapku sambil berlalu
Pengguna social media saat ini bukan hanya orang dewasa tapi segala umur. Tua, muda, remaja, anak-anak, bahkan balita, sudah terbiasa menyaksikan video dalam genggaman. Satu demi satu sahabat menyapa di beranda. Sahabat yang kenal sejak dari TK, SD, SMP, SMA, sampai kuliah bergantian mengajak join di group yang sudah lama mereka bentuk.
Selamat bergabung Arrifa… Sambut si admin group setelah menambahkan aku.
Kamu dari mana saja ? kenapa baru muncul ? tulisan chat di group.
Sibuk.. maklum ibu-ibu rempong.. jawabku Sesungguhnya aku merasa minder, kalau-kalau teman tau bahwa aku baru saja mengenal media social.
Arrifa ini di’ ? Tanya seorang teman. Mungkin setelah melihat foto profilku.
Astaga,, saya kira siapa.. Kata seorang teman lainnya.
Aku hanya mengirim gambar emoji tersenyum menanggapi celoteh mereka.
Bagaimana kabarnya si Ini ? bagaimana kabarnya si Itu ? ingat tidak sama guru matematika kita yang killer itu ? ingat tidak saat kita ke Tanah Toraja ? saling bertanya, saling mengingatkan nostalgia masa lalu, sangat menyenangkan. Kenapa tidak dari dulu ya aku kepikiran untuk bersosial media ? Ah, aku memang ketinggalan zaman. Fokusnya jadi guru profesional saja. Tapi guru profesional jaman now juga ditandai dengan kemampuannya menguasai teknologi. Jadi kalau begitu aku mengidap keduanya, ketinggalan zaman plus gagal teknologi. Yah tidak apa-apa yang penting masih bisa bernafas.
“Jangan kau kira saya tidak tahu kebusukanmu ! Dasar pelakor !”
Mau ketawa takut dosa.. Umpatan yang diposting netizen sebagian besar berasal dari kata hati dan apa yang sedang ia pikirkan saat itu. Netizen memiliki rasa kepuasan tersendiri tatkala melampiaskan kekesalannya di media social. Tujuannya bisa bermacam-macam, antara lain ; agar orang-orang bisa pada tahu apa yang sedang ia lakukan, apa yang sedang ia pikirkan, dimana ia sedang berada, apa persoalan yang sedang dialaminya, ataukah agar seseorang yang sedang dimaksudkan dalam postingan itu merasa bahwa kejahatannya telah tercium. Sindir menyindir dalam dunia maya itu hal yang lumrah. Tidak jarang dalam kehidupan nyata perseteruan yang diposting tersebut berujung perkelahian. Sungguh aneh tapi nyata.
Chat seseorang yang masuk membunyikan HP. Segera aku mengeceknya. Pada layar terlihat gambar stiker yang bertuliskan “Assalamualaikum Wr Wb”. Ini siapa ya sepertinya pengikut baru karena belum berteman. Aku menekan gambar profil dan Ahahaha tawaku meledak melihat fotonya ternyata dia adalah teman semasa SMAku dulu, yang orangnya gokil dan lucu, dia sangat dekat denganku, dia sangat suka menggangguku bahkan pernah sekali waktu dia membuatku menangis karena caranya bermain terlalu berlebihan.
Waalaikumsalam,, bagaimana kabar ta ? aku membalas chat itu.
Alhamdulillah baik, kalau kita iyya ? tanyanya balik.
Alhamdulillah baik juga,, sekarang tinggal dimana ? aku balas bertanya.
Tadinya tinggal di Mamuju tapi sekarang sudah pindah ke Mamuju Tengah.. kata temanku itu.
Setelah DPR RI menerbitkan surat keputusan tanggal 27 Januari 2003 menyetujui Mamuju Utara sebagai kabupaten baru terbentuk pula kabupaten Mamuju tengah yang diresmikan pada tanggal 14 Desember 2012. Namun sebelumnya pada tanggal 5 Oktober 2004 provinsi Sulawesi Barat juga diresmikan menjadi provinsi ke 33 di Indonesia, sebagai hasil pemekaran daerah otonomi baru terpisah dari Sulawesi Selatan. Sulbar singkatan dari Sulawesi Barat saat ini memiliki enam kabupaten yaitu Kabupaten Mamuju, Mamuju Utara, Mamuju Tengah, Polewali Mandar, Majene dan Mamasa. Setelah terbentuk menjadi provinsi barulah perlahan-lahan listrik masuk ke desa kami hingga ke pegunungan, diikuti pula dengan masuknya sinyal jaringan telekomunikasi yang sejatinya telah sangat lama dinanti-nantikan oleh masyarakat pedesaan seperti kami.
Kamu sendiri tinggal dimana ? lanjut teman itu bertanya.
Aku tinggal di Pasangkayu.. Jawabku.
Pada tahun 2017 nama kabupaten Mamuju Utara resmi diganti dengan nama Pasangkayu, alasannya seperti yang telah aku jelaskan sebelumnya atau mungkin juga karena sudah terlalu banyak kabupaten yang menggunakan nama “Mamuju”, jadi pemerintah setempat berinisiatif untuk mengubah nama Mamuju Utara menjadi nama aslinya yaitu Pasangkayu yang berasal dari kata “Vovasanggayu” bahasa daerah disini yang berarti sepasang pohon besar tumbuh di Pantai yang dijadikan simbol oleh para pelaut apabila melintas di Wilayah ini.
Betapa cepat teman-teman lama ini menemukanku, padahal aku baru saja mempelajari cara memanfaatkan media sosial ini. Itu artinya media sosial dapat juga dimanfaatkan untuk mencari orang hilang, atau dijadikan sarana untuk mencegah penjahat kabur dari pencarian, pikirku lucu. Tiba-tiba aku mengingat sebuah nama, ya nama seseorang yang telah menorehkan rasa patah hati yang pertama dan terdalam kala itu. Aku mencoba mengetik namanya pada pencarian tapi tidak ketemu. Banyak nama yang sama muncul tapi orangnya berbeda. Tentu saja aku masih mengingat wajahnya tapi sebetulnya ingatanku juga sudah buram untuk membangkitkan kembali memori dua puluh tahun silam.
“Assalamu alaikum”.. ucap beberapa tamu secara bersamaan.
“waalaikum salam”.. jawab kami dari dalam rumah.
Begitu tamunya nongol eh ternyata keluarga yang sangat sangat sudah lama tak bersua. Sambil beristirahat, para tamu berbincang-bincang dan makan ala kadarnya menu yang kami sajikan secara spontan karena tidak menyangka mereka akan datang. Beberapa saat kemudian para tamu itu berpamitan dan sebelum pamit untuk melanjutkan perjalanan kami saling berbagi nomor handphone soalnya nomor HP yang dulu sudah diganti semua katanya. Alhamdulillah para tamu berangkat setelah beristirahat sejenak dan diberi jamuan yang sangat sederhana. Tamu adalah raja, tamu juga pembawa rezeki.
Nomor HP yang tersimpan rupanya dapat terkoneksi secara langsung ke social media yang bersangkutan. Gambar profil muncul di beranda dengan tulisan “Orang yang mungkin anda kenal”. “tambah jadi teman” perintahnya. Apabila kita berkenan untuk berteman di social media silahkan klik tulisan tadi, bila tidak maka abaikan saja. Saat me time, aku memanfaatkan untuk scroll beranda facebook, ini salah satu media sosial yang paling digemari netizen kayaknya. Jariku terhenti tatkala mataku tertuju pada gambar seseorang. Terlihat berbeda dengan rambut yang terpotong rapi. Ternyata seperti ini wajahnya saat rambutnya pendek, pikirku. Rambutnya yang panjang melewati bahunya kala itu memberika daya tarik pada seorang remaja desa. Kini sudah berubah setelah dua puluh tahun lamanya. Hidup setiap orang pun akan berubah dalam kurun waktu yang sangat lama seperti itu. Aku mengirimkan permintaan pertemanan. Setelah dikonfirmasi, aku mencoba menyapanya.
“Assalamu alaikum”… Waalaikum salam, jawabnya..
Bagaimana kabarnya ?.. Alhamdulillah baik… jawabnya lagi
Tunggu dulu,,, siapa ini ? sepertinya dia rada rada penasaran.
Sudah lupa rupanya… kataku basa basi
Arrifa… ini Arrifa kan ? tebaknya
Iyya… sedang apa sekarang ? tanyaku membuka percakapan
Sedang duduk saja setelah menyelesaikan pekerjaan. Sudah berapa anggota ?
Anakku sudah tiga.. serasa sudah seperti nenek nenek aku ini. Jawabku bercanda.
Anakku juga sudah tiga tapi semuanya perempuan.. jawab Radun
Yang mana ini istrinya Radun ? aku penasaran..
Gambar seorang wanita bersama anaknya terlihat dilayar.. cantik ya.. Aku memuji
Usiaku beda sepuluh tahun dengannya..
Masih sangat muda.. pantesan cantik.. maaf sudah dulu ya aku lupa ada hal yang penting yang harus kuselesaikan. Lain kali boleh disambung ceritanya, tulisku disertai dengan gambar emoji tersenyum.
Arrifa tidak boleh leluasa mengirimi saya pesan,, saya tidak enak sama istri dan anak-anak,, saya harus menjaga perasaan dan kesetiaan istriku.. Jelas Radun
Manusia langka,, pikirku
Di Tengah berkembangnya media komunikasi yang dapat menghubungkan manusia dari seluruh penjuru dunia tanpa batas, berhubungan komunikasi dapat dilakukan secara terang-terangan maupun diam-diam. Dimana pria, wanita, lajang, menikah, bebas berkomunikasi, Radun bahkan sangat menghargai istri dan privasinya. Kamu memang selalu dapat dikagumi kawan.
Semoga hari-harimu dipenuhi dengan kebahagiaan,, segala harapan dan impianmu dapat segera tercapai,, hidup berkah bersama keluarga tercinta,, begitupun dengan diriku. Aamiin……..
Kreator : SARDIANA
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: LOVE IN SULBAR “Kakak Mahasiswa itu”
Sorry, comment are closed for this post.