Selesai latihan Alesha segera berjalan menuju toilet yang ada di bagian dalam gedung untuk berganti pakaian. Selesai berganti pakaiannya Alesha memeriksa lengan kirinya yang memar biru keunguan sepanjang sikunya dan mulai terasa nyeri. Alesha segera membasuh wajahnya, lengan dan kakinya agar lebih segar. Lalu mengusapkan minyak kayu putih yang selalu ada di dalam tasnya untuk meredakan rasa sakit di bagian sikunya. Kemudian Alesha melihat jam tangan yang baru saja dikenakan di pergelangan tangan kanan, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 17.50 WIB.
Alesha bergegas melangkah ke mushola di ruangan sebelah untuk melaksanakan sholat maghrib. Di halte sambil menunggu bus, Alesha ngobrol dengan tiga orang temannya sesama karateka.
Drrrttt …. Drrrtt …
Suara ponsel Alesha bergetar dan Alesha segera membuka ponselnya. Lalu membaca nama pengirim pesan tertulis yang ternyata Revan. Tanya Revan dalam pesan singkatnya. Alesha agak terkejut ketika membaca isi pesan tersebut, dirinya lupa telah berjanji kepada Revan untuk pulang bersama.
Sha, dimana sekarang?
Lagi di halte, kenapa?
Pulang sekarang ya?
Iya, ada apa?
Sha … maaf gak jadi pulang bareng.
Aku masih latihan sampai jam tujuh malam.
Kamu hati-hati di jalan ya.
Isi pesan Revan kepada Alesha yang masih berdiri di halte menunggu bus. Alesha tidak terlalu berharap bisa pulang bersama Revan dan dia juga baru mengenal Revan. Selain itu Revan juga masih siswa sekolah menengah atas sudah pasti usianya lebih muda dari Alesha, jadi bagaimana mungkin dia bisa percaya diri untuk bisa lebih akrab dengan lelaki muda itu. Alesha tersenyum menatap isi pesan dari Revan yang terlihat begitu perhatian dan segera mengetik balasan pesan tersebut dengan kata, “Oke”.
Tetapi tidak berapa lama ponselnya kembali bergetar menandakan ada pesan tertulis yang masuk kembali ketika Alesha akan menyimpan ponselnya ke dalam tas. Alesha segera membuka layar ponselnya dan membaca nama pengirim pesan tersebut yang ternyata masih dari Revan.
Sha, kamu gak apa-apa kan?
Nggak apa-apa.
Alesha segera membalas pesan itu, berpikir mengapa harus keberatan pulang latihan sendiri, lagi pula dirinya sudah terbiasa dan tidak mau bergantung kepada siapapun.
Sha, hati-hati di jalan ya.
Kabarin kalau kamu sudah sampai dirumah.
Iya baik, makasih ya.
Sebenarnya Alesha ingin bertanya kepada Revan, pulang latihan jam berapa? Tetapi Alesha agak ragu sehingga kata-kata yang sudah ditulis itu dihapus kembali. Alesha memasukkan kembali ponselnya dan menunggu bus untuk mengantarnya pulang. Teman-teman sudah naik bus lebih dulu karena tujuan mereka berbeda.
Dan, akhirnya bus yang ditunggu Alesha pun tiba tepat dihadapannya, Alesha segera melangkahkan kaki memasuki bus dan duduk di dekat pintu keluar. Penumpang bus belum terlalu banyak sehingga masih banyak kursi yang kosong.
*****
Selesai mandi dan makan malam Alesha kembali ke kamarnya menyiapkan buku-buku untuk jadwal kuliah keesokan harinya. Karena besok ada praktek bengkel jadi Alesha menyiapkan wearpack atau coverall (baju safety atau pakaian keselamatan kerja yang digunakan oleh teknisi) ke dalam tas ransel andalannya. Alesha mengambil waktu santai ini dengan membaca novelnya sambil mendengarkan lagu dari ponselnya.
Drrrtt …. Drrrtt.
Telepon seluler Alesha bergetar sejenak, pertanda ada pesan tertulis yang masuk. Alesha segera membuka layar ponselnya dan membaca nama pengirim pesan yang ternyata Revan. Tangan Alesha segera membuka dari Revan dan membaca pesan tertulis itu perlahan.
Sha…lagi ngapain?
Sudah makan atau belum?
Lagi baca buku.
Tadi sudah makan kok.
Sampai rumah jam berapa tadi Sha?
Hampir jam 8 malam.
Alesha ingin balik bertanya kembali kepada Revan mengapa tidak memberinya kabar ketika selesai latihan dan jam berapa sampai di rumah. Akan tetapi dia merasa ragu dan pada akhirnya Alesha hanya terdiam sesaat lalu kembali menghapus kalimat yang sudah ditulisnya. Kemudian Alesha hanya memandangi layar ponselnya menunggu Revan yang tampaknya sedang menulis pesan. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya pesan dari Revan pun kembali masuk ke telepon seluler Alesha..
Sha, kamu sudah mau tidur ya?
Belum, masih baca buku.
Oh kirain sudah mau tidur.
Sha,besok kuliah?
Iya, kenapa?
Kuliah jam berapa besok?
Jam 8 tapi besok ada praktek.
Oh, jadi pulang jam berapa?
Sepertinya sore.
Hening beberapa saat, tidak ada balasan dari Revan akhirnya Alesha kembali melanjutkan membaca bukunya yang tertunda karena membalas pesan obrolan dari Revan. Setelah sepuluh menit ponselnya berbunyi kembali dan Alesha segera membuka layar ponselnya. Ternyata pesan tertulis dari Revan.
Gimana tadi latihannya?
Biasa aja.
Cuma agak memar aja.
Balas Alesha menambahkan tetapi setelah mengklik tombol kirim dia merasa menyesal tetapi terlambat baginya untuk menarik atau menghapus pesan itu kembali karena dalam sekian detik Revan langsung mengirim balasan .
Loh kenapa Sha?
Belum sempat Alesha membalas pesan obrolan tersebut, tiba-tiba Revan sudah melakukan panggilan telepon. Alesha agak ragu untuk menjawab telepon tersebut, namun akhirnya Alesha menekan tombol jawab dan berkata, “Halo”.
Dan, Revan langsung memberondong Alesha dengan berbagai pertanyaan seperti bagian mana yang memar, kenapa bisa terluka, sudah diberi obat atau belum, bagaimana kondisinya sekarang dan masih banyak lagi. Alesha terdiam beberapa saat menunggu Revan selesai berbicara karena merasa kebingungan harus menjawab pertanyaan mana terlebih dahulu. Kecepatan bertanya Revan mengalahkan bunyi peluit wasit pikir Alesha sambil mengusap bagian diantara kedua alisnya. Pertanyaan Revan yang beruntun seperti seorang ibu yang khawatir dan panic mengetahui anaknya jatuh dan terluka.
“Sha, ko diam kamu kenapa, hm?” Tanya Revan dengan tidak sabar dan semakin khawatir.
Akhirnya Alesha menceritakan kejadian saat latihan yang menyebabkan cedera di bagian lengannya secara singkat. Terakhir Alesha mengatakan cederanya sudah tidak apa-apa dan sudah diobati. Akhirnya pembicaraan di telepon pun berakhir setelah Revan mengatakan untuk berhati-hati selama latihan dan mengingatkan Alesha untuk mengobati luka memarnya dengan baik.
Setelah mengucapkan terima kasih, lalu membalas ucapan selamat malam dan selamat tidur Alesha pun menutup ponselnya. Pikiran Alesha melayang mengingat saat siang tadi pertama kalinya bertemu dengan Revan di halte bus. Revan masih mengenakan seragam sekolah SMA. Dilihat dari sini tentunya usia Revan lebih muda daripada Alesha tetapi sepertinya Revan tidak mempermasalahkan tentang perbedaan usia mereka.
Terlihat sejak pertama kali menyapa Alesha dan sepanjang perjalanan Revan selalu menjadi teman ngobrol yang mengasyikan sehingga membuat Alesha nyaman menanggapi pembicaraan Revan dan melupakan perbedaan usia mereka. Bahkan Revan tidak pernah menanyakan berapa usia Alesha setelah tahu dirinya adalah seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi. Revan juga tidak merasa risih atau terganggu dengan suara tawa sekelompok pelajar perempuan yang ngobrol dan bercanda di samping mereka sambil sesekali siswi-siswi itu melirik Revan dengan diam-diam. Padahal Alesha sempat beradu pandang dengan salah satu siswi yang sedang memperhatikan Revan.
Sedangkan menurut pemikiran Alesha bukankah seharusnya Revan lebih tertarik dan berkenalan dengan sekelompok siswa-siswa perempuan itu. Karena menurut Alesha itu akan lebih menyenangkan untuk dapat bergaul dengan teman-teman seusianya jika dibandingkan dengan yang usianya lebih tua seperti dirinya. Alesha hanya menarik napas panjang dan menghembuskannya kembali seperti sedang membuang beban berat dari dalam hatinya.
*****
Pagi ini cuaca agak mendung, jadi Alesha memakai sweater dan membawa rain coat (Jas hujan) kesayangannya untuk berjaga-jaga jika cuaca mendadak hujan. Alesha sedang berdiri menunggu bus untuk mengantarnya ke kampus pagi ini. Tidak lama bus yang ditunggunya pun tiba, mengantarkan Alesha dan penumpang lainnya menuju tempat tujuan. Alesha melangkahkan kakinya dan mencari bangku yang kosong.
Duduk berdampingan dengan seorang wanita muda yang tampaknya akan berangkat untuk bekerja. Alesha memperhatikan wanita itu sejenak, wanita itu berpenampilan rapi dan Alesha membandingkan dengan dirinya sendiri. Dia tersenyum samar melihat penampilannya yang jauh dari kata feminim. Hal ini yang sering membuat Alesha merasa tidak nyaman dan kurang percaya diri. Alesha masih mengenakan sepatu kets dan tas ransel karena banyak barang yang harus dibawa untuk persiapan praktek bengkel nanti siang.
Wanita itu menoleh ke arah Alesa dan tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya. Alesha kaget sejenak dan membalas senyuman tersebut lalu menundukkan kepalanya karena khawatir wanita itu menyadari kalau dia tadi sedang memperhatikannya. Ketika dalam perjalanan menuju kampus atau pulang dari kampus Alesha senang memperhatikan orang-orang yang ada disekitarnya. Laki-laki, perempuan, orang dewasa maupun anak kecil, cara mereka berpakaian, berbicara dan gerak-gerik orang-orang tersebut adalah hal-hal yang menarik untuk perhatian Alesha.
Sampai di kampus Alesha melangkah memasuki fakultasnya yang masih sepi dan langsung menaiki anak tangga menuju ke kelasnya di lantai tiga. Ruangan masih agak sepi baru ada temannya Agung dan Alam yang selalu hadir lebih awal. Menyapa temannya sebentar Alesha menuju bangku di barisan depan lalu mulai mengeluarkan buku dan peralatan tulisnya.
Alesha mengeluarkan ponselnya yang berbunyi sejak tadi dia menaiki anak tangga. Membuka layar ponselnya ternyata ada pesan tertulis dari Revan, mengucapkan selamat pagi dan menanyakan apakah Alesha sudah sampai di kampusnya. Revan juga menanyakan kondisi memar di lengannya, Alesha membuka sweater lengan panjangnya dan melihat sesaat memar di lengannya yang masih berwarna ungu. Dan secara kebetulan Agung melihat memar di lengan Alesha dan membuatnya terkejut. Insting tawurannya langsung memuncak dan dengan tergesa bertanya kenapa lengannya memar ungu seperti itu, siapa yang memukulnya, ada berapa orang dan dimana kejadiannya.
Pertanyaan Agung yang tanpa jeda seperti wartawan yang sedang meliput berita membuat Alesha kesulitan untuk menjawab. Dan memancing teman-teman lainnya yang sudah mulai berdatangan segera menghampiri Alesha dan Agung untuk melihat dan memeriksa lengan Alesha yang tampak memar keunguan. Suasana agak sedikit memanas karena mereka berpikir Alesha habis dipukuli orang dan mereka langsung membuat rencana untuk membalas dendam. Dengan kondisi seperti ini akhirnya Alesha tidak tahan dan mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan keributan itu sambil berkata.
“Stop, gantian bicaranya jangan ambil kesimpulan dulu deh.” Seru Alesha sambil menyilangkan kedua tangannya.
“Ini cuma memar sedikit bekas kemarin latihan jadi gak apa-apa.”
Alesha memberi penjelasan singkat kepada teman-temannya yang mulai emosi dan penasaran melihat memar di lengannya, akhirnya suasana kelas pun kembali tenang.
“Yahh kirain cuaca cerah, cuaca mendukung kita udah siap nih mau pemanasan. Sudah lama nggak olahraga jadi badan terasa pegal.” Kata Adit tampak sedikit kecewa.
Alesha paham perkataan cuaca cerah dan mendukung itu tanda bersiap untuk berkelahi tawuran memukul dan menendang itu Adit menyebutnya olahraga.
“Aah bilang aja mau bolos kuliah tuh, alasan udah lama nggak olahraga.” Jono menimpali sambil tertawa kecil.
“Kok tahu sih Mas Jono ini.” Ujar Adit sambil senyum manis mengedipkan sebelah matanya.
“Sha cantik, kayak bidadari.“ Ucap Adit menatap Alesha yang sedang membuka buku catatannya tidak peduli.
“Sha, tugas Mektek (Mekanika Teknik) udah belum?” tanya Adit duduk di hadapan Alesha.
“Kenapa memangnya?” jawab Alesha singkat.
“Sama nggak jawabannya?” Ucap Adit dengan senyum yang dibuat manis.
“Ah, bilang aja mau nyontek.” Timpal Agung mengambil kursi dan duduk di sebelah Alesha bersiap menulis.
“Nah betul itu maksudnya mas Agung ganteng ko paham banget sih. Yuk ah kita nyontek bersama. Kebersamaan itu indah.” Sahut Adit tertawa lebar sambil membuka buku catatannya mulai menulis.
Akhirnya, tanpa instruksi, mereka membuat lingkaran dari kursi untuk menyalin jawaban tugas mata kuliah Mekanika Teknik dari Alesha. Dan, sebagai imbalannya, mereka patungan untuk mentraktir Alesha makan siang di kantin belakang kampus.
Melihat situasi ini Alesha bergumam, kalau satu orang yang menyalin tugasnya dikenakan lima ribu. Dan jika yang menyalin pekerjaannya ada sepuluh orang maka hasil yang didapatkan lumayan juga membuat wajah Alesha langsung berbinar dan tersenyum membayangkan lembaran uang yang akan diterimanya. Ide cemerlang yang baru saja tersirat hari ini dan akan diberlakukan untuk tugas kuliah yang akan datang. Alesha pun tersenyum sendiri, sambil memperhatikan teman-temannya yang masih asyik dengan kesibukkannya menyalin jawaban tugas mata kuliah Mekanika Teknik.
*****
Alesha kuliah di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri jadi sebagian besar dosen pengajarnya adalah laki-laki dan hampir sebagian besar adalah perokok. Terkadang pada saat jam kuliah ada beberapa dosennya yang memberikan kelonggaran kepada mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan sambil merokok karena dosen pun mengajar sambil sesekali merokok. Tetapi sebelumnya ada kesepakatan antara dosen dan mahasiswa, terutama menanyakan kesediaan Alesha dan Novita terlebih dahulu. Bila Alesha dan Novita keberatan karena asapnya maka dosen tidak akan merokok dalam ruangan begitupun teman-teman yang laki-laki.
Sungguh suasana perkuliahan yang menyenangkan menurut Alesha. Selain dia tidak perlu berdandan cantik dan berpakaian feminim seperti mahasiswi fakultas kedokteran yang mewajibkan mahasiswa perempuan untuk memakai bawahan rok, dilarang memakai kaos dan tidak diperkenankan memakai sepatu kets.
Saat awal masuk di fakultas teknik mewajibkan tinggi badan untuk wanita minimal 155 cm sedangkan tinggi badan Alesha 161 cm jadi tidak masalah. Selain itu tidak buta warna dan untuk mahasiswa perempuan dianjurkan agar rambutnya pendek tidak melebihi bahu. Bila rambutnya sebahu disarankan untuk mengikat rambutnya dengan rapi dari bahan yang aman (bukan besi). Hal ini terkait keamanan pada saat mahasiswa perempuan melaksanakan praktek langsung di bengkel atau mesin produksi.
Pada perkuliahan hari ini diawali dengan kesepakatan bahwa dosen dan mahasiswa laki-laki bisa merokok dalam kelas dengan catatan Alesha dan Novita duduk dekat jendela. Jendela-jendela dibuka dan kipas dinyalakan sehingga asap rokok bisa keluar ruangan serta yang paling utama merokok hanya sebatang untuk satu orang tidak boleh lebih.
Teman-teman Alesha yang laki-laki bersorak gembira sambil bertepuk tangan karena dosen yang baik hati kali ini secara sukarela membagikan sebungkus rokoknya. Harga rokokkan lumayan mahal untuk kantong mahasiswa seperti mereka. Jadi ketika diberikan rokok gratis rasanya pasti sesuatu yang berharga jatuh dari langit.
Benar-benar cuaca yang cerah dalam kelas walaupun diluar tampak langit muram kelabu karena mendung.
Kreator : Alia Lestari
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Love In You Eyes Chapter. 2
Sorry, comment are closed for this post.