PETAK DANUM
Petak Danum adalah istilah yang akrab didengar oleh kaum masyarakat suku Dayak Ngaju. Petak adalah tanah sedangkan Danum adalah air, dua unsur ini tidak bisa terlepas dalam kehidupan masyarakat suku Dayak Nagaju (suku Dayak Pedalaman) yang notabene masyarakatnya mayoritas hidup di daerah pelosok hutan dan pinggiran sungai. Unsur tanah yang dimaksud adalah bagaimana kehidupan masyarakat Dayak tidak terlepas dengan hasil bumi dari tanah sebagai penghidupan mereka sehari-hari. Banyak terdapat hasil yang berasal dari tanah, dimana daerah kalimantan terkenal dengan kesuburan tanah yang tinggi sehingga masyarakat Dayak sangat menggantungkan usaha maupun kehidupan mereka dengan hasil dari bumi yaitu pengelolaan tanah mereka.
Salah satu kehidupan sosial masyarakat Dayak Ngaju yang berkaitan dengan istilah Handep Hapakat adalah bukti bagaimana mereka mengelola lahan pertanian atau pun bercocok tanam secara bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sehari-hari, misal seperti menanam tanaman bahan-bahan pokok yaitu padi, lombok, kunyit, serai, bawang, sayur-sayuran, buah-buahan dan masih banyak lagi. Selain itu juga ada jenis tanaman yang bisa menjadikan usaha meningkatkan ekonomi hasil dari pengelolaan Petak (tanah) seperti Karet, rotan, damar, kayu Ulin dan jenis kayu hutan lainnya. Selain itu Petak (tanah) juga bagi masyarakat Dayak Ngaju banyak memberikan nilai ekonomis dalam hal energi dan mineral seperti emas, biji besi, tembaga, batu bara dan lain sebagainya.
Tidak kalah penting unsur Danum (air) bagi masyarakat Dayak merupakan sesuatu yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan mereka, yang mayoritas pemukimannya di pinggiran sungai dan biasanya setiap pemukiman masyarakat Dayak sudah dipastikan masing-masing keluarga memiliki lanting mereka masing-masing, dimana air sungai itu dijadikan sumber air minum, tempat mandi dan juga merupakan sumber tempat mereka mencari ikan. Dalam perkembangan sejarah Dayak, banyak penemuan penemuan kaum leluhur Dayak menciptakan barang-barang teknologi berbahan alami untuk menciptakan suatu alat perangkap ikan, salah satunya adalah mihing. Mihing ini adalah suatu alat perangkap ikan yang sudah langka dan sakral bagi suku Dayak dan mempunyai sejarah panjang dalam keyakinan Dayak pada zaman dulu dan sekarang hampir tidak digunakan lagi.
Petak Danum merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Dayak, ini sangat berhubungan erat dengan Sang Pencipta alam semesta. Masyarakat Adat Dayak berkeyakinan Petak Danum dan segala isinya merupakan anugerah dari Sang Pencipta, maka dari itu sebelum melakukan pemanfaatan dan pengelolaannya biasanya dilakukan ritual-ritual Adat sebagai bentuk permohonan doa-doa agar mendapat restu dalam setiap proses pemanfaatan dan pengelolaannya sehingga bisa diberikan kemudahan dan kelancaran serta terhindar dari hal-hal buruk dalam pelaksanaannya dan mendapatkan keberhasilan. Bukan hanya sampai disitu saja setelah berhasil pun sebagai ungkapan syukur biasanya dari hasil bumi tersebut sebagiannya disisihkan untuk dibagikan maupun dinikmati bersama dan dilakukan ritual-ritual kembali menaikan doa-doa melalui pesta Adat dengan mengundang orang banyak.
Dengan demikian kita dapat melihat beberapa konsep yang dapat diambil dalam kehidupan sosial mengenai Petak Danum, bagaimana masyarakat Dayak Ngaju yang hidupnya selalu berdampingan memiliki sifat kebersamaan dan gotong-royong serta mengedepan tata kelola kehidupan yang bukan hanya berdampingan dengan sesama manusia saja, namun juga Petak Danum yang merupakan sumber kehidupan patut dihormati dijaga serta dirawat untuk memberikan manfaat dan bisa dikelola dengan baik oleh masyarakat Dayak itu sendiri, tentunya konsep Mahaga Belom Bahadat merupakan tatanan penting bagaimana mereka bisa hidup berdampingan dengan manusia, alam dan Sang Pencipta.
Kreator : Menteng Delpris,S.I.P.,M.A.P
Comment Closed: Mahaga Belom Bahadat (PART 3)
Sorry, comment are closed for this post.