DIMANA BUMI DI PIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG
Makna Peribahasa “Di Mana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung”
Peribahasa “Di Mana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung” memiliki makna yang dalam tentang penghormatan terhadap adat istiadat dan budaya setempat. Peribahasa ini juga sering disamakan dengan peribahasa dari Suku Dayak Ngaju yaitu “Datang Beradat Kembali pun Ber Adat”.
Peribahasa ini mengandung beberapa pesan penting, yaitu:
- Menghormati Adat Istiadat Setempat:
Ketika kita berada di suatu tempat, sudah sepatutnya kita menghormati adat istiadat dan budaya yang berlaku di sana. Kita perlu mempelajari dan memahami norma-norma yang ada, serta berperilaku sesuai dengan norma tersebut. Begitu pula di kalangan masyarakat Adat Dayak Ngaju, Hal ini penting untuk menjaga keharmonisan dan rasa saling menghormati antar sesama.
- Beradaptasi dengan Lingkungan:
Setiap daerah memiliki ciri khas dan budayanya sendiri. Peribahasa ini juga mendorong kita untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan budaya setempat. Kita perlu bersikap terbuka dan menerima perbedaan yang ada, serta belajar menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan tradisi yang berlaku.
- Menjaga Kerukunan dan Persatuan:
Dengan menghormati adat istiadat dan budaya setempat, kita dapat menciptakan suasana yang rukun dan damai. Hal ini penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, terutama di negara yang multikultural seperti Indonesia.
- Menunjukkan Rasa Sopan Santun:
Menghormati adat istiadat dan budaya setempat merupakan salah satu bentuk sopan santun. Sikap ini menunjukkan bahwa kita menghargai dan menghormati orang lain, serta ingin menjalin hubungan yang baik dengan mereka.
- Menjaga Keberagaman Budaya:
Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Dengan menghormati adat istiadat dan budaya setempat, kita dapat membantu menjaga dan melestarikan keberagaman budaya tersebut. Hal ini penting untuk generasi penerus agar dapat belajar dan memahami nilai-nilai budaya bangsa.
Peribahasa “Di Mana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung” merupakan nilai luhur bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan peribahasa “Datang Beradat Kembali pun Beradat”. Dengan menghormati adat istiadat dan budaya setempat, kita dapat menciptakan masyarakat yang rukun, damai, dan saling menghargai. Konsep ini juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan Suku Dayak dalam menjaga kehidupan yang aman damai dan tenteram yang merupakan kesatuan konsep “Mahaga Belom Bahadat”.
Kreator : Menteng Delpris,S.I.P.,M.A.P
Comment Closed: Mahaga Belom Bahadat (PART 6)
Sorry, comment are closed for this post.