KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » MAJASTO

    MAJASTO

    BY 22 Agu 2024 Dilihat: 231 kali
    MAJASTO_alineaku

    Rintik gerimis hujan, cahaya gelap lilin remang-remang

    Joko Bodho

    Ki Ageng Sutawijaya

     Bumi Arum Majasto

    Mitos

     Legendha

    Perjalanan panjang

     Tokoh Besar

    Trah Majapahit

    Putra keturunan Prabu Bawijaya V

    Laku…perjalanan…pengembaraan

    (suara angin bertiup kencang, lilin mati)

    ENDHANG 

    (menyalakan lilin)

    “Perjalanan hidup ibarat sebuah perantauan, saat kita berada di perantauan, apalah bekal yang paling kita butuhkan ? Hanya kebaikan dan kebaikan. Sebab hanya kebaikanlah yang dapat kita jadikan bekal untuk kita pulang. Itulah sebaris kata – kata yang meluncur begitu saja dari seorang kakek penjaga makam tua. Sebaris kata- kata yang sederhana, namun mampu mencuri perhatianku, membuatku berpikir, membuatku ingin lebih mencerna, untuk memahami hubungan hubungan antara : HIDUP…PERANTAUAN… KEBAIKAN…PULANG…

    Ah… entahlah, aku menjadi bingung. Disini aku masih terjebak dengan pencarianku tentang sejarah makam tua, tapi malah mendapatkan kebingungan- kebingungan lain. tak dapat penyelesaian. Coba kutanyakan pada yang lain, bagaimana menurut kalian ?

    Nah…ini dia, mungkin aku akan dapatkan info yang lebih valid disini. Aku akan bertanya pada simbahku : “Mbah…simbah,  ada apa dengan gunung disana ? Gunung yang  tinggi menyimpan misteri. Tampak menjulang dan memikat para petualang. Apa yang disimpannya, membuat nya istimewa? (suara gluduk). Mbah…bagaimana bisa,ia jadi terkenal meski di pelosok desa? Ada apa di atas sana? Apakah ada yang istimewa? Tolong… ceritakan kepadaku”.

    SIMBAH

    (Terbatuk) kau penasaran sekali rupanya. Meski kau terlahir di sini,di desa kecil ini, ternyata belum mampu membuatmu mengerti tentang gunung itu, (terkekeh) mari sini, duduk dekat nenek, letakkan sejenak mainanmu, gunakan baik- baik HPmu, androidmu. Simaklah, pahami, resapi, cerita gunung yang penuh misteri (petir menyambar). Di puncak gunung sana ada makam…

             (Ana kidung rumeksa ing wengi, teguh hayu luputa ing lara, luputing bilahi kabeh…)

     

    Namanya Bumi Arum Majasto, sebuah gunung yang memiliki tanah berbau harum. Orang-orang yang dimakamkan di sana hanya sedalam 70 cm. Itupun setiap liangnya akan diisi lebih dari satu jenazah, bisa dua, tiga, empat, sepuluh, bahkan hingga berpuluh-puluh jenazah. Asalkan masih satu keturunan, atau satu trah–apakah kalian percaya?- (berbicara kepada penonton). Dirimu pasti bertanya-tanya “bagaimana bisa seperti itu?” 

    Namun, benar adanya bukan hanya mitos semata. Meski dikubur dangkal dan bertumpuk- tumpuk, tak akan ada bau bangkai, bau busuk yang membuat hidung terasa tertusuk, harumnya tanah jadikan makam ini unik dan menarik. 

    Makam ini, makam keramat.Kau lihat tangganya yang tetata rapi, saat kau naik tak akan sama jumlahnya dengan saat kau menuruninya. –kalian tak percaya?-kalau tak percaya, bisa kalian coba(berbicara pada penonton). 

    Keindahan alam nya aduhai, kalian akan dibuatnya terpesona dan terbuai. Tak hanya kuburan saja, disana ada sebuah masjid kuno yang dibangun pada 1470 Masehi. Masjid ini masih berdiri kokoh sama seperti dahulu kala. 

    (Ana kidung rumeksa ing wengi, teguh hayu luputa ing lara, luputing bilahi kabeh, jim setan datan purun, paneluhan tan ana wani…)

    KI AGENG SUTAWIJAYA 

    Akulah Joko Bodho putra ke 197 Prabu Brawijaya V,kerap dipanggil dengan sebutan Ki Ageng Sutawijaya. Aku adalah murid dari Sunan Kalijaga. Dan kodratku berada disini, melaksanakan kewajibanku, menyelesaikan tugasku, tugas sebagai manusia, tugas sebagai titah NYA. 

    ENDHANG

    Apakah kalian tau? Aku masih ingat jelas apa yang simbah ceritakan kepadaku tentang perjalanan Joko Bodo yang diceritakan oleh nenek. (berbicara pada penonton). Begini ceritanya, Pada tahun 1401 terjadi perang antara wali dengan Majapahit. Majapahit pun mengalah karena para wali itu dipimpin oleh Raden Patah yang merupakan anak dari Eyang Brawijaya. Maka dari itu, Eyang Sutawijaya pergi dari Majapahit yang akhirnya pulang ke Bojonegoro. Disana Beliau mempersunting Putri Adipati Bojonegoro. Namun setelah itu, Eyang Sutawijaya pergi dari Bojonegoro dan menyamar sebagai masyarakat biasa sampai ke Desa Tegal Ampel, Klaten. Disana Eyang Sutawijaya menjadi seorang petani. Tiba-tiba muncul lah Kanjeng Sunan Kalijaga yang menyamar sebagai masyarakat juga yang membawa rumput-rumput. Pada waktu itu, Sunan Kalijaga dikejar oleh Eyang Sutawijaya.

    Akhirnya, setelah berhasil terkejar, Sunan Kalijaga mengakui siapa sebenarnya dirinya hingga akhirnya Eyang Sutawijaya meminta Sunan Kalijaga untuk mengajarinya tentang syariat Islam.

     Kemudian, Sunan Kalijaga mengajaknya ke Bayat. Di Bayat, Eyang Sutawijaya diajarkan syariat Islam oleh Sunan Bayat. Hingga tiba akhirnya Eyang Sutawijaya lulus belajar dari Sunan Bayat. Sunan Kalijaga kemudian memberi perintah pada Eyang Sutawijaya : “Tempatmu bukan disini, tapi di gunung yang ada disana itu” (suara petir bergemuruh), “Ini saya membawa sebuah kerikil, saya akan lemparkan kerikil ini, dimana pun jatuhnya kerikil ini, itu akan menjadi tempatmu, lalu… (angin bertiup kencang) Wus…. (Sunan Kalijaga melemparkan kerikil tersebut).

    Kalian mau tau kelanjutan nya? Biar Simbah saja yang menceritakan (berbicara kepada penonton).

    SIMBAH

    Jatuhlah kerikil tersebut di Bumi Arum Majasto. Eyang Sutawijaya akhirnya melakukan perjalanan ke sana dengan berbagai rintangannya. Setelah melewati beberapa desa, Eyang Sutawijaya sampai di Desa Majasto dan naik gunung yang ada disana.

    Sesampainya di Bumi Arum Eyang Sutawijaya bertemu dengan Ki Hajar Sidomulyo atau jin Jonilo, hingga akhirnya terjadilah adu kekuatan diantara keduanya. Saat adu kekuatan itu ada kejadian dimana Ki Hajar Sidomulyo pun memberikan ubi kepada Eyang Sutawijaya untuk dimakan. Namun, Eyang Sutawijaya mengetahui bahwa itu bukan ubi. 

    Eyang Sutawijaya dan Ki Hajar Sidomulyo pun berdebat “Ubi! Batu! Ubi! Batu!” sampai akhirnya Eyang Sutawijaya meminta Jin Jonilo untuk memakan makanan tersebut. Ternyata benar saja, itu adalah sebuah batu. Setelah itu Jin Jonilo pun mengakui kekalahan nya dan masuk kedalam batu yang ada di bawah gunung makam bumi arum. Akhirnya, Eyang Sutawijaya menetap dan menyebarkan syariat islam di desa majasto dan sekitarnya.”

     

    SIMBAH

    (musik sedih) Enam abad yang lalu, seseorang yang hebat, tokoh yang menjadi teladan telah sirna dari dunia. Kepergiannya meninggalkan banyak kesedihan. Teka-teki masih belum terpecahkan hingga saat ini. Teka- teki sebuah pemakaman kuna, meninggalkan cerita perjalanan hidup manusia, perjalanan dalam perantauannya, mencari bekal untuk pulang. Ya…pulang dan berpulang pada pemilik sejatinya. seseorang yang amat sakti yang mati meninggalkan misteri. EYANG SUTAWIJAYA.

    Ana kidung rumeksa ing wengi

    Teguh hayu luputa ing lara

    Luputing bilahi kabeh

    Jim setan datan purun

    Paneluhan tan ana wani

    Miwah panggawe ala

    Gunane wong luput

    Geni atemahan tirta

    Maling arda tan wani marak mami

    Tuju guna sirna

     

    NB : 

    ENDHANG ( sebutan untuk seorang gadis dari gunung)

    SIMBAH (ditujukan pada Google/mbah google)

     

     

    Kreator : SRI SURYANTI FITRI SHOLEHAH, S. S.

    Bagikan ke

    Comment Closed: MAJASTO

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021