Bab 1 Takdirku
Suatu pagi di sebuah rumah minimalis yang berada di sebuah Perumahan, terdengar keributan yang diakibatkan dari seorang gadis yang sangat tergesa-gesa harus pergi ke kampus karena bangun kesiangan.
“Ma… berangkat dulu,” serunya sambil mencomot roti isi untuk sarapan yang ada di meja makan.
“Sarapan dulu!” terdengar suara perempuan setengah baya dari balik dapur.
Anita sudah tidak bisa mendengar karena dia segera masuk mobil dan menghidupkannya. Masih dengan mengunyah roti di dalam mulutnya Anita menambah kecepatan laju mobilnya, dia tidak mau terlambat di hari yang paling bersejarah dalam hidupnya setelah menempuh hampir empat tahun di bangku kuliah.
Tiba-tiba terdengar suara keras dari arah depan, tubuh Anita ikut terpental dan hampir kena dasbor mobilnya. Anita segera menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan segera turun. Dia sadar telah menabrak sebuah mobil yang bersimpangan jalan di belokan jalan perumahan menuju jalan raya.
Anita sadar dirinya sudah bertingkah sembrono dan tidak hati-hati, sekarang Dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dia berjalan menuju ke orang yang sedang memeriksa kerusakan mobilnya akibat ditabrak oleh Anita.
“Maafkan saya Tuan, saya kurang hati-hati. Bolehkah saya pergi, ini kartu mahasiswa saya. Ada nomor hp saya juga,” katanya dengan sopan dan khawatir tidak diijinkan yang berakibat dia akan terlambat ke kampus.
Orang itu menerima kartu mahasiswa Anita dan menyerahkannya pada orang yang duduk di jok belakang.
“Apa yang membuat Anda tergesa-gesa hingga tidak hati-hati?.”
“Maaf Tuan saya harus ke kampus, hari ini sidang kelulusan saya.”
“Baiklah segera pergi, saya akan menghubungi Anda nanti.”
“Terima kasih, Tuan.” Anita membungkukkan badannya dan segera menuju ke mobilnya dan berlalu.
Sudah sebulan berselang, Anita sedang mempersiapkan diri untuk wisuda. Hand Phonenya berdering.
“Nona Anita Falencia?,” tanya seorang laki-laki di seberang sana.
“Iya, Saya, Siapa ya?” Anita bertanya merasa tidak mengenal dengan si penelpon.
“Saya Andi, sopir mobil yang pernah Anda srempet,”
Deg. Hati Anita langsung berdebar, ini adalah yang dari kemarin-kemarin di tunggunya.
“Oh ya Tuan, bagaimana.”
“ Bisa kita ketemu?”
“Ya Tuan, kapan?”
“Siang ini, saat makan siang, nanti saya share lokasinya.”
Anita mulai berpikir, bagaimana menghadapi ini, berapa biaya yang harus dia ganti, Anita tahu mobil orang itu bukan mobil murah seperti punyanya.
Anita masih ada di kampus saat Andi share lokasi makan siang. Segera Anita memacu mobilnya menuju lokasi tersebut dia tidak mau orang itu beranggapan dia tidak bertanggung jawab. Lokasinya adalah sebuah restoran mahal yang mempunyai bilik-bilik khusus untuk pelanggan VVIP yang menginginkan privasi.
Di depan pintu restoran Anita dihadang oleh petugas restoran
“Maaf Mbak, bisa saya bantu?” sapanya.
“Maaf Mbak, saya ada janjian ketemu di ruang 12,” Jawab Anita
“ Oh Ya. Mbak Anita ya. Mari silakan saya antar.” pelayan itu segera menghantarkan Anita menuju salah satu bilik yang berada di sebelah sayap kanan restoran.
“Silakan di tunggu di dalam ya Mbak,” kata si pelayan mempersilahkan Anita masuk. Ruangan masih kosong tidak terlihat siapapun.
Anita duduk di salah satu sofa yang ada di situ dan segera mengeluarkan handphonenya untuk menghubungi Andi.
Selang beberapa saat masuklah beberapa orang, tiga orang pria dewasa dan dua orang wanita dewasa. Setelah semuanya duduk Anita yang sedang berdiri tidak berani duduk. Andi maju mendorong kursi di sebelah laki-laki muda dan mempersilakan Anita duduk.
Sementara yang lain ramai mengobrol, Anita memilih diam tidak berani bergerak. Ingin rasanya menghubungi Andi untuk bertanya namun dia tidak berani, khawatir menyinggung yang lain, sementara Andi tidak berada di ruang itu.
Makanan segera datang dan dengan tertib semuanya mulai makan, termasuk Anita. Anita ikut mengambil makanan setelah salah satu wanita mempersilahkan dia untuk ikut makan. Dia melirik orang yang ada di sisi sebelah kanannya.
“Makan,” katanya.
Anita mengangguk, rasa canggung menghampiri Anita. Suasana apa ini? Anta merasa seperti salah masuk ruangan.
“ Oh ya, siapa nama pacarmu Marchel?,” tanya wanita paruh baya di hadapan Anita.
“ Namanya Anita,”jawabnya singkat.
Reflek Anita menoleh memandang laki-laki yang disebut Marchel. Pacar?? Anita bertambah bingung saja. Apa ini??
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 1)
Sorry, comment are closed for this post.