Bab 14 Modus Indah?
“Kamu berjanji menikahi Indah, tetapi kenapa menikahiku?” tanya Anita yang tidak tahan dengan rasa penasarannya, segera melontarkan pertanyaan yang sedari tadi sudah bercokol di pikirannya.
Mereka baru saja masuk kamar, Marchel mengerutkan keningnya dan menoleh ke arah istrinya.
Anita sangat kesal, sebab setelah pesta bukannya kembali ke rumah Marchel, tapi sang nenek menginginkan mereka menginap di rumah orang tua Marchel.
Bukan apa-apa, hanya saja Anita sudah membayangkan mereka bisa istirahat dengan tenang di rumah Marchel. Sedangkan, di rumah orang tua Marchel masih ada saudara dan kerabat yang juga menginap di sana.
“Siapa yang bilang?”
“Indah sendiri yang bilang tadi.”
“Jangan suka mendengar hal-hal yang merusak pikiranmu.”
“Tapi aku ingin tahu. Apa benar, kamu berjanji padanya?”
“Apakah harus membahas hal ini di malam pengantin kita?”
“Tapi aku sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi?”
“Besok saja. Sebaiknya kita tidur, besok pagi kita harus ke bandara,” jawab Marchel yang sudah mulai merebahkan tubuhnya.
Anita pun mengikutinya, tapi belum jadi naik ke ranjang sebab Anita mendengar suara ketukan pintu yang tidak beraturan.
“Papa…..Pa….Papa…. Adit mau tidur sama Papa. Buka pintunya Pa. Pa…buka pintunya.” suara cadel bocah empat tahun terdengar di depan pintu.
Anita menatap suaminya yang tidak segera beranjak, tetapi tetap rebahan. Dengan kesal Anita menuju pintu, suara Adi masih terdengar. Sebenarnya apa mau anak itu?
Anita membukakan pintu, dan anak kecil itu ada di depan pintu kamarnya, sendirian. Begitu pintu dibuka, anak itu segera berlari ke arah Marchel, naik ke ranjang lalu memeluk laki-laki itu.
Marchel segera menangkap tubuh kecil itu dalam pelukannya.
“Kenapa kamu ke sini?”
“Mau tidul sama Papa.” jawab Adi.
“Mamamu ke mana?”
“Mama tidul sama Oma.”
Anita tidak jadi tidur di ranjang, dia memilih duduk di sofa dan memandangi interaksi antara suaminya dan anak laki-laki itu.
Anak itu berceloteh ramai, menceritakan tentang pesta tadi yang sangat membuatnya senang. Dia bercerita tentang nenek, ibunya dan orang lain yang ditemuinya.
“Kenapa kamu di situ?” tanya Marchel saat melihat Anita tidak menyusulnya berbaring.
Anita diam saja tetapi tidak bergerak dari duduknya.
“Biarkan dia di sini. Nanti kalau sudah tidur, aku bawa ke kamarnya.”
Anita diam saja. Dia bangkit dan merebahkan tubuhnya di sisi lain ranjang. Adi tidur diantara mereka berdua. Meskipun posisi tidurnya menghadap suami dan anak kecil itu, namun Anita tidak bereaksi apa-apa.
Dia berusaha memejamkan mata meskipun sulit karena Adi masih ribut, asyik bercerita dengan Marchel. Lama-kelamaan dia tertidur sendiri setelah Marchel tidak lagi menanggapi cerita-ceritanya lagi.
Setelah Adi tidur, Anita baru bisa tenang dan mulai mencoba tidur. Belum ada sepuluh menit dia terlelap, pintu ada yang mengetuk.
Anita membuka matanya dan melihat Adi tidur dalam pelukan suaminya. Marchel tidur sangat nyenyak, sehingga tidak mungkin dia membangunkan suaminya itu.
Anita bangun untuk membukakan pintu. Di depan pintu ada Indah.
“Aku mau mengambil Adi,” kata Indah sambil menerobos masuk. Anita membiarkannya saja, kemudian Indah mendekati ranjang dan senyumannya pun merekah melihat posisi Adi dan Marchel.
“Lihat mereka sangat menyayangi satu sama lainnya, Sayangnya mereka tidak bisa bersama,” komentar Indah begitu melihat anaknya tidur dalam pelukan Marchel.
Anita tahu kalau Indah sedang menyindir dirinya, tetapi dia berusaha tidak peduli.
“Kasihan kalau harus dibangunkan,” kata Indah pelan.
“Ya sudah, tidak usah dibangunkan,” sahut Anita.
“ Serius?”
“ Iya, tapi jam enam pagi kami harus pergi.”
“Ke mana?” tanya Indah yang tidak tahu rencana bulan madu Marchel dan Anita.
“Paris.”
“Jauh sekali. Kamu ingin memisahkan mereka?”
“Apa maksudmu?”
“Lihat, mereka baru saja bertemu, dan mereka masih rindu dan besok Marchel mau pergi?”
“Marchel yang minta dan perjalanan ini sudah kami rencanakan. Papa yang kasih tiketnya.”
Indah cemberut. Dia sangat iri dengan posisi Anita yang sangat beruntung menurutnya.
“Harusnya aku yang pergi bulan madu dengan Marchel, bukan kamu gadis kampung!” batin Indah.
“Kalau begitu, biarkan Adi tidur di sini, dia pasti kangen dengan Papanya.” kata Indah dengan menekankan suaranya saat mengatakan “Papanya”.
Anita mencoba bersabar. Ini sudah larut malam, dia juga perlu istirahat. Anita mengantarkan Indah sampai depan pintu kamarnya, menutup serta menguncinya begitu Indah keluar dari kamarnya.
Anita kembali berbaring dan kemudian terlelap. Sementara itu di luar kamar, Indah yang dari kamar Marchel dihadang oleh Nenek dan ibunya Marchel.
“ Bagaimana?”tanya Nenek
“Adi tidur dalam pelukan Papanya.”
“Tidak kamu bawa sekalian?”
“Indah tidak tega untuk membangunkan Marchel. Dia nampak senang sakali bisa tidur bareng Adi.”
“Perempuan itu bagaimana?”
“Namanya Anita, Ma.” tegur Mama Marchel.
“Dia bilang biar saja Adi tidur di sana. Besok pagi mereka akan pergi ke Paris.”
“Ke Paris? Mengapa jauh sekali?”
“Itu impian Anita sejak lama. Dia ingin pergi ke Paris ketika menikah dan bulan madu di sana.”
“Apakah dia dari keluarga kaya?”
“Ayahnya pengusaha.”
“Sebenarnya Anita sudah menolak. Tapi Marchel yang memaksanya dan mereka akan di sana selama satu bulan. Ayahnya yang menyiapkan perjalanan mereka.”
Nenek terlihat tidak suka. dia yang jauh-jauh datang ingin bertemu dengan cucunya, ini cucunya mau bulan madu dan tempatnya sangat jauh.
“Satu bulan? Bagaimana dengan perusahaan kalau Marchel pergi lama?”
“Ayahnya yang akan menggantikannya sementara, juga ada Andi asistennya, dia bisa handle dengan baik.”
“Ada-ada saja. Coba kalau dia menikahi Indah, dia akan ada di sini untuk kita.”
“ Anita adalah wanita pilihan Marchel, Ma. Kita harus menghargai keputusan dia.”
“ Kamu itu selalu saja membela anak nakal itu.”
Sang Nenek berlalu masuk kamarnya. Indah juga dan mereka semua masuk kamar karena malam memang sudah larut.
Bersambung
Kreator : Sabrina Rahmawati
Comment Closed: Malaikat Hati Sang CEO (Bab 14)
Sorry, comment are closed for this post.